Ya ampun! Apes banget aku ini!
Padahal aku dan Sebille tidak melewati zona kekuasaan Fairyda, kenapa ada Araganal sih. Dua orang lagi. Apa mereka biasa menyerang pas malam-malam begini? Licik!
"Bagaimana sekarang, Dandi?" bisik Sebille. Dulu dia pasti mencicit ketakutan disergap tiba-tiba seperti saat ini, namun Sebille sudah bukan Sebille yang dulu. Dia tidak lagi takut pada musuh.
Aku menoleh. Setidaknya ada tujuh rumah lolipop berdiri di belakang kami. Kalau kami tidak melawan, mereka akan mencelakai Newbie. Tidak ada pilihan.
"Kita bertarung," kataku mantap.
Araganal itu mendekat, menampakkan wajahnya yang disiram oleh cahaya rembulan. Satu cowok, satu cewek. Yang cewek punya tanduk dan ekor. Sementara si cowok... tidak punya? Rambutnya biru keputihan. Menatapku datar.
Aku menelan ludah. Kok dia tidak punya tanduk dan ekor araganal? Apa dia menyembunyikannya? Tapi, astaga, aku tak suka dengan tatapannya. Kala memang dingin, tapi matanya selalu memandangku hangat. Beda dengan pria ini. Seolah aku bisa dibekukan olehnya kapan saja.
Secara tidak langsung dia memandangku rendah. Si brengsek ini meremehkanku?
"Apa yang kau lakukan, Snowin? Kita tidak sedang dalam perlombaan siapa yang paling lama tidak berkedip. Serang dia!"
"Aku sudah barusan. Giliranmu."
"Ya ampun! Kau ini benar-benar tak punya semangat bertarung. Baiklah." Partnernya melangkah maju. Tangan kirinya memegang kepala, tangan kanannya terarah ke kami.
Dan tebak apa yang terjadi. Tanah beserta isinya radius 300 meter menghilang dan mendadak muncul di atas kami. Apa yang... Astaga! Astaga! Apa kekuatannya woi??
Sebille berkonsentrasi. Peminjaman selesai. Dia meminjam kekuatan Flamex lalu menyemprotkan gundukan tanah yang hendak menimpa kami dengan api terang.
Gadis itu menyeringai. "Checkmate."
Huh? Aku dan Sebille mengernyit bingung. Soalnya serangan Sebille lenyap, menghilang begitu saja. Lamat-lamat kami berdua disenter oleh cahaya merah. Aku melotot. Api Sebille justru muncul di bawah, melenting ke arah kami.
Aku tidak tinggal diam, mengaktifkan Natural Converse level tiga. Gumpalan tanah di atas kami memblokir serangan tersebut. Alam sekitar mendengarkanku dan menjadi pelindungku.
"Kau bisa membatalkan kekuatanku? Aish, merepotkan juga. Snowin, hajar gadis itu!"
"Tsk, ini sangat melelahkan."
Badai salju berembus kencang.
Aku melihat ujung sayap Sebille memutih. Cowok es bernama Snowin itu bukan main kekuatannya, memanipulasi angin menjadi salju kemudian menerpa kami berdua.
Gawat ini mah! Salju adalah kelemahan sayap peri karena bisa membeku dan koyak! Aku harus melindungi Sebille.
Sebuah es berbentuk seperti duri, terarah kepadaku yang sedang fokus menutupi sayap Sebille—pembekuan tidak berdampak pada sayap malaikat, jadi aku baik-baik saja. Celaka. Es lancip itu cepat sekali. Aku tidak bisa menghindarinya.
Kala muncul! Dia menghembus es Snowin ke samping. Serangannya dibelokkan.
Aku mengerjap. Kok dia bisa di sini? Aku melirik Sebille yang menyengir. "Barusan aku meminjam kemampuan Komu si telepati, dan memberitahu Guardine."
"Kau baik-baik saja?" Kala menatapku.
Aku mengangguk. Tapi tidak dengan Sebille yang merotasikan kedua mata malas. "Kala mah gitu ya. Yang manggil kau ke sini aku. Tapi akunya malah jadi kambing congek."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY Academy
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] SEQUEL of Hush, Fairy Verdandi! Semenjak aku pulang ke tempat asalku, Bumi, satu tahun berlalu begitu saja. Aku menjalani hidup sebagaimana gadis normal pada umumnya sambil terus merahasiakan adanya dunia paralel. Selai...