10

599 76 11
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Penerbangan Yibo ke Shanghai sangatlah mendadak. Dia tidak mempersiapkan apa pun karena kalang kabut atas tindakan tunangannya. Ah, dia lupa, bahwa mereka sekarang sudah tidak lagi memiliki ikatan.

Tiga malam lalu, Yibo mengantar Lusi pulang. Mereka sama-sama diam selama satu jam perjalanan. Yibo yang berusaha untuk fokus pada jalanan, dan Lusi yang awalnya hanya sekadar memejamkan mata menjadi terlelap. Ada gurat kesedihan bercampur lelah pada wajah wanita itu. Melihatnya, membuat Yibo bertarung dengan ego untuk tidak mengelus surai Lusi yang tebal.

Dalam kamusnya, tidak ada kata usai saat Yibo memantapkan hati melamar Lusi tahun lalu. Dia dengan percaya diri bahwa Lusi akan selalu menjadi miliknya dalam segala situasi. Nyatanya, Yibo salah langkah dan membuat pikirannya menerka apa yang kurang darinya sehingga Lusi bersedia mengakhiri ini.

Segala usaha untuk kebaikan Lusi, telah Yibo berikan. Jangankan kebahagiaan, segenap rasa sayang yang tulus juga dia perlihatkan. Tapi, itu tidak bisa Lusi lihat melalui sorot matanya. Yibo tidak sadar bahwa rasa sayangnya memiliki batas, tidak bisa melampaui apa yang ada dalam alam bawah sadarnya sehingga dia tidak bisa memberi Lusi sebuah perasaan cinta.

"Bahkan orang lain tahu, jika kamu tidak begitu mencintainya, Wang Yibo."

Kalimat itu menyadarkannya. Membuat Yibo terbebas dari lamunan yang panjang. Di sofa ruang kerjanya, duduk seorang pria dengan setelan mahal. Senada dengan milik Yibo yang membalut tubuh lelahnya.

Wang Anyu tertawa, menikmati kebodohan sahabatnya yang tengah putus cinta. Atau sekadar pura-pura belaka. Pria itu tidak peduli, hanya kembali berceloteh meramaikan ruang. "Dan apa katamu? Lusi menyinggung tentang tatapanmu?" Pria itu menjeda, beralih berdiri dan mendekati Yibo di tempatnya duduk. "Memang, aku juga tidak bisa melihat kamu mencintainya lewat tatapan itu. Tatapanmu pada Lusi, sama seperti kamu menatap orang lain. Datar tanpa binar yang cemerlang."

"Berisik!" Yibo menggerutu selagi sepatunya mengayun memukul betis Anyu. Sahabatnya mengaduh sakit, tapi Yibo terlalu abai. "Jika tujuanmu kemari adalah basa-basi, aku perintahkan kamu untuk pergi."

"Kaku sekali Bapak CEO satu ini!" Anyu turut menggerutu. Dia berdeham setelahnya, sebelum kembali duduk di depan Yibo dan menatapnya fokus. "Jadi, bagaimana kontrak dengan Xiao Zhan? Tetap dilanjutkan atau tidak?"

Berbicara soal Xiao Zhan, Yibo baru ingat bahwa mereka tidak berkomunikasi sejak kejadian itu. Yibo terlalu sibuk akan pikirannya, tidak memiliki waktu untuk sekadar mengirim sapa atau mengajak bertemu. Kontrak kerja yang mereka bahas malam itu, juga Yibo tinggalkan. Hanya meminta departemen hukum untuk menyusun perjanjian dengan GusuLan Entertainment.

Kepala Yibo mengangguk sebagai jawaban, dia kemudian meraih gagang telepon, berniat memanggil sekretarisnya saat pria itu sudah lebih dulu mengetuk pintu meminta izin masuk.

"Nona Zhao meminta untuk bertemu, Bapak Wang."

Ketika nama itu dilantunkan, punggung Yibo mendadak menegak. Dia diam selama beberapa waktu sebelum akhirnya mengangguk memberi izin. Manik mata mereka bertemu, Yibo masih bisa melihat sorot lelah dari mata Lusi. Ada sedikit bengkak yang tersisa, juga lingkaran hitam di bawah kelopak yang berusaha wanita itu samarkan dengan concealer.

Sedang Anyu berada pada posisi yang canggung. Mulutnya terbuka dan mengatup beberapa kali, bermaksud untuk menetralkan suasana, namun Lusi sudah lebih dulu membuka topik.

"Kontrak perjanjian Anda dengan GusuLan." Lusi berdiri di antara dua pria Wang itu. Meletakkan sebuah map di atas meja Yibo. "Gunakan ini untuk membawa Xiao Zhan ke BOYUAN."

Yibo belum juga menjawab, dia hanya menatap Lusi dalam diam. Tidak memiliki kata yang tepat untuk diutarakan. Mendadak takut semakin menyakiti hati wanita itu. Dia tersadar dari tatapan tanpa kedip beberapa saat setelahnya, meminta Anyu untuk keluar dan pria itu menurut mengerti.

"Kenapa kamu melakukannya?"—Tidak ada kata lain yang Yibo rasa tepat. Dia juga ingat dengan jelas, bahwa bukan Lusi yang dia perintahkan untuk membuat dokumen.

"Melakukan apa?" Lusi balik bertanya, masih berdiri pada tumpuan kakinya. "Menerbitkan ini? Saya kepala departemen hukum, Bapak Wang, sudah tugas saya meninjau dan menyetujui seluruh berkas dari departemen saya."

"Lusi," Panggil Yibo kaku. Dia tidak terbiasa dengan panggilan itu. Eksistensinya dibawa berdiri, mendekat ke Lusi yang masih terdiam di tempat. "Jangan pura-pura untuk kuat di hadapanku. Apa pun status kita, kamu berhak untuk memperlihatkan segala emosimu."

"Saya tidak pandai dalam berpura-pura." Kalimat Lusi menghunus relung Yibo, seolah sesuatu yang mematikan. Lusi tidak sama sekali mengubah ekspresi wajahnya, justru ada senyum yang terbit. "Tapi, saya sudah tidak punya hak untuk itu. Memangnya saya siapa bagi Anda, Bapak Wang? Dan siapa pula Anda bagi saya? Sekali lagi, tolong hargai keputusan saya seperti saya yang selalu menghargai Anda."

Lusi tidak memberi waktu pada Yibo untuk menjawab. Wanita itu sudah lebih dulu berbalik dan meninggalkan ruangan. Yibo tergugu, seperti inikah perasaan Lusi selama ini? Campur aduk dan tidak menemukan kejelasan atas apa yang dia harapkan?

Yibo merasa kehilangan arah, dia memilih untuk membuka map dan membaca isinya. Namun, dia tertegun oleh satu tulisan kecil yang disematkan.

Jika memang Xiao Zhan yang kamu inginkan, tolong perjuangkan dan cintai dia seperti aku melakukannya padamu.
[]

✧✧✧

Sabar, heheee. Maunya Yibo langsung bilang cinta ke Zhan atau jalani FWB dulu biar makin bucin?


Redamancy ✧ YiZhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang