[[S2]] [[BELOKAN 2]] : Reuni "Anak-Anak Nekat"

55 12 0
                                    



~Disetiap pertemuan selalu ada perpisahan.

Tapi bisakah kali ini kita bertemu dan tetap bersama tanpa perlu terpisah sampai kapanpun?~


BELOKAN 2 : Reuni "Anak-Anak Nekat"


Untuk orang yang suka membaca genre fantasy seperti Rangga, mempercayai sesuatu yang bernama 'takdir' mungkin adalah hal yang lumrah. Terutama untuk cerita-cerita Romance picisan dimana dua orang Tokoh Utama saling bertemu. Kadang disertai efek bling-bling saling tatap cukup lama dan suffix : *jedug-jedug seerrr~ yang mampu membuat pembaca baper dan halu akut ngefly to heaven. Akan tetapi merasakan sendiri sesuatu yang bernama 'takdir' ini terjadi padanya entah mengapa terasa begitu aneh.

Malah Lucu. Sangat lucu jika mengingat lagi pertemuan pertama mereka yang tak disengaja tahun lalu. Di tempat yang sama, dalam suasana yang sama. Ketika si Dek STM muncul menyelamatkannya dari demonstran yang anarkis kemudian menanyakan keadaannya dengan nada khawatir yang begitu serak menggetarkan iman dan batin.

Bukankah mirip seperti sekarang ini?

Ah, rasa itu kembali. Menggetarkan dadanya dengan lembut. Sudah setahun lamanya, tapi perasaan itu tetap disana. Meletup-letup seperti gelembung-gelembung udara. Menggelitik di dalam dada namun begitu menyenangkan adanya.

"Mas Rangga?"

Tubuh itu terlonjak kecil ketika sosok di hadapannya menatap sepenuhnya padanya. Buru-buru ia jauhkan tangan yang dengan nyaman menyentuh dada bidang itu dan mengalihkan pandangannya.

Sial! Demi emak yang hobi nontonin sinetron Mas Al, bahkan Andhin nggak terlihat memalukan sepertinya ketika terpesoa--uhuk--terpesona-- pada kegantengan suaminya--

Eh bentar. KAN COWOK INI BUKAN SUAMINYA-- D-DAN JELAS GAK BAKAL MUNGKIN KAN?! Saking gugupnya otak Rangga jadi Travelling kemana-mana!

Please otakku yang polos dan budiman--Jangan mikir belok melulu!!

"Ng-nggak apa kok. Ma-makasih buat pertolongannya." Jawab Rangga sembari memegangi tangannya dengan gugup. Sebuah senyum tipis terukir,

Ah, Senpai nya ini memang nggak berubah. Lihatlah wajah blushing nya yang manis itu. Dan bagaimana sepasang iris kecoklatan itu diam-diam melirik kearahnya dengan gugup dan malu-malu,

Mengundang untuk diterkam--

"Awas!"

Cowok itu membawa Rangga merunduk untuk menghindari lemparan botol air minum tupperware refil isi batu kerikil yang baru saja melayang dengan epic dan berakhir menghantam wajah orang tak bersalah hingga semaput. Menatap orang yang tepar, cowok itu lantas berkata setengah terheran,

"Gilak. Anak orkay mana tuh yang buang-buang botol minum tupperware emaknya-- duh! Mikir apaan sih! Mas Rangga, ayo kita mundur dulu. Disini bahaya. Nanti Mas Rangga bisa terluka."

Rangga sempat linglung karena bertemu pandang dengan leher jenjang berkeringat yang terpampang di depan wajahnya, sebelum akhirnya tersadar akan dunia nyata.

Bener juga. Bisa-bisanya Rangga lupa sejenak kalau saat ini mereka berada di lini depan barisan demonstran. Kacau! Otaknya ini travelling sampek kemana sih?!

"Ayo!"

Tangan besar menggandengnya. Menariknya dari barisan para demonstran yang rusuh dan mundur demi mencari keamanan. Terobos sana, terobos sini, lompat, halang rintang, bahkan sampai gendong-gendongan demi menghindari bentrokan yang terjadi antar dua kubu yang tengah baku hantam. Tak lupa waspada akan keadaan sekitar, siapa tahu ada tupperware atau skinker mehong melayang dengan indah dan minta ditangkap.

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang