Part 13-Jevan Motor Baru

126 17 1
                                    

Happy Reading

*****

Sore-sore ini Cakra habiskan dengan bermain basket di lapangan basket yang berada di samping rumah. Angin yang berhembus kencang membuat Cakra tidak terlalu kegerahan karena panasnya cuaca sore ini.

Mawar membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk. Sengaja Mawar membuatnya dua karena ada anak bungsunya yang menemani Cakra bermain basket.

"Makasih, Bundaku sayang," ucap Aya sambil meletakkan handphone-nya. Mawar membalasnya dengan senyuman.

"Istirahat dulu, Bang. Jasta kemana?" tanya Mawar pada Cakra. Pasalnya, Jasta tidak berada di rumah sejak siang tadi.

"Main futsall, Nda," jawab Cakra. Setelah mendengar jawaban Cakra, Mawar pun mengangguk paham. Kemudian ia kembali menuju dapur meninggalkan dua anaknya itu.

"Nggak cape main basket mulu?" tanya Aya. Jujur saja, ia sangat muak jika Cakra mengajaknya bermain basket. Ia tidak ikut melainkan menemani sambil menonton. Tapi Aya benar-benar muak dengan Cakra yang sangat sayang dengan basket.

"Nggak, basket kan pacar abang," jawab Cakra lalu mencium bola basketnya.

Aya memutar bola matanya malas. Benda mati saja dianggap pacar dan bisa bisanya di cium? Dasar gila.

Cakra melemparkan bola basketnya ke ring dengan asal, namun anehnya bola itu masuk ke ring dengan sempurna. Merasa lelah, Cakra pun duduk di samping Adiknya itu.

Ia mengambil gelas yang berisi jus jeruk itu kemudian meminumnya sedikit. Ia meletakkan kembali jus itu lalu duduk di hadapan Aya.

"Maafin Abang ya, Na?"

"Abang udah bilang maaf ke 367 kali dari awal Aya dirawat sampai sekarang. Aya udah sembuh Abang!" Sebenarnya Aya sudah muak mendengar kata maaf dari mulut Cakra. Aya tahu jika Cakra merasa bersalah karena lalai menjaganya. Tapi ia sudah sehat wal afiat, mengapa harus minta maaf terus-terusan?

*****

Jevan mengendarai motor ZX25R yang baru saja ia beli secara cash menuju rumah. Sejak Jevan kelas tiga SMA, ia memang sudah sangat menginginkan motor yang sekarang ia kendarai ini dan akhirnya kesampaian.

Setelah sampai di halaman rumah, Jevan langsung memasuki rumah karena ingin beristirahat. Belum sempat menaiki anak tangga, Hesa lebih dulu menghadang jalannya.

"Buset, motor baru, Bang?"

"Y."

"Nyolong 'kan lo pasti?"

"Gue beli motor pakai uang tabungan gue. Sekarang lo minggir, gue mau istirahat." Jevan menabrak bahu Hesa yang sempat menghalangi jalannya. Jevan sangat tidak suka jika orang banyak tanya padanya.

"Bunda, A'a mau motor kaya Jevan.." lirih Hesa. Entahlah, ia memang suka iri anaknya.

"Itu di depan motor siapa, Sa?" tanya Jarrel pada Hesa yang masih berdiam diri di dekat tangga yang menghubungkan antara lantai dua dan lantai satu.

"Punya si batu,"

"Buset, mau ikut geng motor dia?" Jarrel terkekeh.

"Ajak kenalan yuk, Rel?" ajak Hesa berinsiatif mengajak motor baru Jevan kenalan.

"Lo aja."

"EVERYBODY, NGAJAK MOTOR JEVAN KENALAN YUK?!"

Jevan yang mendengar suara dari lantai satu buru-buru menuruni anak tangga itu dan menghampiri Hesa. Ia sangat tidak suka sifat seseorang yang seperti ini termasuk Hesa.

Jevan muncul dihadapan Hesa dengan tatapan tajam. Padahal Hesa belum saja keluar dari rumah untuk mengajak motor barunya itu kenalan. Tapi emosinya sudah ingin meledak saat ini juga.

"Ngomong sekali lagi."

"A-ampun Bang, gue bercanda kok." Dengan secepat kilat Hesa berlari menghindari Jevan dan pergi menuju dapur untuk bersembunyi di balik
Bundanya.

Jarrel mengelus tengkuknya sambil tersenyum kaku saat melihat wajah Jevan. Rasa takutnya juga sama seperti Hesa, Jevan memang semenyeramkan itu.

"Muka lo Bang, kaya orang gila." Setelah mengatakan itu Jarrel langsung berlari menuju dapur agar tidak di amuk Jevan.

*****

Gimana untuk part 13?

Kalian sama kaya Hesa ngga?
suka iri kalau saudaranya punya barang baru?

segini dulu,babayy lopyuuu.

ig:dwi.sbrina07
tiktok: dwisbrna4

Tujuh Pangeran AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang