03

950 113 20
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Tidak masalah bagi Yibo untuk datang jam berapa pun di kantor. Statusnya adalah pemilik, sehingga mempunyai kewenangan penuh. Tapi, tidak ketika di rumah. Meskipun dia bertunangan dengan Lusi hanya karena bisnis semata, dia tetap berusaha menjaga martabat wanita itu di depan keluarga dan orang-orangnya. Namun, kali ini Yibo melanggar itu.

Yibo mengenal Lusi sebelum karier mereka melejit. Keduanya sudah lebih dulu menjalin hubungan sebagai sahabat sehingga Yibo akan menghargai Lusi dengan sangat. Istilah sahabat di atas segalanya adalah benar adanya. Yibo akan selalu memperlakukan Lusi sebagaimana pria memperlakukan wanita.

Tapi, hari itu tidak demikian. Pada jam sepuluh dia tiba, meja makan masih diisi dengan hidangan, lengkap dengan cake yang Yibo beli kemarin. Dia cukul yakin, bahwa itu bukan masakan pagi ini.

Yibo menyadari sesuatu, bahwa tidak ada satu pun pelayan di dekat meja makan. Seakan tempat itu terkutuk, sehingga mereka menjauh. Bahkan kepala pelayan yang mengekor Yibo dari pintu utama hanya bisa menunduk was-was.

“Semalam Nona memerintahkan untuk tidak membersihkannya sebelum Anda pulang, Tuan Wang. Kami tidak berani bertindak sebelum ada perintah lanjutan dari Nona.”

Ada jeda yang cukup lama setelah Yibo mendengar penuturan itu. Tatapan tertuju pada cake dengan strawberry di atasnya yang belum tersentuh sama sekali. Alat makan Lusi juga masih tertata rapi seperti belum tersentuh. Melihatnya, Yibo mengepalkan telapak. “Bersihkan itu.” Ucapnya tegas.

Seluruh pelayan yang dia lewati terdiam dan menduduk, tidak berani sama sekali untuk menyapa Yibo ketika dia mengeraskan rahang dan menaiki anakan tangga dengan langkah besar.Yibo jelas tahu bahwa perilakunya melukai Lusi. Dia sudah mengumpulkan seribu satu kata dalam benak, menyusunnya menjadi sebuah penjelasan untuk disampaikan.

Mendadak kata itu hilang seluruhnya, digantikan oleh keterkejutan yang Yibo terima saat dia membuka pintu kamar. Lusi berdiri di depan lemari pakaian, hanya menggenakan celana dalam dan akan memasangkan bra. Tubuhnya kecil, serupa dengan milik Zhan. Dan Yibo sontak mengalihkan pandang ketika dia merasa tidak pantas untuk itu.

Are you home?” Lusi bertanya seperti biasanya ketika dia baru saja pulang dari kantor. Nada suaranya masih selembut kulitnya yang putih. Wanita itu tidak sama sekali terusik, dia dengan santai melanjutkan berbenah dengan melilitkan bathrobe pada tubuh.

Sedang Yibo mematung, kakinya terasa kelu untuk digerakkan. Bayang-bayang dia mengagahi Zhan kembali muncul, bahkan suara desah dari pria itu kontan memenuhi ruang dalam kepalanya. Yibo benar-benar dimabukkan oleh pria Xiao itu, membuatnya malu untuk sekadar menatap mata Lusi yang begitu tenang.

“Lembur, ya?”

Yibo paham jika Lusi tahu. Tapi, dia memilih mengangguk untuk mengikuti kemana wanita itu membawa penyelesaian. Dia tidak berkutik, hanya berdiam diri saat Lusi mendekat. Wanita itu melucuti kancing kemejanya perhalan, berusaha membebaskan pakaian Yibo dari tubuh. Ketika pergerakannya sampai pada kancing terakhir, Yibo menahan. “Aku bisa sendiri.” Tuturnya.

Redamancy ✧ YiZhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang