Chapter 25

336 58 4
                                    

Hi! it's me Kajev. Jika ada typo atau kesalahan dalam mengeja tolong di koreksi oke!

And yaa happy reading & enjoy readers! please vote and comment if you like it. 🫶🏻

☆☆☆

Kepala Eliza berdengung saat ingatan menyakitkan terbesit di kepalanya.

Ingatan saat tubuh nya di banjiri oleh darah nya sendiri akibat sayatan dari belati yang dingin dan tajam serta cambukan yang berkali-kali mereka pecutkan pada tubuhnya,

Dan juga ingatan suara dari orang itu membuat sekujur tubuh nya bergetar.

"Kau sungguh lemah Eliza."

"Manusia lemah sepertimu tak pantas untuk hidup."

"Kau manusia yang tidak berguna."

"Kau harus bersyukur karena aku membiarkanmu hidup."

'Diam brengsek.'

Secara tidak sadar, Eliza sudah kembali menggenggam belati yang tadi dia lempar.

Eliza menggigit bawah bibirnya untuk menahan isakan yang keluar. Eliza tidak boleh terlihat lemah.

Jika dia lemah, orang-orang akan dengan mudah menindasnya.

Sorot mata nya kembali menajam, kepala nya yang sedang menunduk milirik sepasang kaki yang sedang berjalan ke arah nya.

'Aku harus membunuh nya ... kan?'

Lagipula cepat atau lambat semua manusia akan mati.

Eliza hanya mempercepat proses nya.

Bukan kah seharusnya Dewa berterimakasih pada nya, karena sudah meringankan pekerjaan mereka?

Tap.

"Eliza." suara yang terdengar lembut mengalun indah di telinganya.

Eliza mendongak menatap netra berwarna merah kecoklatan itu.

Mata itu menatapnya dengan pandangan tidak terbaca.

"...Cale?" saut Eliza dengan suara serak yang bergetar.

Eliza terlalu banyak berteriak dan menangis hari ini.

'Itu tidak baik untuk kesehatan nya.'

Cale berlutut untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Eliza, dia menghapus air mata di pipi Eliza dengan ibu jarinya.

Cale menjawab pertanyaan Eliza sebelumnya.

"Iya, ini aku. Sekarang baik-baik saja." ucap nya menenangkan.

Wajah nya yang datar tanpa ekspresi, membuat Eliza tidak bisa membaca apa yang sebenarnya sedang di pikirkan oleh pemuda di hadapan nya.

"Cale..."

Eliza memanggil nya sambil mencengkram ujung pakaian yang Cale gunakan.

Suatu hal yang entah sejak kapan menjadi kebiasaan nya.

"Apa?" tanya Cale dengan acuh.

Pemuda itu bersikap tenang seolah-olah tidak sedang berada di tengah kekacauan.

Eliza yang melihat itu ikut merasakan ketenangan, dia memeluk Cale dan menyandarkan dahi nya di bahu pemuda itu.

"Kau..."

"Hm?"

Cale tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang di gumamkan gadis di pelukan nya.

Tapi dengan cepat dia mendapatkan jawaban nya.

Reunited Through Destiny             [Tcfxreader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang