AUTHOR POV
"Sudah cukup, Kala! Hentikanlah!"
Kala tidak mendengarkan, justru memasang mantra dinding penghalang. Tatapan datarnya terarah ke Halca yang berusaha bangkit, namun terjatuh lagi. Serangan Kala barusan telak mengenainya. Mau sehebat kemampuan regenerasi yang Halca miliki, mantra tersebut menyerangnya dari dalam.
Sejak awal bertemu, Halca memang sudah punya firasat kalau dia tidak bisa menang dari Kala karena kekuatannya cuma pelindung. Sementara cowok ini? Penyihir pro, lulusan akademi Tovenar. Mana seorang spirit lagi.
Sial! Padahal dia ke sana untuk mengantarkan pintu ke 'dunia duplikat' sekaligus menjelaskan tata cara penggunaannya, bukan malah bertarung dengan penyihir kawakan!
"Tolong, bukakan portal ke Bumi."
Itu mungkin sudah yang kesepuluh kalinya Kala memohon meminta Halca membukakan jalan ke planet Bumi. Dunia yang dia tinggali.
"Harus berapa kali kubilang, Kala? Portal Asfalis dan Bumi bukan sesuatu yang bisa kau buka-tutup semudah membalikkan kertas. Walaupun aku bisa, aku takkan melakukannya. Keseimbangan dua dunia bisa terganggu."
Ini keliru. Seharusnya Halca tidak usah bertanya tentang Verdandi padahal tahu kalau cowok ini menyimpan rasa pada gadis itu—meski dua-duanya sama-sama tidak peka dengan perasaan masing-masing.
"Verdandi takkan suka jika kau begini, Kala."
Kala mengepalkan tangan. "Dia mengajarkanku tentang emosi manusia. Aku ingin tahu lebih banyak tentang sisi keindahan hati manusia."
"Aku tahu Verdandi penting untukmu, Kala. Dia seperti inspirator bagimu. Tapi mengamuk meminta dibukakan gerbang ke tempat tinggalnya bukanlah perbuatan bijak."
"Apa aku bahkan tidak boleh sekadar menanyakan kabarnya saja?"
Halca diam. Artinya tidak boleh.
"Kumohon, paling tidak biarkan aku tahu kabarnya. Apa dia sampai dengan selamat atau dia terlibat masalah baru..."
Halca tetap menggeleng. "Lagi pula gadis itu punya kekuatan, kan? Dia akan baik-baik saja. Dia bisa melindungi diri. Alasan Verdandi membuat kontrak denganmu karena dia khawatir padamu, Kala. Dia tidak mau kau berusaha membuatkan portal untuknya demi kembali ke dunia ini karena tahu resikonya berbahaya. Coba nilai dari kebaikannya itu."
Lengang sejenak.
Apa Halca berhasil membujuk Kala? Dia bukan petarung yang sudah menerima pendidikan dari akademi elite. Dia sama seperti Verdandi. Remaja biasa yang mendapatkan kekuatan karena 'tidak sengaja' datang ke Asfalis.
Jadi kalau Kala masih melanjutkan pertarungan berat sebelah ini, dapat dipastikan dia kalah.
"Pergi ke Bumi, dilarang. Menanyakan kabar, juga tidak bisa. Aku penduduk Asfalis. Sesusah itukah mengabulkan permintaanku?"
Aduh, ternyata bujukannya gagal total.
Angin puyuh yang berhenti menghembus lapangan tempat mereka bertarung kembali berkesiur kencang. Apa? Apa? Apa kali ini dia menggunakan kekuatan spirit-nya?
"Kala! Pikirkan juga Verdandi!" teriak Halca mencoba mengalahkan suara badai. "Jikapun aku bisa membuatkan portal ke Bumi untukmu, bagaimana jika ada kecelakaan karena sekat dua dunia dibuka terus-menerus?"
"Kecelakaan apa maksudmu?"
"Misal, sebuah retakan atau lubang terbuka dan monster-monster di dunia ini memasuki lubang itu dan menyerang Bumi. Parahnya menyerang tempat tinggal Verdandi. Itu hanya akan membahayakannya. Kau mau itu terjadi?"
![](https://img.wattpad.com/cover/336847712-288-k392503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY Academy
Fantasía[Fantasy & (minor) Romance] SEQUEL of Hush, Fairy Verdandi! Semenjak aku pulang ke tempat asalku, Bumi, satu tahun berlalu begitu saja. Aku menjalani hidup sebagaimana gadis normal pada umumnya sambil terus merahasiakan adanya dunia paralel. Selai...