Pagi itu, Verra bersiap untuk datang ke sekolah kembali. Memakai seragam sesuai dengan jadwalnya, merapihkan buku-buku yang akan di bawa untuk sekedar membaca materi sebelum ulangan, memakai sepatunya dan berpamitan.
Rutinitas yang Verra lakukan kurang lebih seperti itu setiap harinya. Ia kembali menaiki angkutan umum untuk akses pergi ke sekolah, syukurlah hari itu ia selamat.
Verra kembali memasuki gerbang sekolahnya, ia berjalan memuju kelasnya yang berada di 9B. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.18 WIB, sisa waktu 2 menit lagi, ujian akan segera dimulai.
Waktu istirahat sudah berlangsung, Verra beranjak dari tempat duduknya, hendak menuju toilet. Karna perutnya terasa sangat amat menyakitkan. Seperti isi perut milik gadis itu, di giling hebat.
"Aundi, boleh antar aku ke toilet?" ajak Verra kepada teman sebangkunya. Aundi langsung menoleh, ia menjawab dengan anggukan saja.
Mereka berdua berjalan menuju toilet sekolah, Verra merasa ia akan mengeluarkan sampah besar di sana, namun sangkanya salah. Verra melihat bercakan darah di dalam celananya, ia buru-buru membuka rok dan celananya, ternyata ia datang bulan.
"Oh ... tidak." Verra kembali memakai celana dan roknya, ia bergegas keluar dari bilik kamar mandi itu.
"Loh? Kok sebentar sih?" tanya Aundi sambil menatap Verra.
"Aku datang bulan," jawabnya dengan lantang.Aundi bergegas menarik tangan Verra, membawanya ke warung yang berjualan roti jepang. Aundi membeli roti jepang itu, secara umpat-umpat, ia memberikannya kepada Verra.
"Nih, pake dulu di kamar mandi. Aku tungguin." Aundi memberi roti jepang itu, lalu ia menunggu Verra kembali.
Selama hampir 6 menit, Aundi menunggu Verra. Gadis itu tak kunjung keluar dari bilik kamar mandinya. Aundi mulai mengetuk pintu kamar mandi yang Verra gunakan.
Tokk.. tok.. tok..
"Verra? Kok lama banget sih?" panggil Aundi. Ia kembali mengetuk pintu kamar mandi itu. Saat ketukan ketiga, Verra membuka pintunya, lalu ia tersenyum.
"Maaf ya lama, habis cuci dulu tadi." Verra menatap Aundi, lalu ia menarik tangannya untuk segera keluar dari kamar mandi itu.
Verra dan Aundi kembali ke dalam kelas. Seperti yang kalian tau, Aundi adalah gadis yang cukup pendiam dan cuek, ia sedikit tidak mau berbaur dengan siapa-siapa. Tetapi, kepeduliannya sangatlah besar. Hanya saja ia selalu mengeluarkan kepedulian itu untuk orang-orang yang dekat dengannya.
"Verra! Habis dari mana?" tanya Marsel. Marsel sendiri adalah teman dekat Verra.
"Aku dari toilet," jawabnya seraya menghampiri Marsel.
"Kita ke kantin yuk. Aku laper deh," ajaknya.Verra tidak bisa menolak ajakan Marsel, gadis itu selalu mengajak Verra kemanapun dia mau, ia kerap kali sering memaksa, walaupun Verra terkadang selalu menolak, gadis itu tampak tidak menerima penolakan.
"Habis ke kantin, anterin ke asrama putra, ya. Aku mau bertemu Reyhan," ujarnya. Verra menatap sinis ke arah Marsel. Ia tampak kesal dengan temannya, karna Reyhan bukanlah laki-laki yang baik untuknya. Dan juga, Asrama putra dan putri di sekolahan SMP itu tampak berdekatan. Bagaimana jika ada ustadzan atau ustadz yang lihat sala satu pelajarnya memiliki kekasih?
"Males ah, ngapain juga ke asrama putra," tolak Verra. Marsel yang kembali menatap Verra dengan tatapan sinis.
"Udah, ikut aja! Ga usah nolak." Marsel menarik tangan Verra untuk memasuki jalanan pintas untuk ke dalam asrama putra, jalanan itu tampak sepi, karna berada di tempat yang tersembunyi. Jalanan itu berlumut dan sedikit redup, Verra melihat jalanan itu sudah mulai merasa enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
HororBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...