Coba kita urutkan masalah FLY Academy.
Araganal mengincar ras spirit yaitu Kala, Oceana, dan empat spirit elemen lainnya untuk tujuan yang misterius. Snowin diduga spirit salju. Tiga sisanya tak dapat diprediksi.
Demi memperlancar misi, mereka menciptakan token bergambar jaring laba-laba dengan mengambil energi dari Klan Iblis yang muncul dari sobekan antar dunia duplikat dan dunia asli. Benda yang memperlemah para spirit. Tapi Kahina dan Hayno berhasil membuat ramuan detoksifikasi token kayu tersebut.
Masalah kedua, musuh mencari pengguna kekuatan Natural Converse. Kemampuan untuk berbicara dengan alam sekitar yang berhubungan dengan tujuan pertama mereka. Jika mereka tidak menemukan user kekuatan ini, mereka tidak bisa ke langkah selanjutnya.
Araganal menyerang secara sporadis kumpulan peri berkemampuan pasif karena Natural Converse adalah kekuatan refleks bisa digunakan kapan saja. Seperti telepati, membaca pikiran, keberuntungan, tidak beruntung, bertukar tubuh, dan sebagainya.
Lalu untuk mempermudah eliminasi penyisiran, Araganal memanfaatkan kekuatan Mista dan seseorang berkemampuan mengendalikan mimpi untuk menidurkan murid-murid FA. Selain untuk memotong waktu pencarian, mereka juga mengurangi pasukan militer kami.
Buku LOAP yang bertanggung jawab menulis dan menyimpan seluruh kekuatan yang ada di dunia duplikat memberitahu bahwa Dream Bringer dulunya berada di FA. Tapi karena Stolen, kekuatan itupun tercuri.
Anjirlah. Bukankah itu kekuatan cheat? Jika dia terus mencuri kekuatan pihak FA, kami benar-benar kekurangan prajurit tempur kalau perang sungguhan akan terjadi.
Tenangkan dirimu, Verdandi. Sepertinya dia tidak bisa sembarangan mencuri kekuatan karena sejauh ini buku LOAP mengatakan Stolen hanya baru mencuri Dream Bringer. Mungkin ada batasan saat dia melakukan pencurian dimana dia tidak bisa mengambil kekuatan orang yang lebih kuat darinya.
Tidak. Bukan itu masalahnya sekarang.
Bagaimana mungkin Amaras mengusulkan ide untuk merekrut Snowin ke FA?! Si jahat yang hendak membekukan sayap Sebille dan tidak segan-segan mengirim jarum es kepadaku. Aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan.
"Aku tidak setuju," kata Tuan Alkaran tegas, mengutarakan isi pikiranku. "Itu ide gila! Dia akan senang hati menerima tawaranmu kemudian membantai peri-peri kita."
Hayno dan Kahina tampaknya setuju dengan Tuan Alkaran. Ini bukan meja negosiasi. Snowin jelas bukan pria yang bisa melakukan tawar-menawar tanpa adanya pertarungan. Apalagi sepertinya dia dendam padaku mengingat apa yang terjadi terakhir kali.
"Itu ide yang terlalu ekstrim, Nona Amaras," ucap Oceana ragu-ragu. Juga tidak setuju.
Empat lawan satu. Amaras kalah suara. Saat aku ingin menambah jumlahnya menjadi lima, Aquara tiba-tiba mengangkat tangan.
"Kurasa itu bukan ide buruk. Tidak ada salahnya kan mencoba berbicara dengannya."
"Bagus kalau dia mau mendengarkan. Tapi bagaimana kalau dia langsung memanggil pedang es dan menusuk jantung kita?"
Aquara menatap Hayno yang menuntut penjelasan mengapa dia setuju dengan rencana Amaras yang terdengar berbahaya. Aku sendiri juga penasaran apa alasannya.
"Mungkin akan bekerja jika kita menyuruh Parnox yang berbicara. Soalnya mata mereka berdua sama. Mata rindu akan keluarga."
☁☁☁
AUTHOR PoV
Verdandi sudah menjelaskan rencana Amaras dan Aquara kepada Sebille. Merujuk gadis itu yang 'cukup' dekat dengan Parnox, dia pun bertugas membujuk Parnox untuk operasi perekrutan Snowin menjadi sekutu.
Dikatakan mereka dekat, rasanya tidak juga karena Parnox kadang memberi benteng. Cowok itu sangat sukar ditebak isi hatinya. Suka khawatir dan nyarkas seenaknya.
Sebille tidak berniat meminjam kekuatan Liev untuk mengetahui pikiran Parnox. Dia ingin mendekati Parnox tanpa ada kecurangan.
Kalau tidak salah setiap malam tiba, Parnox enggan meninggalkan ruangannya. Entah kenapa dia sangat membenci malam. Apalagi saat terang bulan atau bulan purnama.
"Nox...?" Sebille mengintip dari celah pintu yang terbuka. Parnox lupa menguncinya.
Tidak susah untuk menemukan Parnox. Dia sedang tertidur di kursinya. Sebille terkekeh geli. Ketua yang agung pun bisa ketiduran.
Lupakan pembicaraan. Sebille tidak mau mengganggu Parnox. Jarang-jarang melihat cowok itu tidur. Selama ini Parnox selalu terjaga setiap saat karena insomnia.
Niatnya Sebille ingin menyelimutinya, namun Sebille melihat Parnox menggenggam sesuatu. Itu sebuah liontin bola bulu dengan bandul bulan sabit perak. Genggamannya melemah membuat kalung tersebut jatuh ke lantai.
Sebille memungutnya. Kalung itu tampak megah sekali dan berharga. Bandulnya berkilauan oleh lampu ruangan. Tidak ada yang pernah melihat Parnox memakainya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" cetus Parnox membuat jantung Sebille mencelus dari tempatnya. Cowok itu gampang terbangun.
"M-maaf! Aku nggak berniat mengganggu tidurmu! Aku hanya mengambil ini karena terjatuh dari tanganmu!" tutur Sebille bicara cepat sambil menyerahkan kalung cantik itu.
Parnox menghela napas panjang, menatap datar liontin bulan tersebut. Tatapannya menerawang beberapa saat sebelum akhirnya dia mengibaskan tangan mengusir Sebille.
"Kau bisa mengambilnya atau membuangnya. Aku tidak membutuhkannya lagi. Sekarang pergi. Kau mengganggu jam tidurku."
"Tunggu, Nox! Ada yang ingin kukatakan..."
Dalam kedipan mata Sebille sudah berada di luar ruangan. Parnox memindahkannya begitu saja bahkan tidak mau mendengarkan perkataannya sedikitpun. Dasar pria kejam! Padahal ini kan misi penting dari Amaras.
Sebille bersungut-sungut meninggalkan ruangan Parnox sambil sumpah serapah. Percuma saja dia dipercaya bisa membujuk Parnox. Pria itu bertindak sesuka hatinya.
Saat menyusuri lorong malam dengan muka bete, Sebille kembali bertemu Verdandi yang menunggunya bersama Kala. Dinilai dari ekspresi Sebille yang sebal, sepertinya percakapan mereka tidak berjalan baik.
"Maafkan aku, Dandi. Dia batu menyebalkan."
"Y-yah, aku sudah menduganya sih. Lagipula kita sedang membicarakan Parnox." Verdandi menatap kalung di tangan Sebille, tersenyum tertarik. "Wah! Apa itu? Dari mana kau mendapatkannya? Kalungnya cantik banget!"
Sebille tersenyum. Rasa kesalnya mereda. "Oh, ini dari Parnox. Dia bilang aku boleh menyimpan atau membuangnya. Gila aja aku buang. Kalung sebagus ini harusnya dipakai-"
Kala tiba-tiba menyerobot percakapan. "Kau bilang ini dari Parnox?" katanya serius. Tadinya dia tidak ingin ikut campur, namun dia berubah pikiran setelah melihat benda itu.
Sebille menelan ludah. "I-iya."
Tanpa pikir panjang Kala pun melengos pergi ke ruangan Parnox. Sebille dan Verdandi saling tatap bingung. Ada apa dengannya?
"Kurasa kita harus mengikutinya deh," ucap Verdandi menggaruk kepala. "Aku punya firasat jelek. Kalung itu... lebih baik..."
Firasat buruk Verdandi langsung terjadi. Belum ada lima menit semenjak Kala pergi ke tempat Parnox, ruangan itu hancur oleh ledakan angin. Suara dentuman mengagetkan mereka berdua, spontan menoleh.
Astaga! Apa mereka bertarung?! (*)
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY Academy
Фэнтези[Fantasy & (minor) Romance] SEQUEL of Hush, Fairy Verdandi! Semenjak aku pulang ke tempat asalku, Bumi, satu tahun berlalu begitu saja. Aku menjalani hidup sebagaimana gadis normal pada umumnya sambil terus merahasiakan adanya dunia paralel. Selai...