[[S2]] [[BELOKAN 7]] : Harga dari Setetes Air Mata

71 9 0
                                    

~Mata di balas dengan mata. Hati di balas dengan hati. Namun air mata takkan cukup walau dibalas dengan lautan darah

[CHAPTER 7] : Harga dari Setetes Air Mata

Ren menemukannya. Ren telah berhasil mendapatkan sosok itu kembali. Sosok yang terus saja membayangi dirinya dengan perasaan gelisah dan rasa bersalah yang memenuhi dada. Sosok yang sebelumnya tak berhasil ia gapai dengan kedua tangannya.

Sosok yang begitu ia rindukan.

Tapi tak ada rasa syukur atau kelegaan yang ia dapat. Tak ada pula secercah perasaan menyenangkan yang merebak di dalam dada. Bahkan setelah merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukan posesif sarat kasih, ia tak dapat merasakan suatu kehangatan.

Dingin. Semuanya begitu dingin dan suram. Rasa menyesakkan dan bagaikan tercekik kini menghampirinya ketika melihat sosok Mahasiswa itu.

Melihat sosok Rangga yang tampak begitu "memprihatinkan".

Wajah manis yang selalu menarik untuk dipandang telah ternoda oleh beberapa luka lebam yang tertutup oleh debu. Hidungnya mengeluarkan darah dan bibir bagian bawahnya robek. Dahinya berkerut, membuat ekspresi takut dan kesakitan yang begitu kentara. Bekas memerah karena cekikan sebelumnya tercetak dengan begitu jelas di kulitnya yang pucat dan berkeringat dingin. Turun ke bawah, melihat pakaian yang dikenakan telah dalam keadaan mengenaskan. Kancing-kancing kemeja lusuh itu telah terlepas seluruhnya dan bahkan menghilang, menampakkan kulit berkeringat di baliknya yang berkilat. Sedangkan almamater kebanggan yang selalu melekat di tubuh ramping itu teronggok di lantai dingin dan dijadikan alas kaki oleh sepasang sepatu kotor sebelumnya.

Ren bahkan syok ketika menyadari bahwa gesper celana Rangga terbuka dan zipper nya sudah turun ke bawah dan tampak basah di sana.

Suatu emosi tak terjelaskan merasuk ke dalam dirinya. Mata menyorot dan bergetar dengan pilu,

"Mas Rangga..." Akhirnya ia memanggil nama itu. Memanggil nama dari sosok yang berada dalam dekapannya. Mencicit dengan lirih karena tak ingin menyakiti. Begitu sarat akan rasa khawatir dan prihatin. Mata indah yang memandang dirinya setengah tak percaya berdenyar dengan begitu terluka. Memantulkan sosoknya yang terkabur tatkala setetes air mata terjatuh dari pelupuknya yang tergurat lelah penuh tak berdaya.

Sosok itu menggigit bibir dengan putus asa dan menyembunyikan wajah di dada Ren. Meremat serat pakaian yang ia kenakan tepat di bagian jantungnya yang berdebar menyesakkan. Suara yang bergetar terdengar begitu lirih, mengejakan nama nya berkali-kali dengan lirih dan mengiris batin.

"...Ren... Ren...Hiks--"

Hati Ren hancur berkeping-keping.

Orang yang sangat ia kagumi telah terjatuh hingga seperti ini. Tak ada lagi kekuatan yang dapat ia lihat. Tak ada lagi semangat yang selalu ia tangkap darinya. Tak ada lagi kepercayaan diri kecil yang begitu cantik dan mempesona. Tak ada senyum manis dan suara lembut yang terdengar setiap kali sosok itu memanggil namanya.

Karena ketika Rangga memanggilnya kali imi, ia tahu dengan pasti.

Rangga nya telah dilukai oleh para bajingan berdasi.

Kemarahan yang begitu mengerikan memenuhi rongga dada. Tenggorokan sakit oleh rasa sesak yang membeludak. Dadanya sesak dipenuhi bermacam penyesalan dan rasa bersalah. Ren merasa telah gagal melindungi orang yang berharga baginya. Ia merasa telah gagal melindungi orang yang ia cintai.

Karena itu Rangga-nya hancur seperti ini...

Tangan yang meremas lengan kecil bergerak, mengeratkan pelukan dan menekan kepala itu ke dadanya. Memberikan kesan posesif yang begitu kuat, gestur yang sarat akan melindungi. Mata kelam yang memantulkan bermacam kemarahan itu menatap nyalang kepada semua orang yang berada di dalam ruangan. Kemarahan yang begitu menakutkan dikeluarkan dalam satu kalimat teriakan yang mampu membuat seisi ruangan terpaku,

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang