34. Belum Usai

1K 76 7
                                    

Seorang Ayah menatap iba ke arah putrinya yang tampak bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang Ayah menatap iba ke arah putrinya yang tampak bingung. Betapa banyak cobaan yang dihadapi perempuan itu. Tatapannya yang linglung, belum lagi jawaban-jawaban yang terlontar dari mulutnya sedikit melantur. Padahal belum ada sepuluh menitnya Dinda siuman tapi para wartawan sudah ingin menemuinya untuk dimintai keterangan.

"Bisa di jelaskan awal mula Anda dan Alvian Guntama akhirnya bisa tinggal bersama? Sebelumnya, Anda telah di kabarkan hilang."

Dinda yang duduk di kursi roda menghela napas. Ekspresi penuh tekanan di wajahnya juga sengaja ia perjelas.

"Biar saya jelaskan kenapa saya―"

"Maaf tapi di beritakan bahwa Anda telah mendapat tindak kekerasan dalam rumah tangga."

"Tidak ada kekerasan. Suami saya sangat mencintai saya." Jawaban Dinda yang lesu membuat para wartawan menjadi ragu.

"Kalau begitu kenapa Anda kabur dari rumah dan memutuskan tinggal bersama Alvi?"

"Apa ada sesuatu yang Anda sembunyikan dari suami Anda?"

Dinda menoleh pada kaca di mana Ariksa dan beberapa suster tengah memantaunya dari luar ruangan. Harus jawab apa, ya? Gue gak kepikiran kalo wartawan bakal bahas gue yang kabur.

"Apa yang Anda rasakan setelah siuman?"

Dinda tersenyum tipis. "Seperti hidup. Saya ingin cepat-cepat bertemu suami."

"Sekarang di mana suami Anda?"

"Ada urusan yang tidak bisa dia tinggalkan. Tapi saya percaya malam ini dia akan datang."

Merasa suasana hati narasumbernya sudah membaik, para wartawan pun sepakat untuk tidak akan membahas permasalahan Dinda dengan suaminya.

"Kalau begitu bisa di jelaskan apa yang terjadi di malam tadi?"

Banyak kebohongan yang Dinda utarakan mengenai peristiwa tadi malam. Dinda sepenuhnya menyalahkan Alvi yang bermulut kurang ajar. Dinda sudah lelah makanya Dinda memilih mengalah dan akan istirahat. Namun ia yang mengaku ingin istirahat malah membuat Alvi murka. Alvi merasa semua yang dibicarakannya hanya dianggap angin lalu oleh Dinda.

Dinda berharap para wartawan sudah menonton rekaman CCTV sebelum datang menemuinya. Jadi Dinda tidak perlu menjelaskan sangat detail apa yang ia alami semalam. Ia kan ceritanya masih trauma.

"Dia mulai kesetanan karena saya tidak menanggapi hinaannya."

Dinda tidak akan terlalu di salahkan. Ia perempuan, posisinya tengah mengandung dan sangat lemah. Orang-orang akan beranggapan bahwa yang Dinda lakukan hanya melindungi diri.

"Kenapa anak Papi se-tegar ini?"

Berjam-jam di dalam ruangan lain bersama wartawan, Dinda pun dapat bernapas lega karena kini Dinda sudah bisa kembali ke kamar inapnya. Dinda merubah posisi menjadi duduk. Selanjutnya merentangkan kedua tangan karena ingin di peluk.

Kasih Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang