Bab 12

21 4 0
                                    

Suara alunan musik di radio tua dalam mobil menemani kami di kesenjangan sepi. Aku masih melamun, namun sesaat ayah menyadarkanku.

"Arshea? Kau sedang memikirkan apa?" tanyanya padaku.

"Ah, bukan apa-apa, Yah," sahutku dengan suara setenang mungkin. Akhir-akhir ini ayah Arshea mudah sekali khawatir padaku pasca kejadian 'mati suri' yang dialami Arshea.

Walau sebenarnya itu bukan mati suri.

Semenjak Val mengumumkan hal itu, hari-hari disekolah nampak lancar. Semua mata yang semula menancap pada setiap gerak gerikku seketika lenyap. Tak ada desas-desus tentangku.

Yah, syukurlah semua menjadi tenang dan aman.

Tapi, hanya seminggu hari-hari damai itu berlalu, sekolah mulai memanas kembali. Tatkala Jessi dan teman-temannya menantangku untuk berpartisipasi dalam olahraga air. Ya, berenang.

Sekolah mengadakan lomba olahraga antar kelas, yang mana beraneka cabang olahraga di uji coba sebelum berpartisipasi dalam ajang olahraga antar sekolah.

Satu kelas, boleh berpartisipasi dalam semua jenis olahraga tp hanya satu tim yang akan lolos di satu cabang olahraga.

Dalam kelasku, ada 3 tim yang berminat di cabang olahraga renang. Termasuk aku didalamnya.

Aku terpaksa, saat Jessi dengan suaranya yang mengejek berkata jika dulunya Arshea adalah anak yang pandai dalam olahraga renang saat aku bersikeras untuk tidak ikut dalam acara sekolah itu.

Well, aku tak pernah melihat Arshea berenang. Jadi aku masih sangat menaruh curiga jika Jessi sedang mempermainkanku.

Tapi, anggapan itu sirna saat aku bertanya pada Susi. Dan Susi pun mengiyakan bahwasanya Arshea cukup ahli dalam olahraga air tersebut.

Yah, aku tidak. Aku sangat membenci air. Kalau kalian bertanya apakah aku pernah mandi selama aku menjadi Arshea? Ya, benar. Aku mandi. Tentu saja. Menyiram air ke seluruh tubuh untuk membersihkan diri sudah pasti aku tidak merasa tidak nyaman.

Tetapi ini adalah hal yang berbeda. Kali ini, tubuhku akan diselimuti oleh air dan berenang didalamnya.

Tidak, tentu saja aku tidak bisa dan tidak mau. Aku ini kucing, aku benci saat sesuatu yang basah mengenai buluku dan merepotkan aku yang harus menyisirnya dengan papilaku sepanjang hari hingga benar-benar kering.

Menjadi manusia sudah membuatku malas jika harus mandi dengan air. Tapi hanya itu satu-satunya yang bisa membersihkan tubuh manusia, kan?

Kalau berada dikolam berisi air, aku tidak akan sanggup.

Menanggapi hal itu, aku melamun sepanjang istirahat hanya dengan meminum susu kaleng. Aku gelisah bercampur deg-degan. Bagaimana jika aku kalah? Didepan Jessi? Bukankah itu akan membuat Jessi menang dan semakin memandangku rendah?

Aku mengetuk-ketuk meja dengan jemariku saat memikirkannya. Hingga sebuah nampan besi berisi makanan dan lauk-pauk menghantam kecil mejaku.

Aku tersentak dengan sedikit kaget.

"Maaf, aku boleh duduk disini?" Kata seorang siswa yang wajahnya tidak asing. Aku mencari sebuah nama yang cocok dengannya di kotak memoriku hingga membutuhkan beberapa detik.

Dia masih berdiri disitu sampai akhirnya aku menemukan namanya.

"Ah, silahkan saja," sahutku setelah lega dan berhasil mendapatkan namanya.

"Kulihat kau tidak memakan apapun selain susu kaleng itu," tanya David padaku.

"Ya, aku hanya sedang tidak ingin makan."

Suddenly I've Become My MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang