ANINDHIRA
"Ternyata benar meita, siapa yang mencintai terlalu dalam, dia yang akan berantakan. Mungkin beginilah keadaan feli saat itu, saat ia kehilangan cintanya begitu saja" kataku pada meita ditengah waktu kami menikmati hari libur.
"Atau yang mencintai terlalu dalam, dialah yg kalah dan akan terbuang..." sela meita.
"Kenapa ketulusanku tak terbalas meit?, apa salahku?"
Aku menghela napas berkali-kali, menengadahkan kepalaku menatap langit yang biru dengan diselimuti awan putih. Semilir angin membelai kulitku, udara hangat di hari menjelang sore itu sedikit menghiburku.
"Jangan menyesali apa yang sudah terjadi Ra, semua hal jelek yang kamu alami pasti ada hal baik yang bisa kamu petik. Silahkan bersedih hati, tapi jangan berlarut. Masa depanmu masih panjang, dan aku yakin pasti cerah. Cintamu, jika ia memang milikmu, ia tak akan pernah hilang darimu" nasihat meita
Hari itu, setelah aku dan feli ribut, tak ada lagi alasan kami untuk tetap bersama di dalam satu ruangan, tak ada alasan untuk terus bersikap biasa saja, tak ada alasan untuk tidur di satu ranjang apalagi saling berpelukan dalam lelap.
"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Tanya feli setelah pelukan kami terlepas
"Mari tidak saling bertemu sampai aku pergi dari sekolah ini" jawabku, kami diam saling tatap.
"Aku akan fokus hanya pada diriku, aku berharap kami juga begitu. Kamu gak perlu mengkhawatirkanku, aku juga tak akan mencari tau keadaanmu. Dengan begitu, kita akan terbiasa sendiri"
"Kamu yakin?"
"Kamu punya cara yang lebih baik?" Tanyaku balik, feli menundukkan kepalanya. Andai saja ia memiliki rasa yang sama sepertiku, tak perlu sebesar rasaku, sedikit saja ia menganggapku seperti kekasihnya.
Dengan bantuan meita, aku pindah ke asramaku sebelumnya. Aku memiliki roomate baru, teman sekelasku juga. Jika orang-orang bertanya, aku beralasan jika aku lebih nyaman tinggal di asrama yang biasa saja. Terdengar aneh, tapi aku hanya bisa beralasan begitu.
Hari-hariku terus berlanjut.
Aku tak bertemu feli lagi. Aku menghindari area asrama vip, area kelas XI serta menghindari tempat-tempat yang memungkinkan bisa berpapasan dengannya. Bukan aku membencinya, aku hanya tak ingin berharap ia berbalik mencintaiku. Aku tak ingin semakin terpuruk mengharapkan hal yang kesannya menjadi memaksakan kehendakku.
Akhirnya, sampailah aku di penghujung waktu tinggal di asrama.
Aku sudah punya kampus tujuan. Aku akan pergi jauh menempuh pendidikanku keluar negeri. Tentu saja jurusanku tak jauh-jauh dari matematika dan sains.
Sebeluk aku benar-benar pergi dari asrama, satu hal yang harus aku selesaikan dengan baik agar tak jadi beban dan penyesalan nantinya.
Hari itu, aku mengirim pesan singkat pada feli. Ya, aku masih menyimpan nomor telponnya dengan nama yang sama "felicya gemec".
Aku menunggu dengan gelisah. Setelah beberapa bulan, akhirnya aku akan bertemu dan bicara dengan feli. Aku duduk dengan kaki bergoyang sedari tadi, aku sudah mencoba lebih tenang namun tetap gagal.
Setelah hampir setengah jam, feli datang. Aku segera bangkit berdiri menyambutnya. Aku menyeka keringat di keningku, aki seperti baru pertama kali menemui orang yang sangat penting dalam kehidupanki.
"Hai, maaf lama" ucapnya, ah suara ini.
"Ga apa, ayo duduk" ucapku duduk lebih dulu. Aku mengajak feli bertemu siang ini, karena sore nanti aku akan keluar dari asrama, artinya aku akan pergi jauh dan tak akan bertemu lagi dengannya sampai waktu yang tak bisa ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CaNdY LoVe
RomanceApa yang terjadi jika cinta sejenis ini pertama kalinya dirasakan oleh kita?, kamu dengan pengalaman barumu, aku juga begitu. Kita tak sengaja bertemu, nyaman bersama dan jatuh cinta. Cinta tumbuh semakin besar, seiring besarnya rasa sakit yang akan...