"Vin, menurut lo informasi itu benar-benar-real atau hoax? Lo jangan asal percaya aja sama Megane. Dia termasuk pasukannya Azre,"
"Ck. Lik, lo kalau gak percaya, ya udah! Dukung aja Ledib. Gue gak peduli kalau lo di pihak Ledib, atau di pihak gue." Kevin berdecak kesal. Ia langsung mengambil kunci motornya yang tepat berada di atas meja, dan langsung meninggalkan Malik begitu saja. Malik tidak mencegat Kevin, sudah cukup puas dan kesal dengan jawaban Kevin.
Ting! Notifikasi nyaring dari HP Malik membuat satu-tiga orang menoleh ke arahnya. Malik mengambil HP-nya, membuka WhatsApp.
"Lik, noleh lo ke belakang," Chat itu dari orang yang tidak dikenal. Malik tanpa membalas chat itu, langsung menoleh ke belakang.
Belum juga dengan sepenuhnya menoleh kebelakang, Malik sudah dikejutkan satu lelaki yang berkulit mirip biskuit Biskuat rasa cokelat.
"Woy!"
"Anjing!" Malik kaget, ia refleks mengeluarkan satu kata perhewanan dengan volume yang sedikit besar.
"Pantesan nama lo Megane, kelakuan lo emang memeg banget, anjing!"
"Santai goblok, gitu doang kaget!" Megane berjalan pelan, menduduki kursi yang tadinya diduduki Kevin. Ia membawa satu kopi hangat, porsi sedang dan dibawa pulang.
"Lo itu, yang temennya Azre kan ya? Tapi baru ikut dia sekolah di situ kemarin,"
"Iya. Betewe, gue di sini mau beritahu lo sesuatu."
"Hah? Apa?"
Megane menyalakan HP-nya, membuka WhatsApp. Megane dengan cepat membalik HP-nya, menunjukkan sesuatu ke Malik.
"Noh, temen lo. Ngefitnah lo. Si Ledib-Ledib itu,"
Malik mengernyit, sedikit tidak percaya. Yang Malik tahu, dari kecil Ledib tidak pernah bermuka dua. Megane juga baru pindah dari sekolah lain, ledib juga tidak kenal dengan bocah ini.
"Gak percaya. Lo harus tau, gue temen sejak TK-nya. Dia gak pernah jadi ular. Lo cuma mau bikin dia sengsara soalnya Azre dipenjara, kan?"
"Sorry? Gue gak sesampah itu. Lo lihat aja nomernya kalau gak percaya. Sama atau gak sama nomer Ledib yang asli?"
Megane tanpa melebih-lebihkan perkataannya, ia langsung melempar HP-nya kepada Malik.
Malik tidak menerima HP itu, alhasil HP Megane terjatuh dengan suara renyah. Tetapi, jatuhnya di meja.
Malik mengoreksi, mengingat-ingat nomer Ledib. "Lah, kok sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu, Ledib Lelah. [Wijaya Wahyuda Angst Fanfiction.]
Fanfiction"Tolong, cepat ambil jiwa ini. Dekap jiwa ini dengan erat sampai nafasnya terhenti." Ledib merangkul jiwa rapuhnya. Bendungan air matanya bocor, terus menetes dan jatuh ke tangannya sendiri.