Seseorang yang tak begitu asing dimata pria berwajah manis terlihat menuju pintu masuk, beberapa petugas sedang memeriksa pasport sebelum orang tersebut benar benar masuk ke dalam pesawat.
"Sam, kau kah itu?" Ucap seseorang. Yang dipanggil pun lantas menoleh.
"Benar kau? Kupikir aku salah orang"
"Kau? Sseolma?"
"Majja, naya Yeongbok."
Sam menatap pria teresebut daru ujung kepala hingga ujung kaki. Benar yang dikatakan kakaknya beberpa waktu lalu, teman kecilnya ini tumbuh dengan sangat baik. Semakin manis saja, pikir Sam.
"Kak Chris benar ternyata, kupikir dia salah orang."
"Eungg..aku sempat bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik."
Mohon perhatian, kabin pesawat akan segera dututup, pastikan seluruh penumpang sudah berada didalam, terimakasih.
Mendengar pengumuman tersebut, Sam segera memasuki pesawat, namun tanpa di duga Yeongbok juga ikut menaiki pesawat yang akan membawa mereka ke L.A. Secara kebetulan tempat duduk mereka bersebelahan.
"Tempat dudukmu juga disini?"
"Eoh.."
Namun bukannya langsung duduk Yeongbok justru masih saja berdiri. Sejak dulu Yeongbok memang takut ketinggian. Dia paling tidak bisa jika harus duduk di dekat jendela pesawat.
Sam menyadarinya ketika Yeongbok sudah terlihat gelisah dan cemas.
"Mau bertukar tempat duduk saja?"
"Bolehkah?"
"Tentu. Aku yang akan duduk.di dekeat jendela."
"Terimakasih."
Mereka pun akhirnya duduk bersebelahan dengan Sam yang mengambil posisi duduknya di dekat jendela.
"Kau masih takut ketinggian Lixie?"
Sudah lama dirinya tak mendengar panggilan kesayangan Sam padanya semasa kecil. Rupanya dia masih ingat panggilan itu, pikirnya.
Yeongbok pun hanya mengangguk mengiyakan.
"Ngomong ngomong, kau juga mau ke L.A? Ada urusan apa?"
"Pertukaran mahasiswa"
"Benarkah? Lalu saat di Seoul?"
"Hanya mampir sebentar. Saat itu aku sedang merindukan tanah kelahiranku saja."
Walaupun Yeongbok tumbuh dan besar di Australia, ia tidak bisa mengabaikan tanah kelahirannya mengingat sang ibu juga lahir di Seoul.
"Jadi kampus mana yang kau masuki untuk pertukaran Mahasiswa itu?"
"Stanford University."
"Eoh, itu juga kampusku."
"Really? Jurusan apa yang kau ambil?"
"Hubungan internasional"
"Eoh, sama denganku rupanya."
"Kau juga?"
"Hmm..kebetulan macam apa ini. Kuharap aku juga sekelas denganmu." ucap Yeongbok padanya.
_____
Beberapa hari kemudian...
Chris melihat Lino sedang sibuk mengemasi barangnya dan memasukannya ke dalam koper.
"Mau kemana?" Tanya Chris pada Lino.
"Ku pikir aku tidak boleh tinggal bersama.oramg yang sama sekali tak menganggap keberadaanku."
"Jadi kau mau pergi? Baguslah lalau begitu, aku jadi tidak usah repot repot mengusirmu."
Lino mengepalkan tangannya karena kesal mendengar ucapan Chris barusan.
"Ingat ini baik baik, suatu saat kau akan menyesali perbuatanmu karena lebih memilih oramg lain daripada keluarga mu sendiri. Dan saat itu tiba, kuharap kau tidak akan menyesalinya."
"Aku..tidak..peduli..!!. Bagaimana dengan dokumen perceraiannya?"
Lino mengambil selembar amplop dan melemparkan amplop utu tepat ke wajah Chris.
"Berani sekali kau melemparkan amplop itu ke wajahku.!!"
"Aku sudah mengurus semuanya."
Chris pun mengambil amplop tersebut kemudian membukanya, memasitikan dokumen tersebut sudah lengkap dan memastikan Lino sudah menandatangani dokumen perceraian itu. Saat di cek semua dokumen sudah lengkap dan dokumen tersebut juga sidah dibubuhi tanda tangan Lino. Melihat itu, Chris mengeluarkan smirk nya kemudian berkata "Baguslah, sudah lengkap semua. Kalau begitu mulai hari ini kita resmi berpisah. Terimakasih dan silahkan pergi".
"Kau benar benar keterlaluan."
"Who's care?"
Lee Yeongbok Felix
*pov felix pas nyapa Sam dibandara🙃
______
Jujur udah lupa sama alurnya, tapi gpp sebisa mungkin aku bakal tetep namatin ceritanya, gk tahu bakal nyambung apa enggak kedepannya, yang gak suka boleh skip aja ya cerita nya, author gak mau ngecewain kalian🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Ipar
FanfictionSeperti biasa, aku gak pandai bikin deskripsi cerita, langsung aja baca😀