Bab 5 [Hati-hati.]

309 47 3
                                    

Ledib dan Malik kembali menoleh ke arah Kevin. Keduanya kaget, kenapa tiba-tiba ada Ayon yang sedang makan nasi goreng sambil duduk bertongkat lutut di sini?

Ledib selain kaget, ia juga bingung. Karena dia tidak kenal dengan Ayon. Ia tidak satu kelas dengannya. Tapi Ayon kenal dengan Ledib. Yah, banyak yang kenal dengan Ledib. Tapi, Ledib hanya kenal teman-teman satu angkatannya (di kelas yang satunya hanya beberapa saja).

"Siapa itu, Lik?" Bisik Ledib.

"Itu Ayo-"

"Hai, gue Ayon. Yang tadi dimarahin sama Pak Heri, plus yang muji lo cantik pas Pak Heri masih ngamuk-ngamuk." Jawab, dan potong Ayon. Ledib hanya mengangguk-angguk sambil memasang ekspresi sedikit jijik saat Ayon mulai menambah kata "plus yang muji lo cantik".

"Ah, yang tadi, toh? Salam kenal, ya."

Mereka berjabat tangan, dan saling memberi senyum.

Di sisi lain, Azre masih menatap sinis Ledib dan kawan-kawannya yang sedang asyik membahas suatu hal.

Azre tertawa kecil, "Habis lo di tangan gue."

***

Bel masuk berbunyi. Kevin segera membayar baksonya, juga bakso Ledib ke Ibu Kantin. Begitu juga dengan Malik dan Ayon. Mereka membayar makanan mereka masing-masing, lalu kembali ke kelas.

Guru-guru masih berjalan santai di koridor sekolah menuju kantor, untuk mengambil buku paket sesuai jadwal kelas yang akan mereka datangi dan beri penjelasan selama satu jam lebih.

"Woy, gue sama Ledib duluan, ya." Ujar Kevin ke Ayon, dan Malik. Kevin dan Ledib berjalan belok ke kanan, menuju kelas mereka.

Arah jalan ke kelas C, dan B, itu berbeda. Juga sedikit jauh. Karena, kelas A-B adalah kelas bagi siswa-siswi dengan kepintaran di rata-rata, atau netral. Jadi, area kelas A-B terletak sedikit jauh dari kelas C-D yang berisi siswa-siswi yang memiliki kepintaran di atas rata-rata.

"Eh, Vin. Lo tadi liat Azre, gak? Pas dia ngeliatin gue." Tanya Ledib. Kevin mengangguk, menatap wajah Ledib yang terlihat sedikit bingung.

"Iya. Kata gue sih, lo kalau mau ke mana-mana jangan sendiri, deh. Gue punya firasat buruk,"

"Iya. Tapi, dia gak pernah ngapa-ngapain gue. Selama ini, gue gak punya masalah tuh, sama dia. Dia aja, satu kelas sama kita. Kenapa dia ngeliatin gue kayak git-"

Mendadak, Azre yang muncul entah dari mana, mencegat mereka berdua. Ledib dan Kevin reflek kaget, dan bingung.

"Woy. Minggir lo!" Usir Kevin. Azre memberi tatapan mata sinis, Kevin berjalan maju, mengawal Ledib dari depan. Azre perlahan mundur, menjauh dari Kevin. Ledib hanya menyimak mereka berdua. Ia tak berani membuka mulut untuk mengeluarkan satu kata pun.

"Lo yang harusnya pergi, anjing. Gue mau bicara sama Ledib,"

"Bacot. Lo pasti mau ngapa-ngapain temen gue, kan? Jangan sekali-sekali lo nyakitin temen gue. Sekalinya lo ketahuan nyakitin temen gue, mati lo, memek."

Kevin mengancam ngeri. Azre terdiam, mereka berdua bertatap-tatapan dengan ekspresi yang tentunya sinis, dan tajam. Selang beberapa detik, Azre meludah ke kiri. Dan tanpa berkata apa-apa, dia pergi begitu saja.

"Anak kontol. Buang-buang waktu aja." Umpat Kevin.

Mereka berdua pun dengan cepat berjalan, dan menaiki tangga menuju kelas. Untungnya, saat sudah sampai di kelas, belum ada guru yang sudah siap memberi salam dan menyuruh siswa-siswi mendengarkan penjelasan panjang lebar mereka. Tanpa ba-bi-bu, Kevin dan Ledib duduk di bangku mereka masing-masing.

Terlihat, Azre dan teman-temannya sedang berbincang-bincang. Entah hal apa, tapi Kevin dan Ledib menghiraukan itu. Mereka mencari aman, tidak mau si Azre itu menganggu mereka lagi.

Tapi yang pasti, walau Ledib tidak melakukan apa-apa dan berusaha menjauhi hal-hal yang beresiko, Azre tetap berencana melakukan sesuatu kepada Ledib.

Ibu, Ledib Lelah. [Wijaya Wahyuda Angst Fanfiction.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang