"Jadi kamu yang bakal ajarin feli?" Tanya meita saat aku menjelaskan padanya sembari kami jalan menuju kantin.
"Iya"
"Tunggu deh, kenapa dia harus punya kelas tambahan?"
"Aku juga punya pertanyaan yang sama" jawabku. Aku tak bertanya pada bu Lingga ataupun feli kemarin, membingungkan emang kenapa kelas X harus memiliki kelas tambahan yang biasanya jadi hak siswi kelas XII untuk kelusan dan persiapan masuk kuliah.
"Halo feli..."
Lamunanku buyar dan mencari sosok yang menjadi fokusku beberapa terkahir. Feli sedang berbaris di antrian terakhir menunggu giliran mengisi nampannya.
"Kebetulan banget ketemu dikantin, takdir emang ya" ucap meita menarikku untuk berpindah posisi berdiri hingga aku berada di tengah antara feli dan meita. Aku tersenyum kikuk pada feli yang menolehku tanpa reaksi.
Usai mengisi penuh nampan ini, aku dan meita mengekori feli memilih tempat duduk.
"Kamu masih sendirian?, belum punya teman?" Celetuk meita, aku melihat feli yang tampak tak nyaman dengan pertanyaan meita.
"Kamu juga gitu, dulu awal masuk asrama kamu juga sering sendirian, sempat nangis juga kan di atas kasur tengah malam" sahutku
"Kamu juga selalu sendirian, mana mau kabur lagi dari asrama" balas meita
"Bagaimana kalian berdua bisa berteman?" Sela feli sembari menunjuk kami berdua dengan ujung sendoknya.
"Karena dihukum" jawabku sepelan mungkin, feli mengerutkan keningnya.
"Iya, jadi kita berdua bolos sekolah. Kita berdua dihukum dijemur di tengah lapangan. Kebetulan kita satu kelas saat itu, dan akhirnya kita berteman" jelas meita
"Kalian pernah bertengkar?"
"Pertengkaran biasa, tidak pernah serius" jelasku, "Bagaimana di kelasmu?, apa tak ada yang ingin kamu jadikan teman?" Lanjutku.
"Aku tidak sembarang memilih teman"
"Bagus, setidaknya kamu bisa memilih teman yang sesuai dengan kamu. Tapi, memiliki teman yang berbeda denganmu juga pasti menyenangkan" jelasku, aku menatap pergelangan tangan feli, ia belum juga memakai gelang yang aku beri. Sesulit itu membuatnya menerimaku menjadi temannya.
"Eh Vania" meita menyenggol sikuku, aku melihat ke arah yang mei tunjuk. Vania bersama teman-temannya berjalan ke arah kami.
"Boleh gabung?" Vania bertanya ke Feli. Kursi panjang disisi feli memang cukup untuk vania dan teman-temannya.
"Silahkan kak" jawab feli menggeser duduknya, aku tak nyaman melihat vania duduk di sebelah feli. Selain itu, "kak" ia memanggil dan bersikap manis pada vania.
"Jangan lupa nanti sepulang sekolah kita ada rapat" vania menatapku dan meita bergantian.
"Iya van" sahut mei, aku tak menggubrisnya, lebih baik aku menghabiskan makananku ini dengan cepat. Usai makan aku langsung beranjak dari dudukku, meita yang belum beres pun buru-buru menghabiskan makanannya.
"Kita mau ketemu dimana?" Tanyaku
"Kamu nanya aku?" Tanya vania, aku melirik teman-teman di meja ini yang serempak melihatku.
"Feli" jawabku menelan air liurku.
"Dikelasku saja"
"Ok" Aku buru-buru pergi disusul oleh meita. Aku tak pernah nyaman berada di dekat Vania. Tatapannya selalu terasa mengintimidasiku.
"Berarti kamu gak ikut rapat dong nanti?"
"Gak"
"Aku kasih alasan apa ke vania?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CaNdY LoVe
RomanceApa yang terjadi jika cinta sejenis ini pertama kalinya dirasakan oleh kita?, kamu dengan pengalaman barumu, aku juga begitu. Kita tak sengaja bertemu, nyaman bersama dan jatuh cinta. Cinta tumbuh semakin besar, seiring besarnya rasa sakit yang akan...