[END | Season 2]
Yibo pikir Sang Pencipta itu akan selalu baik pada seluruh umatnya. Sebab dia selalu hidup di tengah banyaknya keberuntungan dan kehabagiaan. Apapun yang dimaunya, Yibo selalu bisa menggenggamnya.
Seketika dia tersadar saat dipertem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!
✧✧✧
Sebuah keraguan, memang selalu Zhan rasakan. Seolah pendiriannya mendadak hilang, dia terlalu takut untuk mengambil langkah ketika bersama Yibo. Banyak risiko-risiko besar yang mungkin menanti dirinya. Sehingga Zhan harus berpikir berulang kali untuk menjawab, bahkan jika itu adalah pertanyaan ringan seperti ‘kamu ingin makan apa’ sekalipun.
Yibo itu dewasa, tapi juga kekanakan. Zhan mampu melihat keduanya secara bergantian. Pria Wang itu akan membimbing Zhan dengan mode pekerjaannya. Dia juga bisa berubah hampir 180 derajat saat menunjukkan segala rasa cinta padanya. Dan Xiao Zhan takut akan hal itu.
Namun, kepalanya selalu dipenuhi oleh penuturan Lusi. Yibo itu keyakinan dan kemauannya kuat. Jika kamu masih mempertanyakan kebenaran cintanya, Yibo pasti akan membuktikan dengan segala cara. Dan benar begitu adanya.
Setiap kali Zhan memiliki kegiatan, dia tidak akan sengaja menangkap siluet Yibo tidak jauh dari tumpuan kaki. Pada awalnya, Zhan pikir hanya kebetulan belaka, dia tidak terlalu ambil pusing dan mengabaikan eksistensi yang lebih tua. Seiring berjalannya hari, Yibo dengan terang-terangan mulai menampakkan diri, membuat Zhan kembali berpikir bahwa Lusi ada benarnya.
Sejauh yang dia sadari, Yibo telah membuktikan dengan segala cara. Bahkan menguntit Zhan pun pernah pria itu lakukan. Berterima kasihlah pada Zhan sebab masih mengenali Yibo, dia pernah berniat melapor karena merasa terganggu. Tidak bisa muncul dalam bayangan Zhan andai kata siang itu dia memantapkan diri untuk ke kantor polisi, mungkin akan terlihat lucu jika demikian.
Mengingatnya, Zhan merasa dilema. Pendiriannya kembali dipermainkan. Seolah dia adalah anak kecil yang akan mengiakan perintah orang tua.
Yibo acap kali mengirim makanan tanpa nama ke unit apartment Zhan. Menitipkan kotak makan kepada resepsionis, bahkan pada beberapa kesempatan, ada buket bunga besar dengan sepucuk surat.
Mulanya Zhan merasa skeptis dan takut, tapi Yibo dengan terang-terangan menulis ‘aku masih menunggu jawabanmu untuk menikah dan tinggal bersama’. Entah pria itu bodoh atau bagaimana, yang jelas Zhan langsung mengetahui siapa pengirimnya.
Xiao Zhan ingin jujur pada diri sendiri. Tapi, logikanya masih berfungsi sehingga ia mengabaikan kata hati. Menganggap bahwa segala perilaku Yibo hanya sebuah keisengan belaka. Pria Wang itu tidak mungkin jatuh cinta pada pemuda sepertinya. Bahkan berniat untuk menikah. Tapi, kemudian sebuah kebenaran menyadarkan Zhan dari segala asumsinya. Yibo kembali mengatakan ajakan itu.
“Aku ingin kita menikah. Kali ini serius. Aku ingin menikah denganmu dan membesarkan anak kita.”
Anak kita.
Zhan mengulang dalam relung. Tak ayal, itu memang terdengar menggelikan. Tapi, ada satu sisi kecil dalam diri Zhan bahwa dia menyukainya.
Dan kali ini, Yibo kembali mempermainkan pendiriannya. Zhan tidak tahu harus berkata apa dan bereaksi bagaimana. Dia merasa bingung, takut untuk mengambil langkah.