K-Ra&fel

851 98 17
                                    

Sejak malam itu, aku dan feli semakin dekat. Aku lebih banyak melihat senyum dan tawa feli saat kami bersama, kami bercerita banyak hal. Kami masih belajar bersama seperti biasa. Tempat belajar kami juga berpindah-pindah tergantung mood. Kali ini kami kembali belajar di kelas feli. Usai belajar kami tak langsung pulang, hujan turun dengan derasnya. Kami tak membawa payung, jika melewati hujan begitu saja bukan hanya tubuh ini yang basah, melainkan buku-buku kami.

Kami duduk bersebelahan, melihat rintikan hujan dari jendela dan pintu kelas yang terbuka. Harum khasnya hujan mulai tercium, feli menutup matanya, bersenandung dan tersenyum tipis menikmati suasana sore ini.

"Fel, kenapa kamu perlu belajar tambahan?" Tanyaku, feli membuka matanya perlahan.

"Kenapa Ra, aneh ya?"

"Mmmm Aneh karena kamu masih di kelas 1, tidak aneh kalau kamu sudah di kelas 3 atau kamu sedang ada program khusus"

"Aku akan memberitahumu nanti Ra, bisa kan?" Feli menatapku dengan mata sendunya.

"Baik"

"Ra, dengan kecerdasan dan nilai bagus ini, apa yang akan kamu lakukan setelah lulus SMA?"

"Kuliah dan beasiswa, aku akan coba daftar di kampus terbaik"

"Itu impianmu?"

"Ya, karena keahlianku hanya belajar jadi aku hanya akan belajar" jelasku. Feli mengangguk-angguk

"Kamu?" Tanyaku balik, Feli tersenyum tipis dan menghela napas panjang.

"Entahlah Ra, aku ikut mama papa saja"

"Kenapa?, kamu punya hak buat bermimpi"

"Benar, tapi ada orang yang hidupnya sudah ditentukan sejak lahir. Aku misalnya" Feli beranjak dari duduknya. Aku terheran melihatnya naik ke ats meja dan berbaring disana.

"Aku baringan ya!" Ijinnya sambil memiringkan wajahnya padaku, aku tersenyum tipis memihat feli yang berbaring di hadapanku. Aku menegakkan dudukku menjaga jarak dengannya.

"Ra. Kamu pernah kesepian?"

"Mmm sepertinya semua orang pernah merasa sepi dalam hidupnya"

"Sepinya kamu bagaimana?"

Pertanyaan feli membuatku menarik napas dalam. Pikiranku melayang mencari momen yang membuatku merasa sepi.

"Kita berdua sama-sama anak tunggal, itu jelas jadi salah satu alasan merasa sepi. Belum lagi orang tua yang sibuk kerja, mereka memberikan perhatian secukupnya atau bahkan bisa seadanya, kadang akunya berharap lebih. Selain itu, aku rasa yang paling membuat terasa sepi adalah ketika tak ada yang mendengarkanku, saat begitu aku akan merasa kosong, hampa, dan mungkin jika aku menghilangpun tak apa" jelasku. Feli memiringkan tubuhnya, memakai sebelah lengannya menjadi bantalan kepalanya, ia tersenyum manis padaku.

"Penjelasan kamu sudah mewakili alasanku juga Ra, aku selalu merasa sepi, apalagi aku tak se ceria kamu, kamu gampang berteman dengan siapa saja, setidaknya sepi mu tak sesepiku"

"Kini kamu punya aku, aku sudah jadi temanmu" sahutku, kami sama-sama tersenyum. Mata feli berbinar, aku menyukainya.

"Aku harap kamu tidak kapok nantinya berteman denganku Ra"

"Kenapa harus kapok, aku senang berteman denganmu" jawabku sembari menopang daguku mendekat ke feli, wajah kami semakin dekat dengan senyum yang masih menghiasi wajah kami berdua.

"Karena aku akan merepotkanmu untuk mengusir sepiku"

"Aku tidak keberatan Fel"

"Serius?"

CaNdY LoVeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang