"Kalian diserang Mista? Astaga, Araganal satu itu sangat aktif menyerang kita."
Rapat darurat diadakan. Yang hadir ialah Tuan Alkaran, Amaras, aku, Kala, Hayno, dan Rinvi. Aku menceritakan penyerangan Mista secara singkat beserta token kayu (aku putuskan menyebutnya begitu) berbentuk jaring laba-laba.
"Masalahnya, entah kenapa benda ini menyakiti Kala." Aku mengatakannya blakblakan, tidak mau menutup-nutupi.
Hayno melirik Kala yang diam. Orang mengerikan seperti dia bisa disakiti? Malahan Araganal lah yang dibuat terbang jauh ke ujung dunia oleh anginnya.
"Bagaimana, Rinvi?" tanya Tuan Alkaran menyerahkan soal penelitian pada Rinvi merujuk dia kutu buku. Pasti dia tahu.
"Ada kekuatan tidak biasa di dalam benda ini," ucap Rinvi mengatupkan rahang. "Semacam energi yang tercemar dan kotor. Sepertinya sangat berefek pada entitas murni yang terikat dengan alam."
Tuan Alkaran berpikir. "Entitas murni? Apa maksudnya? Amaras, tahu sesuatu?"
"Deskripsi Rinvi barusan mengingatkanku pada ras buangan yang dijauhi. Hanya ras itu yang akrab dengan pencemaran."
"Apa kau membicarakan Ras Padatoras?"
Aku mengernyit melihat Kala mematung. Hah? Ada apa dengannya? Sepertinya dia tahu apa yang dimaksud Tuan Alkaran.
"Apa itu Ras Padatoras?" tanya Hayno.
"Di Klan Iblis memiliki dua ras yaitu ras Iblis Merah dan Iblis Hitam. Tapi, sebenarnya dulu ada empat ras di sana. Yang terbuang adalah ras Vamparax bangsa vampir dan ras Padatoras bangsa predator atau homunculus. Karena dua suku ini merusak ekosistem, mereka pun diusir meninggalkan ibukota."
"Apa mereka berbahaya?"
Amaras mengangguk. Wajahnya serius. "Padatoras tidak memiliki tubuh yang utuh. Mereka hanya bayang-bayang yang bisa lenyap oleh cahaya. Makanya mereka memangsa makhluk yang punya energi putih karena identik dengan kemurnian."
Oh, ini ibarat Ying dan Yang.
"Tapi... apa hubungannya dengan Kala?"
"Karena dia seorang roh yang dibentuk oleh alam. Kala, apa kau ingat bagaimana kau terlahir?" Tuan Alkaran menatap Kala yang diam menyimak dari tadi.
Kala menggaruk kepalanya, sementara aku sedikit merona. Aku ingin tahu...
"Waktu itu bulan purnama biru. Angin menghembus hutan. Sehelai bulu burung jatuh ke tanah berumput. Lalu, Sabaism melintasi area tersebut. Lingkaran dengan simbol kincir tercipta begitu saja dan aku pun lahir. Hanya itu yang kuingat," ucap Kala menarik napas. Sepertinya masih sulit baginya bicara panjang lebar.
"Tunggu dulu." Hayno mengelus dagu. "Itu berarti Kala sejatinya berasal dari bulu??"
"Aku rasa bulu itu tak ada hubungannya..."
Kala mengirim tatapan maut. Hayno hanya cengengesan, berbisik 'sori'.
Amaras mengangguk-angguk. "Begitu rupanya. Angin yang berkumpul di hutan itu menjadi satu-kesatuan karena Sabaism menyalurkan segelintir kekuatannya."
Lagi-lagi ada sangkut pautnya dengan Sabaism, Rumah Dewa. Seberapa dahsyatnya sih kekuatan katedral itu?
"Lantas tubuh manusia Kala diberikan oleh Penyihir Agung Life-Fe yang menghilang entah ke mana," tambah Tuan Alkaran, mengatupkan rahang. "Apakah aku boleh berasumsi jika Araganal mengincar spirit sejenis Kala? Semua poinnya cocok."
"Tunggu, Aran. Jangan asal menyimpulkan. Araganal ya Araganal. Padatoras ya Padatoras. Yang seharusnya kita cari tahu sekarang yaitu bagaimana cara Araganal mendapatkan kekuatan Padatoras."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY Academy
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] SEQUEL of Hush, Fairy Verdandi! Semenjak aku pulang ke tempat asalku, Bumi, satu tahun berlalu begitu saja. Aku menjalani hidup sebagaimana gadis normal pada umumnya sambil terus merahasiakan adanya dunia paralel. Selai...