"Harus banget aku ikut?" Keluhku karena meita terus memaksaku bangun. Aku masih ngantuk sekali. Meita tak menyerah menarikku turun dari kasur, rambut dan pakaianku yang masih acak-acakan membuatku terlihat baru selesai berburu.
"Kenapa orang seperti kamu ini bisa juara umum sih" keluh meita mendorongku ke toilet dan melempar handuk kewajahku.
"Cepat!, aku tunggu" meita menutup pintu toilet dengan kasar. Aku menggaruk-garuk kepalaku, melihat wajah berantakanku di cermin. Ah kenapa aku harus repot-repot mengurusi ekskul anak baru, aku saja tidak mengikuti ekskul apapun.
Meita masih menungguku di atas kasurnya. Aku dengan malas menghampirinya.
"Udah?, ayo buru!" Meita menarikku keluar kamar, ia sedikit menyeretku agar berjalan lebih cepat. Kami memasuki aula sekolah, siswi baru sudah berkumpul disana.
"Kenapa kalian selalu telat?" Vania sang ketua osis menegur kami yang baru tiba, aku mengalihkan wajahku darinya, memasukkan kedua tanganku ke saku celana. Aku dan vania tidak dekat, ia sang ketua osis yang disegani sekaligus dikagumi banyak orang dengan segudang prestasi di luar akademik. sedangkan aku sang juara umum di sekolah yang bersikap acuh tak acuh dan sangat malas mengikuti kegiatan apapun di sekolah kecuali belajar. Kami adalah dua orang yang berprestasi dengan cara berbeda, namun hal itu menjadi alasan untuk kita saling merasa tersaingi.
"Maaf Van, kita bangun kesiangan" sahut meita mengambil alih beberapa brosur dari tangan vania. Meita menarikku menjauh dari vania, ia selalu menengahiku dengan sang ketua osis.
"Sok banget sih dia" ucapku setelah kami menjauh
"Sudah Ra, kita yang salah kok" Meita mengajakku duduk bersila di lantai bersender di dinding aula.
"Ini aku lagi yang jelasin?" Meita menunjukkan brosur di tangannya.
"Aku kesini karena kamu yang paksa, brosur ini juga kamu yang ambil dari vania, jadi ini tanggung jawab kamu"
"Bener-bener ya Ra" Meita pun menarikku beranjak menuju perkumpulan siswi yang menjadi tanggung jawab kami berdua. Aku tak melihat sosok Feli disini. Kepalaku berputar mencarinya, dan aku melihatnya sedang berbicara dengan vania. Mereka berbicara berdua, tampak vania sedang menjelaskan brosur di tangannya. Aku memperhatikan feli yang berbalik kembali ke kelompoknya setelah berbicara dengan vania, tersirat senyum tipis di wajahnya saat ia kembali duduk. Mataku tak terlepas darinya hingga ia melihat ke depan dan mata kami bertemu. Ia tampak kaget namun tanpa ekspresi, hanya bola matanya yang membesar sekilas.
Penjelasan dari meita sudah beres. Beberapa siswa mengerumuni meita menanyakan beberapa pertanyaan yang lebih rinci tentang ekskul sekolah. Sedangkan aku masih duduk di kursiku melipat kakiku, menyilangkan tanganku sembari memperhatikan sekitar.
"Kamu beneran anggota osis?"
Aku mengenal suara ini, feli berdiri di depanku dengan memegang brosur.
"Iya" jawabku sembari menggeser dudukku untuknya, aku menepuk dudukan di sebelahku, walau ragu feli tetap duduk di sampingku.
"Kenapa kamu gak aktif seperti yang lain?"
"Aku malas" jawabku seadanya
"Sayang sekali, anggota yang lain kelihatannya aktif, sepertinya banyak junior yang suka ke mereka"
"Termasuk kamu kan?"
"Aku?"
"Ya, kamu pasti suka lihat ketua osis"
"Ya, aku kagum dengannya"
"Gak heran, ketua osis memang punya daya tarik sendiri" balasku.
"Apa tanggung jawab kamu di osis, kamu ada jabatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CaNdY LoVe
RomanceApa yang terjadi jika cinta sejenis ini pertama kalinya dirasakan oleh kita?, kamu dengan pengalaman barumu, aku juga begitu. Kita tak sengaja bertemu, nyaman bersama dan jatuh cinta. Cinta tumbuh semakin besar, seiring besarnya rasa sakit yang akan...