Kasih Tak Sampai

18. Adinda juga Cantik

Yansha sengaja berpenampilan lebih modis. Rambutnya juga di sisir ke belakang membuat jidat tampannya itu terpampang. Sesuai yang sudah di sepakati, pagi ini Yansha kembali untuk menjemput sang istri. Sekarang pukul sembilan, sudah sepuluh menit Yansha menunggu di ruang tamu rumah Ariksa, sementara sang pemilik sudah tidak ada sebab pagi-pagi sekali harus pergi karena ada urusan.

Yansha akui mertuanya itu cukup sabar. Semalam, ia mengirimkan pesan berisi penjelasan sesuai yang Ariksa pinta. Pesan yang panjang itu tidak hanya dibaca, namun Ariksa juga memberinya nasihat dan masukan.

Seraya berkeringat dingin, ia menyusunnya dengan kritis sampai-sampai tidak ada kesalahan saat mengirim. Pesan dibuat se-detail dan se-masuk akal mungkin agar mertuanya cepat percaya tanpa banyak pikir.

Lain kali tahu tempat.

Itu pesan terakhir yang Ariksa tulis sebelum Yansha membalasnya dengan emoticon 🙏.

Yansha tersenyum ketika wanita yang ia tunggu-tunggu kini menuruni tangga.

Sementara itu, Dinda keheranan mendapati suaminya tersenyum tanpa dosa di ruang tamu. "Kok beneran di jemput?" Ia lalu membenarkan sling bagnya dan menghampiri Yansha. "Aku kan bawa mobil."

Yansha mengeluarkan ponselnya.

Lalu mata Yansha melirik tubuh Dinda yang mengenakan gaun selutut berwarna hitam. Ini seperti mereka siap menghadiri pemakaman karena Yansha pun pakai serba hitam sekarang.

"Ya udah, yuk."

Dinda melangkah duluan ke luar rumah. Sebelum Ariksa pergi, beliau memberitahunya dulu bahwa Yansha akan datang. Jadi Dinda sama sekali tidak kaget. Dinda cuma pura-pura kaget.

Yansha tidak tahu betapa frustasinya ia saat Yansha menolaknya malam itu. Lalu di pagi harinya malah menemukan Yansha tangah memeluk Andira. Ia yang sekedar frustasi alhasil kesal juga lah.

Yansha dan Dinda sudah berada di dalam mobil. Dinda tidak bertanya ke mana Yansha akan membawanya. Ia terlalu malas.

Ting!