Part 17-Mbak Kukun

97 14 0
                                    

Happy Reading💖

*****

Seperti biasa, setiap malam keluarga bahagia itu akan berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang-bincang ringan dan candaan yang dilemparkan salah satu dari mereka.

Sudah dua hari mereka menunggu kabar dari Jarrel yang berada di Hongkong untuk membantu Leondra mencari kedua orangtuanya.

Setelah menunggu dua hari lamanya, akhirnya hari ini mereka mendapat kabar dari anak kelima itu yang sekarang masih berada di Hongkong.

"Gimana? Udah ketemu belum?" tanya Bayu. Saat ini mereka semua sedang melakukan video call dengan Jarrel.

"Alhamdulillah, Papa Leo udah ketemu, Ayah, Bunda," jawab Jarrel dari seberang telepon sana. Terlihat kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya lewat video call itu.

"Ceritain dong, Bray," celetuk Hesa.

"Satu hari setelah sampai di sini, Jarrel sama Leo mutusin buat langsung cari Papa Leo. Terus kita bener-bener bahagia banget Ayah, Bunda. Pas baru aja kita keluar dari tempat kita nginap, kita langsung ketemu Papa Leo!" jelas Jarrel.

"Papa nya Leo langsung minta maaf dan setuju kalau Papa dan Mamanya Leo rujuk. Berakhir kita nyari bertiga,"

"Pas jalan beberapa langkah, eh langsung ketemu. Rezeki Leo banget deh kayanya," jelas Jarrel akhirnya. Ia benar-benar bahagia sekali, mungkin ini adalah rezeki Leondra karena dengan cepat mereka menemukan kedua orangtua Leondra.

"Jadi, kapan Abang pulang?" tanya Aya.

"InsyaAllah, dua atau nggak tiga hari lagi Dek."

Setelah banyak mengobrol, akhirnya sambung telepon itu terputus secara sepihak yaitu Jarrel. Mereka semua bersyukur karena itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 21:45. Anak-anak Bayu tak terkecuali harus cepat tidur.

Hingga akhirnya mereka semua pun pergi menuju kamar masing-masing.

*****


Jam menunjukkan pukul 02:34 pagi. Aya terbangun dari tidurnya karena perutnya terasa sangat lapar. Padahal saat makan malam tadi, ia sangat lahap makan.

Aya pun pergi menuju kamar kedua orangtuanya untuk membangunkan Mawar. Ia tidak berani jika harus memasak sendirian, apalagi ini malam-malam.

"Bunda..."

"Bunda, Aya laper."

"Yaudah kamu makan aja sana. Panasin lauk yang tadi malem," ucap Mawar dengan mata yang masih setia terpejam.

"Bunda."

"Di panasin lauknya Aya, Bunda ngantuk banget."

"Ish! Yaudah deh!"

Aya pun pergi menuju dapur dengan keterpaksaan. Sebenarnya ia benar-benar takut sekarang. Mungkin bisa saja Aya membangunkan Abang-abangnya, tapi Aya rasa itu sangat mustahil karena mereka sudah pasti tidak mau.

Sesampainya di dapur, Aya menampung air keran untuk di rebus. Aya akan memasak mi instan saja.

Sambil mengaduk mi instan yang berada di dalam panci, sesekali gadis itu melihat ke belakang, kanan dan kirinya untuk memastikan tidak ada hal-hal aneh.

Setelah mi instan itu masak, Aya berjalan menuju rak-rak piring di mana semua alat makan berada di sana. Termasuk mangkuk, sendok dan garpu yang akan Aya gunakan untuk memakan mi instan yang sudah ia masak.

hihihi...

Mendengar itu, Aya memelotot kaget, bahkan tangannya yang baru mengambil sendok makan dan garpu, dengan begitu saja alat makan itu jatuh. Aya takut, dan bingung sekarang. Ia bingung apakah ia harus melawan suara itu atau diam saja.

hihihi...

Aya benar-benar takut sekarang. Karena bingung, akhirnya Aya duduk di bawah meja makan sambil menutupi wajahnya.

"Bunda..." lirih Aya. Siapapun tolong Aya sekarang! Ia benar-benar tidak tahu apa yang ingin ia lakukan.

"Mampus." Hesa menepuk jidatnya lupa. Ia benar-benar merasa bersalah sekarang. Hesa benar-benar lupa jika Adik bungsunya itu sangat sensitif dengan hal-hal seperti ini.

Perlahan Hesa mendekati Aya untuk menenangkan sang Adik sekaligus meminta maaf. Masih dengan selimut putih tebal yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala.

"Aya.."

"A'a minta--"

"AAAAAAAAA!!"

"BUNDA, ADA MBAK KUKUN!!"

"Dek, ini A'a."

Terlambat sudah Hesa memberitahu. Semua anggota keluarganya yang sedang tertidur pulas langsung berlarian menuju dapur untuk melihat kejadian di dapur. Siap-siap saja Hesa, ia akan di amuk sebentar lagi oleh Ayah.

Aya menangis di pelukan hangat Mawar. Ia benar-benar sensitif akan hal seperti ini, walaupun hanya candaan, Aya benar-benar takut.

"KAMU UDAH TAHU KAN AYA SENSITIF SAMA HAL SEPERTI INI?!"

"Maaf Yah, A'a salah." Hesa menundukkan kepalanya, takut menatap wajah sang Ayah yang sudah di penuhi api amarah.

"Kamu lihat, Adikmu jadi ketakutan seperti itu Hesa!!"

Hesa masih setia menundukkan kepalanya. Ia benar-benar takut dengan Bayu saat ini. Hesa juga menyesal sejadi-jadinya.

"Yah, udah. Ini sudah malam, jangan teriak-teriak," ujar Mawar. Ia juga sama kesalnya seperti Bayu, tapi Mawar pun tak tega jika harus memarahi Hesa. Semua manusia itu pernah khilaf, contohnya Hesa.

Jevan, Cakra dan Jasta hanya diam. Hanya Mawar yang bisa memadamkan emosi Bayu.

Perlahan emosi Bayu pun mereda membuat mereka semua berhati lega terkecuali Hesa. Ia masih benar-benar ketakutan dengan Ayahnya sekarang.

"Bunda, temenin Aya tidur," ucap Bayu lalu kembali menuju kamar. Begitupun mereka semua yang kembali memasuki kamar masing-masing termasuk Hesa.

Brak!

"Loh? Jev? Jevan!"

"Bukain Jev!"

"Ini hukuman buat lo yang udah bikin Aya sampe ketakutan gitu."

"Ya jangan gini juga Jev! Gue harus tidur dimana coba?"

"Pikir pake otak minim lo itu."

Ucapan Jevan barusan mampu membuat hati mungil Hesa terpotek. Ia benar-benar menyesal sekarang. Tindakan yang ia lakukan benar-benar salah dan membuat satu keluarga marah padanya.

Karena bingung ingin tidur dimana, akhirnya Hesa memutuskan untuk tidur dikamar kakak tertua mereka yaitu Maja. Sebenarnya bisa saja ia tidur di kamar Rakhsan dan Jarrel, tetapi kamar itu di kunci yang membuat Hesa terpaksa tidur di kamar Maja yang tidak di kunci.

*****

Gimana part 17?

Aku update lagi yeayy!

Jangan lupa vote dan komen yaaa.
Vote gratis kok gais dan segampang itu. Masa kalian ngga mau vote?

Kalian juga harus kasih feedback ke author. Vote aja udah bikin aku seneng banget!

Ig:dwi.sbrina07
tiktok: dwisbrna4

Tujuh Pangeran AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang