[[BELOKAN 1]]

184 17 1
                                    

[BELOKAN 1]


“Cepetan Ga! Kita bisa ketinggalan Rombongan nih!”

“Santai dikit napa?! Kalau ketinggalan ya tinggal kita nyusul kesono kan?!”

Dua orang Mahasiswa beralmamater kuning gading berlarian menuju Hall utama Universitas. Menyusul teman-teman mereka yang sudah berlari duluan. Tempat itu adalah tempat berkumpulnya para Mahasiswa yang akan ikut serta dalam demo hari ini. Memberengut kesal di sela-sela tarikan napas tak beraturan, kedua Mahasiswa ini bener-bener dibikin gedeg sama dosen mereka!

Sudah tahu mau ada demo jam 9, tapi masih juga disuruh berangkat buat ikut makul!

“Dasar dosen menor sontoloyo! Titisan demit Nyi Roro Kidul tukang ngibul! Endingnya juga malah ngikut demo anjir!” batin mereka.

“Eh masih sempet ternyata Jhon!”

Raut kelelahan perlahan sirna ketika melihat penampakan hall utama yang besar. Keduanya memelankan langkah dan masuk bersama. Dilihatnya beberapa orang Mahasiswa mencolok yang diyakini sebagai pelopor gerakan demonstrasi merangkap anggota BEM tampak tengah membagi-bagikan air dan nasi kotak.

“Oh, selamat datang dek. Nih buat sarapan sebelum berangkat. Barang bawaan harap dijaga sendiri ya.” Begitu kata Wakil Ketua BEM dari fakultas sebelah. Kedua Mahasiswa yang masih mengenakan Almamater lengkap itu menerima nasi kotak pemberian mbak-mbak geulis dan segera duduk lesehan di tempat seadanya.

“Gilak! Ternyata lebih rame dari bayangan njir! Ini mah satu hall aja keknya gabakal cukup deh ampe desek-desekan begini!” Sujono Kartosuwiryo Argo Nugroho Saputra Keling, atau yang akrab dipanggil JHON KELING celingukan kesana kemari. Kagum tentu saja dengan antusiasme Mahasiswa Universitasnya pada aksi Demonstrasi hari ini.

“Jelas aja. Kita semua sepemikiran soal RUU KUHP dan revisi UU KPK yang isinya penuh Kontroversi. Apa lagi pembahasan dan penyelesaiannya terkesan terburu-buru begitu. Kita hidup di negara yang—demi, oleh, dan untuk RAKYAT! Kalau Wakil Rakyat yang menjadi wadah Apresiasi kita malah bertindak nyeleweng begitu, sebagai Rakyat kita berhak mengajukan tuntutan dan keluhan, salah satunya dalam bentuk Demonstrasi macam ini.”

“Hoo... Kata-katanya boleh juga. Dari jurusan hukum kah?”

Mahasiswa yang sedang mengobrol dengan temannya itu, Rangga terkejut ketika ada orang lain yang menimpalinya. Pemuda itu mendongak, menangkap sosok lelaki dalam balutan kaus hitam yang memperlihatkan dadanya yang bidang. Menatapnya penuh ketertarikan melalui sepasang mata tajam yang tertutup helaian poni sebelah. Dia mematung,

Ketua BEM Univ njirr!! Yang katanya pernah jadi model di majalah yang perutnya kotak-kotak kek roti sobek rasa pisang coklat lokal itu!” batin mereka. “Ngapain petinggi Univ ini nyamperin kesini?!”

“Eh, saya dari fakultas Ilmu Teknologi kak.” Timpalnya. Ketua BEM Univ yang menjadi salah satu pelopor gerakan Demonstrasi ini tampak sedikit terkejut, “Kupikir anak hukum. Tapi kata-kata barusan saya suka. Kita hidup di negara Demokrasi, jadi wajar jika kita melakukan Demonstrasi saat hak kita sebagai Rakyat Indonesia tak didengarkan oleh Wakil Rakyat.”

Dua orang Mahasiswa semester tiga termenung di tempat, merasa takjub sekaligus kagum pada perkataan senior mereka. Ketua BEM tersenyum simpul. Ia mengulurkan sebuah kantung kecil berisi perlengkapan P3K pokok juga perban kepada Rangga yang menerimanya dengan gugup gemetar.

“Aksi Demo kali ini akan berlangsung lama dan pastinya bakal ada kericuhan. Bukan nggak mungkin kalian bakal terluka juga. Saya tidak berjanji bakal bisa melindungi kalian, tapi seandainya kalian terluka segera mundur dan lakukan penanganan sementara. Karena itu kalian kudu hati-hati. Jangan lupa berdoa juga biar kita bisa berangkat dan pulang dengan selamat. Saya juga mau minta tolong untuk mengendalikan teman-teman agar saat bentrok nanti, masih tetap berjalan kondusif dan tidak anarkis. Apa lagi anak-anak STM bakal ikut turun juga.”

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang