08

664 81 24
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧✧✧

Hangat akan selalu menghadiri kediaman Wang di pagi hari, entah hangat dari mentari yang mulai menapakkan diri, atau hangat dari sapa santun penghuni bangunan persegi itu. Sebagai kepala kediaman, Yibo selalu mengingatkan penghuninya untuk saling bertukar senyum, bahkan jikalau itu hanya sekadar formalitas belaka.

Dia tidak suka akan rasa tidak nyaman saat mengawali hari. Bagi Yibo, itu akan memengaruhi segala suasana hatinya sepanjang hari. Tidak perlu bersuara pun tak apa, asalkan ada wajah ramah yang terlihat melalui maniknya saat keluar kamar tidur utama.

Kaki baru menginjak beberapa marmer di lantai satu, eksistensi Yibo sudah disambut dengan senyum ramah dari asisten rumah tangga. Mereka membungkuk sopan, bermaksud memberi hormat. Ada ucapan selamat pagi ramah dari kepala pelayan, wanita itu juga mendoakan harinya menyenangkan.

Rupa-rupanya, doa itu hanya terkabul selama beberapa waktu. Yibo sudah dihadapkan wajah kaku Lusi yang telah ada di ruang makan lebih dulu. Wanitanya hanya melirik, tanpa memberi sapa, Lusi kembali menggigit sepotong sandwich dengan acuh.

Yibo jelas tahu sifat tunangannya, kendati demikian dia tetap tersenyum, “Morning, Pretty.” Sapaan itu juga lolos saat dia turut bergabung, mendaratkan diri pada kursi di depan Lusi.

Tidak ada basa-basi kaku dari wanita Zhao, hanya tatapan tanpa binar mata sebelum Lusi fokus pada potongan sandwich di atas piring. Dia terlihat tengah menyibukkan diri, berusaha menghindari kontak apa pun dengan Yibo.

Sepanjang mereka tinggal bersama, ini pertama kalinya terjadi. Lusi pernah marah pada Yibo karena satu dan lain hal, namun masih ada sapaan basa-basi dari bibir wanita itu. Rasa-rasanya, Lusi yang ada di hadapannya kali ini adalah orang yang berbeda.

Pagi tadi, Yibo terbangun dengan ranjang yang telah kosong. Bahkan tidak ada sisa kehangatan dari tubuh wanitanya. Lusi sudah tidak ada di dalam kamar padahal tadi malam mereka masih saling mendekap dalam tidur. Atau lebih tepatnya hanya Yibo. Sebab dia tidak terlalu ingat. Hal terakhir yang ada dalam benak, Yibo turut bergelung dalam kehangatan malam pada pukul satu malam. Dia mendekap wanitanya sebelum terlelap dalam remang-remang lampu kamar.

Redamancy ✧ YiZhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang