D-Ra&Fel

1.2K 142 5
                                    

"Mei cepat!!!" Aku berteriak sembari memakai sepatuku. Meita keluar kamar tergesa-gesa. Ia duduk disampingku memakai sepatunya dengan cepat. Kami berdua pun berlari kencang kejar-kejaran dengan waktu. Hari senin selalu ada upacara pagi. Kami berdua malah tidur larut karena bermain uno berdua dengan taruhan uang koin sisa-sisa kehidupan di dompet kami.

Napasku memburu naik turun, lega sudah terlihat barisan orang dengan seragam putih abu. Seorang guru pengawas upacara menggoyangkan tongkat ditangannya, membuatku semakin berlari kencang hampir terjatuh.

"Baris disini saja kalian!" Ujar Bu guru. Aku berbaris asal yang terdekat dengan pinggiran lapangan. Ah selamat, teringat minggu lalu aku harus menerima hukuman karena telat upacara. Aku dan meita berbaris di belakang, napas kami bersahutan kelelahan berlari. Keringat mengucur di dahiku, padahal aku baru saja mandi, aku pun mulai gerah. Aku melihat orang disekitarku, ini barisan anak kelas X.

Saat sedang mengipasi wajahku dengan tangan, mataku bertemu dengan orang yang paling menarik dalam 3 hari terakhir. Aku sontak tersenyum lebar pada feli yang menoleh ke arahku, ia mengernyitkan dahinya dan menggeleng pelan. Ada rasa malu menyelip di hatiku mengingat ucapan feli bahwa ia menyukai orang yang memiliki gambaran mirip vania. Aku menarik senyumku dengan cepat, ah aku jauh sekali jika dibandingkan vania.

Usai upacara aku dan meita kembali ke asrama sebentar untuk ambil buku & tas. Kami menghela napas panjang bersamaan melihat kamar kami yang berantakan. Kami pun membersihkan kamar sejenak sebelum pergi menuju kelas.

"Lapar" celetukku.

"Nih" meita menyodorkan coklat yang tinggal setengah.

"Jajanan aku tinggal ini, seenggaknya bisa tahan sampai makan siang" ucapnya sambil mengunyah cokelat potongan pertama. Kami selain hampir telat upacara, kami juga melewatkan jam sarapan. Kami yang sedang berada di masa kritis keuangan ini pun hanya bisa pasrah menahan lapar hingga tiba jam makan siang.

Aku dan meita berada di kelas yang sama dan semeja juga. Setibanya di kelas kami sama-sama merebahkan kepala di atas meja.

"Kenapa kalian?" Iyan si lelaki baik ini baru tiba dan duduk di kursinya yang tepat di depanku. Oh iya, sekolahku ini bukan hanya punya asrama puteri, tapi juga asrama putra. Sekolah kami sama dengan sekolah yang lain, walau berasrama kami tetap bergabung dikelas baik putera atau puteri. Iyan ini adalah salah satu dari sekian siswa yang tidak tinggal di asrama.

"Lapar" jawab meita dengan suara bergetar. Aku mengangkat kepalaku melihat iyan yang sibuk dengan ranselnya. Ia mengeluarkan semua beberapa bukunya ke meja, lalu mengeluarkan bingkisan besar dan meletakkan di meja kami.

"Tadi malam ada acara di rumahku, aku minta ibu hangatkan untuk kalian" jelasnya sembari menaikkan kaca matanya yang turun. Aku tersenyum lebar dengan mata berbinar. Meita yang lemas juga sontak bangkit duduk dan meraih bingkisan dengan cepat.

"Terima kasih yan" ucapku

"Sama-sama, aku bilang juga ke mama. Kasihan dua temanku yang ada di penjara pasti kelaparan"

Meita terbatuk mendengar ucapan iyan, ia mendelik pada iyan yang tertawa.

"Tapi emang benar, Terima kasih sudah jadi penyelamat kami hari ini iyan" sahutku. Iyan adalah teman lelaki yang sangat baik bagiku. Walau ia terlihat polos dan lugu, tapi ia sangat pengertian dan perhatian. Ia selalu membantuku dan meita.

"Ra, ada yang cari kamu tuh!" Teman sekelasku yang baru masuk meneriakiku dari pintu kelas. Beberapa orang yang sudah berada di kelas kompak melihat ke arahku dan ke arah pintu. Aku tersentak kaget melihat feli berdiri disana.

"Woy, buru!" Meita menegurku yang termangu melihat feli. Aku melepas potongan risol yang menggantung di mulutku. Aku segera menghampiri feli.

"Hai, ada apa?" Tanyaku sembari menelan air liurku. Feli memutar bola matanya, ia menghindari tatapanku. Aku memperhatikannya yang membawa tas.

CaNdY LoVeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang