Pelajaran dimulai, Susi mulai kembali seperti sedia kala. Dia tersenyum dengan cerah. Sementara, Jessi menatap kami dengan tajam dan bengis setibanya mereka sampai didalam kelas.
Sebuah colekan dibelakang membuatku memutar tubuh. Aku melihat Mark yang nampak mencondongkan tubuhnya padaku.
"Apa kau melakukan sesuatu?" tanya Mark sembari berbisik. Matanya sekilas melirik Jessi. Aku terdiam dan ikut melirik Jessi. "Kau melakukan sesuatu, kan?" tanyanya dua kali.
"Kenapa memang? Ada yang aneh?" sahutku.
"Kau memang telah melakukan sesuatu. Kenapa kau tidak mengajakku? Aku 'kan juga mau lihat, pasti seru sekali!" katanya protes.
Aku menggelengkan kepala sembari mendecak. Mark peka sekali dengan hal ini. Aku bahkan belum menceritakan apapun padanya. Beberapa menit kemudian, Mark kembali mencolekku dan membuatku kembali menoleh.
"Kau dan temanmu itu sepertinya sudah baikkan? Kenapa bisa begitu? Seingatku kalian tak begitu akrab." Mark kembali berbisik.
"SSt! Sudah kau diam saja dan fokus!" kataku sedikit membentak dengan bisikan.
Bel istirahat berbunyi, lantas semua murid berhamburan ke kantin ataupun nongkrong di koridor dan toilet serta belakang sekolah.
"Kau mau ke kantin?" tanyaku pada Susi usai membereskan buku. Susi langsung sigap mengangguk.
"Tentu saja, aku akan duduk bersamamu. Selama ini kau selalu duduk sendirian, maaf ya?" ujar Susi dengan nada menyesal.
Aku menyenggol sikutnya, "Eeei, tak perlu khawatir. Aku tak sendirian kok, pasti nanti ada aja orang yang ikut gabung denganku."
Susi mengerlingkan matanya, "Benarkah? Siapa?"
Aku meringis tanpa menjawab dan langsung menggandeng Susi menuju kantin. Kurasa Jessi sudah pergi duluan, baguslah. Aku menoleh dan mencari sosok Mark, namun aku tak melihat ia. Mungkin dia sudah pergi duluan.
Aku cukup lega bahwa saat ini aku tak perlu sendiri menghadapi para pria bodoh yang selalu mengacaukan makan siangku. Tapi, sudah lima belas menit mereka tidak menunjukan batang hidungnya.
Biasanya baru saja aku akan memakan suapan pertama, salah satu dari mereka datang. Kalau bukan Val ya David.
"Kau mencari siapa, Arshea?" tanya Susi yang memergokiku celingukan.
"Bukan siapa-siapa," sahutku meringis kecil sembari menghabiskan makananku.
Susi mengerjapkan mata sambil berpikir, "Oh, apa cowok-cowok itu? Aku sering melihat mereka bersamamu saat jam istirahat."
Seketika aku terbatuk dan segera menenggak minumku yang masih belum tersentuh sejak tadi.
"Cowok siapa?! Aku tak mencari siapa-siapa," ujarku mengelak.
Susi lalu menatapku dengan curiga. Kedua matanya menyipit tajam padaku.
"Mereka, cowok-cowok populer itu..." ucap Susi dengan nadanya yang menginterogasi
"Ah-aha! aku sudah selesai, apa 1kau sudah selesai?" ujarku berangin sambil membereskan nampan makanku lalu berdiri.
Aku segera berjalan meninggalkan Susi dibelakang yang terlihat agak kebingungan. Kepalanya juga ikut celingak-celinguk.
Syukurlah tadi Val dan David tidak menghampiriku.
Beberapa menit lagi kelas akan dimulai kembali, aku duduk dengan lega diikuti Susi yang langsung mengeluarkan beberapa buku pelajaran.
Beberapa saat kemudian, Mark datang dengan dua orang dibelakangnya. Yap, mereka adalah Val dan David.
"Heyo! Arshea!" Val melambaikan tangan dengan ceria. Seketika bulu kudukku tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I've Become My Master
FantasiaSetelah insiden bunuh diri itu, majikanku terbaring koma dan meninggal. Aku, sebagai kucing peliharaanya, tidak tega melihat majikanku tertidur dengan begitu pulasnya di peti mati yang berukir warna emas. Aku melihat sosok tampan dengan sayap dan ju...