35. Yang Mereka Tunggu

1.2K 76 5
                                    

Tujuan hidup itu diperlukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tujuan hidup itu diperlukan. Ketika seseorang punya tujuan, biasanya akan lebih semangat baginya untuk menjalani kehidupan. Kalau Dinda ditanya apa yang membuatnya semangat untuk pulang maka Dinda menjawab bahwa ia sudah punya tujuan. Tujuan apa? Yaitu tujuan untuk memperbaiki rumah tangga.

Meski keadaannya sudah membaik walau baru di rawat dua hari, Dokter menyarankan agar Dinda tetap di rumah sakit sampai keadaannya benar-benar stabil. Namun tujuan hidup Dinda lebih tinggi sepertinya dari sekedar rebahan di rumah sakit. Dinda tidak mau di sini, Dinda ingin kembali.

"Untuk sementara pakai dulu headband untuk menutupi pitaknya."

"Tapi bisa normal lagi kan, Dok?" Sebagai publik figur meskipun sekarang sudah tidak lagi, tentunya masalah penampilan adalah hal yang cukup sensitif bagi Dinda.

"Bisa. Rambut Bu Dinda akan biasa lagi."

Dinda mengangkat cermin untuk melihat rambut bagian depannya. Celah kosong itu memang tidak luas. Tapi Dinda tetap sukar karena dirinya sudah terbiasa tampil sempurna. "Terima kasih, Dokter."

Sepupunya Yansha bertanya. "Kalau bayinya?"

Sebelum menjawab, Dokter menoleh pada suster yang membawakan papan catatan. Dinda dan kandungannya mengalami guncangan yang hebat sebelumnya. Sebuah keajaiban bahwa keduanya masih bisa diselamatkan.

"Ibu dan bayi sama-sama sehat. Ini pun tidak lepas dari semangat Bu Dinda yang ingin cepat sembuh. Jangan lupa untuk cek keadaannya sesekali."

Dinda mengangguk-anggukkan kepala seperti anak kecil yang diberi nasihat.

Di temani Bilal dan sepupu Yansha, Dinda akan pulang sore ini. Papi dan Kakaknya yang satu lagi belum bisa mengantar karena mereka sedang di kantor polisi untuk bantu menangani kasusnya.

"Yuk, mau sekarang?" tanya sepupu Yansha. Dia disuruh oleh Bunda untuk datang menemani Dinda. Tapi ternyata Dinda pun tidak sendirian. Ada Bilal yang dari tadi menemaninya. Hanya saja Dinda dan Bilal memang diam-diaman. Bilal bisa menuruti semua yang Dinda pinta namun setelah itu sibuk sendiri―tak minat mengajak Adiknya bicara.

"Dia gak tahu kan aku pulang?"

"Gak. Semuanya tutup mulut kok."

Bilal berjalan di belakang mereka, membawakan barang-barang pribadi Dinda yang tidak banyak. Untungnya ada sepupu Yansha yang siap membantu tanpa diminta. Saat Dinda dan wanita itu masuk ke dalam mobil, Bilal pun tetap di luar untuk menerima telepon dulu dari Abyan.

"Di mana, Bil?"

"Masih di parkiran. Otewe rumah Yansha."

"Dinda tuh serius? Udah bener-bener sehat emang?"

"Gue gak tahu. Yang punya badan kan dia. Dia bilang udah enakan."

"Abis anterin Dinda langsung ke mana?"

Kasih Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang