Bab 15 : Berbeda

75 45 0
                                    

Verra sudah menginjak hari pertama ujian di sekolah. Ia akan menghadapi puluhan soal hari ini. Gadis itu sudah siap,Verra merapihkan seragam putih biru yang ia gunakan, lalu ia memakai hijab berwana putihnya.

Verra berjalan keluar rumah untuk memakai sepatunya. Ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Karna rumah Nenek berada di pinggir jalan, hal itu memudahkan Verra untuk menunggu angkutan umum.

Gadis itu tampak terdiam, menatap beberapa motor dan mobil yang berlalu lalang, mengantar anaknya yang akan pergi ke sekolah.

Beberapa tahun yang lalu, ibu menjual mobil ayah, untuk kebutuhan ekonomi keluarganya termasuk Verra. Karna ibu bekerja sebagai penjual online cemilan dan makanan, ibu memanfaatkan bakat memasaknya untuk di jualkan, penghasilan yang ia keluarkan mencukupi, namun terkadang tidak.

Saat tengah melamun di pinggir jalan, angkutan umum yang Verra tunggu datang tak jauh dari tempatnya. Ia melihat lalu melambai ke arah angkutan umum itu. Akhirnya Verra sudah berada di dalam angkutan umum. Ternyata penumpang yang mobil itu angkut hanya dirinya seorang.

Sepanjang perjalanan, Verra hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela mobil angkutan umum itu, ia menatap orang-orang yang akan melakukan berbagai aktivitasnya, banyak sekali motor dan mobil yang berlalu lalang di jalanan itu. Karna merasa sudah di tengah jalan raya, mobil angkutan itu memasuki area Pom untuk mengisi bensinnya. Mobil itu pun terhenti. 

Saat tengah asyik melihat ke luar jendela, Verra tak sengaja melihat perempuan yang menunduk di tengah jalan. Perempuan itu tampaknya mendongakkan kepalanya, lalu menatap ke arah Verra, sehingga mereka menukar tatapan.

Perempuan itu memiliki raut wajah yang bersedih, matanya sayu seperti habis menangis. Verra mengkhawatirkan perempuan itu. Kalo dia tertabrak bagaiman? Pikirnya.

Verra tersentak kaget saat sebuah pengendara motor menabrak perempuan itu, seketika tubuh gadis itu sedikit kejang, lalu terdiam. Karna pengendara itu menembus tubuh perempuan itu.

Jantungnya berdebar hebat, seperti rasa kaget dan takut bercampur menjadi satu, perempuan itu masih menatap Verra, tatapan begitu dalam dan tak teralihkan. Beruntungnya perempuan itu langsung menghilang.

Verra berhenti menatap ke arah luar jendela mobil itu, ia mengatur pernafasannya, jantungnya masih berdebar kencang tak beraturan. Ia memilih untuk menunduk saja dan memejamkan matanya.

Tiba-tiba saja perempuan yang Verra lihat tampak memasuki angkutan umum itu, perempuan itu duduk di kursi paling pojok. Verra masih tidak menyadari kehadiran perempuan itu, hingga akhirnya suara perempuan menangis terdengar samar di telinganya.

"Siapa ... kamu?" tanya Verra dengan suara yang berbisik.

"Tolong.. bantu saya.. saya.. saya mau bertemu." Suara perempuan itu bergema di dalam mobil angkutan itu. Seperti suara orang yang sedang berbicara di depan mix yang di sambungkan ke dalam sound.

"Mau bertemu siapa?" Verra memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan perempuan itu.

"Bertemu.. an-anella... ANELLA!" Verra tersentak kaget, perempuan itu berteriak. Bahasa tubuh yang Verra keluarkan hanyalah bergelonjak hampir berdiri.

Tiba-tiba saja Pom Bensin itu telah berganti menjadi malam hari. Verra melihat sekitarnya dengan tatapan panik dan takut. Gadis itu berusaha untuk menenangkan dirinya tetapi usahanya sia-sia. Verra berdiam diri di dekat supir yang membawa angkutan umum itu. Supir itu tampak terdiam di kursinya, membelakangi Verra.

"Pak.. ini dimana ya?" tanya Verra sambil menatap belakang kepala pak supir itu.
"Pak? Bisa langsung jalan?" pinta Verra. Supir itu masih terdiam. Tidak ada jawaban ataupun gerakan sedikitpun.

Story of Indigo [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang