16. Salah Terus

832 65 17
                                    

Warn: a lil bit mature scene.

Malam ini hujan deras disertai petir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini hujan deras disertai petir.

Tiga puluh menit lalu, ia di telepon Bunda yang menganjurkannya agar datang untuk makan malam di rumah. Akan ada pembahasan mengenai wanita pilihan untuk Alvi, katanya. Sebagai Kakak satu-satunya, tentunya pendapat darinya sangatlah dibutuhkan. Bukan pendapat sih, melainkan pembelaan. Alvi butuh pembelaan darinya. Yansha menangkap hal itu sebagai penolakan.

Yansha membuka pintu. Ruang tamu sedang diramaikan oleh perdebatan Alvi bersama kedua orangtuanya. Tanpa mengucapkan salam, ia pun memasuki ruang tamu setelah menutup pintu.

"Masih dua puluh empat. Umur segitu belum cukup mapan. Mas Yansha aja kawin umur tiga puluhan, kenapa nyuruh-nyuruh aku kawin sekarang? Belum lagi kalo ceweknya masih bocah, beuhh... Ribut mulu yang ada kita." Alvi mendumal dengan wajah frustasi. Ia semangat pulang karena katanya akan membahas warisan namun rupanya itu hanyalah pancingan.

Bunda yang mau menyeruput teh jadi tertunda. "Belum juga Bunda lihatin fotonya."

"Palingan nggak jauh-jauh dari anak rekan bisnis." Alvi mengambil ponsel dan membuka aplikasi Instagram. "Udah tenang aja, aku banyak kenalan seleb."

"Emang mereka mau?"

"Loh, ngeremehin!" sergah Alvi, tak terima diberi pertanyaan seperti itu oleh Ayah. "Gini-gini juga selalu masuk top besar aktor tertampan di Indonesia."

"Yang bener, Vi."

"Bener lah! Cari-cari makanya."

Bunda mendongak ketika putra sulungnya baru saja tiba. "Omo, jinja Yansha oppa!" Bagaikan seorang fans dari dalam drama Korea yang akhir-akhir ini Bunda lihat, Bunda menutup mulutnya yang melongo menggunakan tangan.

"Hujan-hujanan, Mas?" Ayah bertanya saat Yansha mengacak-acak rambutnya.

Yansha tersenyum dan meminum kopi sang Ayah yang tersedia di meja.

"Kok bisa kehujanan, sih?" tanya Bunda sambil berdiri mendekati Yansha. "Ya Allah... Sampe basah kuyup begini."

"Duduk, Mas. Bantuin gue."

Bunda menggeleng tak setuju.
"Mandi dulu habis itu makan." Lalu Bunda membantu Yansha melepaskan jas kerjanya. Matanya melirik ke arah Ayah. "Garasi di kunci, ya?"

"Nggak tahu. Coba tanya Alvi."

"Kamu kunci ya, Vi?"

"Iya."

Pantas saja Yansha kehujanan. Yansha pasti memarkirkan mobilnya di halaman rumah.

Bunda tersenyum dengan tatapan penuh kagum. Ya Tuhan, Bunda bangga bisa melahirkan anak se-tampan ini. Anak ini juga mempunyai Adik yang tidak kalah tampan. Bunda harus banyak-banyak bersyukur, sih. "Gih, jasnya di Bunda dulu mau di keringin."

Kasih Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang