11. Pengaruh Buruk

833 65 2
                                    

Wanita yang malam ini tampak anggun dengan rambut pirangnya yang di cepol tinggi itu merasa terusik ditatap sinis oleh pria di seberang meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita yang malam ini tampak anggun dengan rambut pirangnya yang di cepol tinggi itu merasa terusik ditatap sinis oleh pria di seberang meja.

Pria itu kedapatan melirik Dinda terus-terusan, membuat Dinda lantas ingin sekali menghajar wajahnya.

"Tahan tahan!" Ital yang duduk di sebelah Dinda segera menahannya yang hendak melempar lilin ke arah Alvi. "Lo tuh kenapa?"

"Lihat noh mukanya!" tunjuk Dinda dengan dagu. "Nyebelin banget sumpah."

Ital mendengus. Ia pun menengok Alvi yang baru saja membuang muka darinya. "Punya masalah apa sih, Vi?"

"Kenapa, ya?" tanya pria itu.

"Lo bikin Dinda nggak nyaman."

"Dia nggak nyaman bukan karena gue, tapi karena ulah dia sendiri."

Dinda mencebik dan segera berdiri dari duduknya. Ital yang mendapati wanita itu akan pergi pun bertanya. "Mau ke mana?"

"Ke mana aja yang penting nggak di sini."

"Tapi acaranya belum selesai."

"Ya nggak apa-apa, gue bentaran doang."

"Perlu gue temenin?"

"Ngga usah." Lalu Dinda pun pergi meninggalkan meja.

Punggung telanjangnya sempat menjadi tontonan orang-orang yang tidak sengaja meliriknya. Bisa di bilang, Dinda ini nyalinya cukup besar untuk mengenakan pakaian seperti itu. Karena yang Alvi tahu, Dinda tidak mungkin memakainya jika di sini ada Yansha.

"Loh, ke mana?" tanya Mas Dev yang papasan dengan Dinda di pintu keluar. Alvi menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Mas Dev baru saja merengkuh pinggang Dinda.

DIH, GUA REKAM JUGA LU!

"Mau cari angin, Mas."

"Mau gue temenin?"

"Nggak usah, cuma sebentar kok."

"Oke."

Alvi segera menunduk saat manajer Dinda tersebut kembali duduk di kursinya. Bertepatan dengan itu, ponselnya mendapatkan notifikasi. Alvi pun langsung membukanya karena notifikasi tersebut berasal dari Ayah.

Ayah hanya menanyakan keberadaannya dan Alvi pun menjawab jujur tanpa merasa perlu ditutup-tutupi. Lalu beberapa detik kemudian, Ayahnya itu menghubungi. Alvi pun baru mengangkatnya setelah satu menit.

"Kenapa, Yah?"

"Ada Dinda di sana?"

"Dinda ada, manajer juga ada. Kru juga pada ikut. Kebetulan lagi ada yang ulang tahun jadinya rame."

Seorang produser tengah berulang tahun. Beliau mentraktir rekan-rekannya, termasuk dirinya untuk makan malam di sebuah restoran. Beliau juga memesan meja panjang, yang alhasil mereka semua satu meja di sini. Namun kebanyakan dari mereka hanya mengobrol secara berkelompok.

Kasih Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang