[[S2]] [[BELOKAN 3]] : B. T. S!!!

64 11 0
                                    

Empat orang itu berkumpul dalam satu tempat, menaiki sebuah mobil polisi terbuka yang sudah di modif sedemikian rupa. Terpal bagaikan tenda darurat terbentang melingkupi mobil, menjadikannya tempat istirahat yang panas, alih-alih adem ayem nyaman tentram. Namun masih terasa lebih baik dari pada harus berdesakan di luar di bawah teriknya matahari yang membakar kulit. Kebisingan yang terjadi telah berkurang berkat teredam oleh terpal berbahan khusus itu.

Pemuda dalam balutan almamater kuning gading melepas masker yang terasa sesak. Merasa pengap akibat masker yang menempel ketat pada wajah.  Punggung tangan bergerak mengelap keringat yang mengalir ke arah dagu. Meraih spanduk dari potongan kardus mie instan yang tergeletak mengenaskan di dalam mobil. Menggerakkannya dengan cepat demi mengurangi peluh dan panas yang membuat kulitnya memerah. Seseorang tiba-tiba mengusap wajahnya yang berkeringat, membuatnya secara refleks menoleh,

"Ah, maaf. Saya cuma mau ngelap keringatnya Mas Rangga."

Seketika pemuda itu berubah salting. Terkejut dengan sentuhan tiba-tiba yang dilakukan pemuda lain dalam balutan seragam STM. Dahi tersibak oleh jemari besar. Sapu tangan imut telah menyerap sebagian keringat yang bercucuran di dahi mulus itu, namun dirinya masih terpaku pada wajah tampan yang tampak semakin eksotis dalam jarak begitu dekat. Napas itu merebak, hangat, mengenai wajahnya namun menimbulkan stimulasi aneh yang mampu membuat jantungnya berdebar dengan gila.

Malu-malu, Rangga membalas, "A-aku bisa sendiri kok." Ujarnya, tapi berkebalikan dengan tindakannya yang tetap diam dan melihat ke arah lain. Pemuda dalam balutan seragam Osis tak dapat menahan senyumannya.

Sungguh pemandangan kisah roman anak remaja yang manis dan lucu. Bertabur bunga mawar dan efek pink soft bergulir gelembung yang bikin UwU.

Mungkin bakal begitu jika saja mereka tidak dalam keadaan terjebak di tengah-tengah demonstrasi kolosal yang berjalan ruet begini--

"Indahnya masa muda~ sampai lupa dunia akhirat~"

Godaan dilontarkan atas dasar jahil, mengundang tatapan tajam dan malu-malu dari dua sejoli yang duduk bersebelahan.

"Mas Hide jangan mulai deh!"

Polisi dalam balutan rompi dan kemeja formal-- Hidayat masih memasang seringai Jahil. Merangkul dua orang di hadapannya sembari berkata, "Nggak usah malu-malu. Toh kami semua udah pernah lihat 'lebih' dari ini kok."

Rangga malu sampai meledak-ledak, sedangkan Rengga mulai merasa nggak nyaman dan menyikut Polisi jahil itu, "Jangan main-main mas." Dua eksistensi lain yang sempat dilupakan keberadaannya ikut angkat bicara,

"Mengganggu anak muda yang sedang pacaran itu kurang sopan." Celetuk Pria berpakaian tentara dengan wajah kelewat lempeng-- Pak Rio.

"Walaupun kesel diabaikan, tapi saya setuju dengan Pak Rio." Mahasiswa beralmamater sama seperti Rangga ikut berkomentar

"Lho? Aku cuma mengutarakan pikiran kita kok." Ceplos Hide. Rangga berusaha menutupi rasa malunya dengan mengalihkan topik, "A-apaan sih! Te-terus bukannya Mas Hide bilang mau ngajak kami semua ngopi?"

Pertanyaan polos itu lolos begitu saja dari bibir Rangga, sukses membuat orang-orang di sekelilingnya membuat wajah 'what the--" Dan krik-krik jangkrik. Sosok yang baru saja mendudukkan diri, Hidayat tetap pasang muka datar, agaknya terbiasa menghadapi pertanyaan lugu keponakannya itu.

"Iya Ngopi. 'Ngobrol Pribadi', ponakan bego."

Rangga diam, lalu menatap ke arah lain kembali karena merasa malu. Mengutuk Pamannya yang mengatakan hal itu dengan wajah seakan mengejek dirinya.

Ya wajar dong kalau Rangga nggak tahu singkatan-singkatan ngelantur begitu!

Hidayat nggak peduli dan meletakkan kantong plastik di tengah-tengah mereka berlima, "Jadi ini yang anda maksud dengan 'Ngopi'?"

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang