Aku sangat ingin meraung seperti serigala sejadi-jadinya. Ujian Try Out baru saja selesai minggu lalu, namun kini UAS telah menunggu di depan mata.
Satu bulan berlalu cepat jika tidak dihitung. Tuan Waktu memang kejam. Berjalan tanpa disadari, giliran ditunggu, ehhh ngalirnya menjadi super lambat.
Hari main-main telah berakhir dan digantikan dengan kecamuk perang ujian. Aku bahkan tidak memiliki waktu untuk memikirkan dunia paralel ataupun FLY Academy karena sudah sibuk dengan les bersama tutor pribadi yaitu sahabatku.
"Salah, Dandi. Ini molekul levofloksaksin. Perhatikan gambarnya baik-baik. Aku yakin ini akan keluar di soal."
"Selanjutnya Biologi, ya? Kau tahu, arang sebenarnya mengandung alkali dan itu kebalikan dari keasaman. Kau harus pelajari ini juga. Aku yakin akan keluar."
"Rumus akar, fungsi logaritma, rumus permutasi, deret geometri, semuanya pasti akan keluar di ujian akhir nanti."
Aku pusing mendengar celotehan Kuni. Rambutku sudah menyerupai sarang burung karena aku terus mengacaknya.
Ujian, ujian. Siapa sih yang suka pada kata itu? Semua murid pasti membencinya. Tapi mau sebenci apa aku terhadap ujian, pada akhirnya ujian ini adalah penentu masa depanku. Aku sudah mau kelas 3.
Kuni menatapku yang belajar mati-matian menafsirkan semua penjelasannya, memaksanya supaya masuk ke otakku. Dia tersenyum. "Kau harus semangat, Dandi. Petualangan telah menunggu."
Aku mendengus. "Bukankah kita sepakat untuk tidak membicarakan apa pun soal Asfalis sampai liburan musim dingin tiba? Lagian kau tidak belajar, heh?"
"Jangan retorik. Aku tahu apa yang akan kuisi di kertas jawaban. Melihatmu frustasi dalam belajar membuatku tidak tega. Aku membawa hadiah untukmu."
Aku berhenti menggaruk kepala. "Hadiah?"
Tada! Kuni membentangkan potret terbaru Maehwa membuatku nyaris terkena serangan jantung. Hatiku deg deg deg.
"Suamiku?!" jeritku berbunga-bunga.
"Aku membelinya langsung dari Korea lho. Apa kau tidak ingin Maehwa-mu bangga melihatmu berhasil dalam ujian, Dandi? Apa kau bisa membayangkan betapa sedihnya Maehwa-mu jika kau putus semangat? Jangan sampai Maehwa-mu kecewa karena kau menyerah belajar!"
Kobaran api perjuangan seketika membakar sekujur tubuhku. Kuni sedikit ngeri melihat mataku berubah jadi api.
"BELAJAR! SEMANGAT! DEMI WINTERMOON!"
Aku lanjut belajar dengan semangat yang membakar tubuh. Tidak akan! Aku tidak akan kalah dari soal-soal ujian ini!
Kuni menggaruk pipi, bingung. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi sepertinya aku berhasil menyemangatinya...?"
Dan begitulah UAS pun dimulai.
.
.
Hari ketiga UAS, bahasa asing Inggris.
Papa pulang dari kantor pukul delapan malam, terkejut melihatku menghapal kosakata dalam ring note sambil makan. Kepalaku jatuh-bangun, mengantuk berat.
Papa terkekeh, mengusap kepalaku. Aku tersentak. "Dandi sayang, sudahi belajarmu. Kau pasti mengantuk sekali. Tidurlah ke kamarmu sekarang."
"Dandi belum hapal keseluruhannya, Pa. Nanti nilai ujian Dandi jelek," kataku menoleh ke jendela. Lampu dari rumah sebelah menyala. Sepertinya orangtua Kuni barengan pulangnya dengan Papa.
"Papa takkan marah kok mau nilai Dandi jelek atau bagus. Melihat putri Papa over semangat begini saja sudah bikin Papa senang. Papa paling tidak suka melihat Dandi memaksakan diri. Pergi tidur oke?"

KAMU SEDANG MEMBACA
FLY Academy
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] SEQUEL of Hush, Fairy Verdandi! Semenjak aku pulang ke tempat asalku, Bumi, satu tahun berlalu begitu saja. Aku menjalani hidup sebagaimana gadis normal pada umumnya sambil terus merahasiakan adanya dunia paralel. Selai...