BAB29

13.5K 141 0
                                    

DEG..

Syafa sangat terkejut dengan fakta yang ia dapatkan malam ini dari mulut Adrian.. Hatinya terasa sangat sakit dan hancur. Sejujurnya,, syafa pulang ke Indonesia adalah untuk bertemu Adrian dan mengharapkan bisa menikah dengan Adrian,, wajar saja syafa menyukai Adrian sedari mereka kuliah dulu.. Namun ketika berhasil menyelesaikan S1 nya ia harus pergi ke london untuk menempuh pendidikan S2 nya di sana.. Dan selama di london tak ada satupun yang bisa menggantikan Adrian di hatinya.

"Ah.. Semoga lancar dengan pernikahanmu" Ucap syafa dengan mata yang berkaca.

"Kamu menangis syafa?" Tanya Adrian yang melihat mata syafa berkaca kaca.

"Tidak.. Hanya sepertinya udara disini kurang bagus.. haha" Jawab syafa berbohong sambil mengusap matanya.

"Ah Adrian.. Aku sedikit mengantuk.. Bagaimana jika lain kali kita bertemu lagi" Ucap syafa yang mengambil tasnya hendak pamit pada Adrian.

"Oh ya.. Hati-hati dalam perjalananmu" Ucap Adrian berdiri dari duduknya kemudian syafa pergi begitu saja.

"Cantik banget qila" Bisik cia ketika syafa melewati meja mereka.

"Dah ayo kita pergi takut pak Adrian melihat keberadaan kita" aqilapun menarik tangan cia dan pergi terburu-buru dari sana.

"Terus kita kemana?" Tanya cia yang mengendarai mobilnya tanpa tujuan.

"Jajan.. Kita ke Mall" Ucap aqila yang masih merasa kesal dengan Adrian.

Merekapun pergi menuju Mall besar di ibu kota lalu membeli semua yang aqila mau,, tak lupa aqilapun mentraktir cia malam ini.. Menggunakan Black card milik Adrian.. Mereka memakan gelato sepuasnya dengan berbagai rasa dan membeli barang-barang lucu kesukaan aqila juga pergi ke salon dan spa.

"Qila.. Black card itu milik siapa?" Tanya cia ketika mereka sedang membayar belanjaannya di kasir.

"Milik pak Adrian" Ucap aqila.

"Semuanya 120jt" Ucap kasir tersebut lalu aqila menyodorkan Black card milik dosennya tersebut dan mengetikkan 4 angka yang merupakan pin dari kartu milik Adrian. Dari mana aqila tau pin kartu itu? Tentu Adrian memberitahunya sebelum berangkat malam tadi.

"Qila,, kita sudah menghabiskan 220jt uang pak Adrian.. Pak Adrian akan marah besar sama lo" Ucap cia pada qila.

"Gak akan cia.. Pak Adrian kaya raya.. Uang segitu gak ada artinya untuk dia" Ucap qila santai.

"Terserah lo deh gw gak ikutan ya kalau ada apa-apa" Ucap cia menggelengkan kepalanya pada qila.

"Whatever cia" Ucap qila tak peduli.

"Habis dari mana?" Tanya Adrian yang sudah berada di rumah terlebih dahulu pada aqila saat ia membuka pintu rumahnya.

"Main" Jawab qila dan berusaha masuk dengan beberapa barang belanjaannya.

"Dengan siapa?" Tanya Adrian.

"Cia.. Awas iihhh berat" Ucap aqila yang merasa Adrian menghalangi jalannya. Adrianpun membantu aqila membawa barang belanjaannya ke dalam kamar.

Adrian melihat notifikasi hp nya terdapat email dari salah satu bank bahwa saldo telah terpakai 300jt. Lalu Adrian menutup emailnya dan tak masalah asalkan calon istrinya itu senang.

Adrian melihat rambut aqila yang sedikit berubah,, terlihat sedikit dewasa namun lucu. Ya tadi ketika di salon aqila meminta untuk mengubah warna rambutnya dan potong sedikit lalu di blow. Menambah kesan dewasa namun lucu dan sangat cantik untuk wajah aqila.

Aqila masih kesal pada Adrian yang memutuskan untuk bertemu wanita bernama syafa malam ini.. Ntah apa yang mereka bicarakan aqila tak mengetahuinya.. Yang pasti kini aqila memandang Adrian sebagai lelaki kurang ajar yang sudah mengambil mahkotanya dan malah bertemu dengan wanita lain. Yang aqila tau syafa adalah teman kuliah Adrian sewaktu dulu. Namun kelihatannya mereka cukup dekat dan akrab.. Syafa yang menyukai Adrian,, namun aqila tidak tahu apakah Adrianpun menyukai syafa?.. Ah itu tak penting! saat ini aqila merasa mengantuk dan tak sadar memejamkan matanya.

Esok harinya..

"Pak.. Pak Adrian" Teriak rama memanggil Adrian yang berjalan hendak menuju kelas aqila untuk mengajar. Merasa namanya di panggil Adrianpun menoleh pada sang pemanggil nama itu.

"Adrian lo berhutang penjelasan sama gw!" Ucap rama menunjukkan jarinya tepat di depan wajah Adrian kemudian berlalu pergi dengan beberapa buku di lengannya hendak mengajar juga. Adrianpun mengerutkan dahinya bingung,,

"Penjelasan apa?" Batinnya.. kemudian ia masuk ke dalam kelas yang di tuju.

"Pagi pak" Ucap seluruh mahasiswa yang berada di kelas tersebut. Adrian hanya menganggukkan kepalanya lalu memberikan materi pelajaran dan menjelaskan beberapa aplikasi desain pada mahasiswanya. Tak lama bell pergantian jam mengajar pun berbunyi.. Adrian membereskan beberapa buku dan menutup laptopnya. Beberapa orang telah keluar dari kelas tersebut.

"Permisi pak Adrian" Ucap nada yang menghampiri meja Adrian sambil tersenyum dan membawa jinjingan di tangannya. Cia, shasa, dan aqila melihat dari meja mereka masing-masing.

"Ya?" Ucap Adrian tanpa melihat pada nada dan masih sibuk dengan laptopnya.

"Ada bingkisan buat pak Adrian dari orang tua saya" Ucap nada memberikan bungkusan yang sedari tadi ia bawa lalu meletakkannya di meja Adrian. Adrianpun melihat bungkusan itu dan menoleh pada nada.

"Terimakasih.. Dalam rangka apa?" Tanya Adrian.

"Tidak pak.. Hanya ingin memberi saja" Ucap nada dengan senyuman.

"Terimakasih banyak.. Tapi lain kali tak usah repot-repot" Ucap Adrian pada nada tanpa senyuman.

"Kalau begitu saya permisi pak.. Dimakan ya" Ucap nada lalu pergi keluar kelas.

Cia dan shasa melihat ke arah aqila yang masih melihat lurus ke depan.

Setelah selesai membereskan barangnya Adrianpun beranjak dari kursinya membawa bungkusan yang berisi makanan dari nada menuju ke meja aqila.

"Makan bersama" Ucap nya pada aqila sambil menunjuk shasa dan cia kemudian pergi dari ruangan itu.

My Lecturer My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang