Hari libur telah tiba. Sekolah yang di tempati Verra memberi murid-muridnya untuk berliburan.
"Gimana kalo kita ke rumah Nenek aja? Ibu kangen sama Nenek," ujar Sari saat mereka sedang berkumpul di ruang tengah.
"Ya sudah, kita siap-siap, ya?" pinta Galang yang menyetujui ajakan istrinya.
"Yeey! Ke rumah Nenek," seru Verra. Ia akan sangat bahagia ketika sudah ke rumah Neneknya.Akhirnya, mereka siap-siap. Mengemasi beberapa pakaian yang akan di gunakan di sana, Verra dan kedua orang tuanya akan menginap di rumah Nenek. Saat sudah siap, Galang memasuki beberapa tas besar yang berisi kebutuhan mereka ke belakang garasi mobilnya, Sari dan Verra sudah bersiap untuk naik. Tapi sebelum itu, mereka berpamitan dulu kepada Oma.
"Oma ... pamit mau ke rumah ibu," ucap Sari sambil mencium punggung tangan Oma.
"Oh.. baiklah, tidak apa-apa. Titip salam," jawab Oma. Lalu ia tersenyum sambil mengusap puncak kepala Sari."Verra mau ikut? Sama Oma aja yuk di sini," lanjutnya. Oma selalu saja menjahili Verra.
Verra mengubah raut wajahnya, ia memajukan bibirnya mengulas wajah yang cemberut. "Verra mau ikut sama Ibu," tegasnya.
Setelah selesai memasuki tas-tas yang akan mereka bawa ke belakang garasi mobil, Galang menghampiri Ibunya.
"Ma, Galang anterin istri sama anak ke sana dulu ya. Kalo ada apa-apa bisa hubungi Galang atau Sari, jaga diri baik-baik ya Ma. Galang pamit dulu," pamit Galang sambil mencium punggung tangan Ibunya. Oma hanya mengangguk lalu ia tersenyum.
Akhirnya mereka memasuki mobil itu, lalu melakukan perjalanan ke rumah Nenek. Selama perjalanan, Sari menawarkan untuk membeli makanan dan yang lainnya agar mereka tidak kelaparan di jalan, jarak yang akan di tempuh cukup jauh, sekitar 2 jam lamanya.
Mobil itu terus melaju melewati beberapa daerah di sana. Verra selalu menatap ke luar dari balik jendela mobil itu.
Sambil menatap beberapa daerah yang indah, gadis itu juga melihat beberapa makhluk halus di sana. Mereka tampak bersarang di beberapa pohon, terutama pohon yang selalu menjadi makanan favorite hewan berbulu putih dan hitam yang sering kita sebut panda, pohon bambu.
Saat tengah asyik menatap jalanan di luar, Verra tidak sengaja melihat sesosok perempuan yang di kenal sebagai sosok Sri. Gadis itu sontak langsung mengalihkan pandanganya ke arah depan. Ia merasa ketakutan saat melihat perempuan itu.
"Verra, mau makan roti ini gak?" tanya Sari sambil menyodongkan roti itu. Tanpa basa basi, Verra mengambil rotinya dan memakan roti itu. Ia tidak menceritakan adanya Sri tadi. Ia hanya bungkam terdiam saja.
2 jam kemudia, mobil mereka sampai di depan rumah Nenek. Beberapa saudara telah berkumpul di rumah Nenek. Verra menuruni mobilnya lalu ia berjalan bersama Sari memasuki rumah Nenek yang sudah di penuhi dengan Sepupu dan saudaranya di sana. Begitu juga dengan Galang, ia dan mang Cecep-- Paman, menuruni barang-barang mereka.
"Assalamualaikum, Mah.." ucap Sari saat melihat Ibunya.
"Waalaikumsalam, Sari. Kumahan damang?" tanya Nenek.
"Alhamdulillah," jawab Sari sambil tersenyum.Verra juga menghampiri Nenek dan Kakeknya, gadis itu mencium punggung tangan mereka. Lalu ia berlari ke dalam rumah, menghampiri Sepupu-Sepupunya.
"Haii," sapa Verra kepada mereka.
"Haii Verra."Sepupu yang Verra dekat ada dua orang, yaitu Veli dan Vila. Mereka adik kakak, Veli kakak dari Vila. Veli 2 tahun di atas Verra, sedangkan Vila 4 tahun di bawah Verra.
Verra berpisah dengan kedua orang tuanya, Sari dan Galang tampak mengobrol di luar bersama saudara-saudara yang sudah dewasa di luar.
Sedangkan Verra bermain bersama Sepupu-sepupunya di dalam. Hingga akhirnya, Veli, Vera dan juga Vila bermain ke luar rumah.
Mereka menuju ke area pesawahan. Di sana, tampak indah dan asri, rerumputan hijau yang menjulang tinggi bersama beberapa padi di sana tampak indah. Verra tidak pernah melihat pemandangan ini semua, gadis itu sudah terbiasa tinggal di kota.
Veli mengajak sala satu temannya yang bernama Jasmine untuk bermain juga bersama-sama. Verra berkenalan dengan Jasmine saat itu juga. Ternyata, mereka menjadi teman baik. Akhirnya, mereka berempat bermain di tepian sawah, di tempat duduk yang mengarah langsung ke arah pesawahan itu, sungguh indah dan sejuk saat duduk di situ.
"Verra? Kamu tinggal di mana?" tanya Jasmine sambil menatap Verra.
"Aku tinggal di Kota Bumianggara, lumayan jauh dari sini," jawab Verra.
"Wah, jauh juga, Ya?"Verra hanya mengangguk saja. Lalu, Amanda menghampiri mereka. Amanda sendiri adalah kakak dari Jasmine. Amanda tampaknya masih menginjak kelas 12 SMA, masih seorang gadis.
"Heh kalian ngapain di sini?" tanya Amanda sambil meliat mereka berempat.
"Di sini enak, dingin, adem," jawab Veli.
"Iya tuh, bener! Udah kakak pulang aja sana! Nanti Wati masuk lagi di sini, adek males tau gak," usir Jasmine kepada kakaknya.
"Hm.. ya udah deh, hati-hati di sini," ucap Amanda. Lalu gadis itu pergi ke rumahnya yang tak jauh dari tempat duduk ini.Verra merasakan sesuatu yang janggal dengan kakaknya Jasmine, ia melihat auranya yang aneh di dalam tubuhnya. Verra memutuskan untuk menoleh ke arah belakang, melihat kepergian Amanda. Saat Verra melihat, tampaknya gadis itu mencabuti bunga melati yang mekar tak jauh dari kediaman mereka berempat.
Verra semakin mengamati apa yang di lakukan Amanda. Tampaknya, Amanda memakan melati itu, lalu ia menengok ke arah Verra sambil mengunyah dan tersenyum. Matanya tajam menatap Verra.
Verra mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Dengan jantung yang berdebar keras, Verra berusaha untuk tidak memberi tahu sepupu dan temannya. Namun, Jasmin selaku adik dari Amanda, menatap kakaknya juga.
"Yah.. Wati masuk lagi," ujar Jasmine. Lalu gadis itu menghampiri Amanda yang masih berdiam diri di depan tangkai bunga melati, sambil memakan satu persatu melati itu.
"Wati! Masuk ke sana, jangan masuk di sini!" teriak Jasmine. Vila dan Vali melihat Jasmine juga, Verra hanya diam menatap lurus ke depan, ia tak berani melihat Amanda lagi, karna aura negatifnya membuat tidak nyaman.
"Verra, ga usah takut ya, ada kami di sini," ungkap Veli sambil menenangkan Verra. Akhirnya Verra mengangguk saja sambil melihat kedua sepupunya itu. Saat sudah merasa tenang, Jasmine menghampiri mereka lagi.
"Hai, hehe maaf yaa tadi--" Verra menatap Jasmine, ia melihat Kuntilanak dengan wajah yang hancur penuh dengan belatung yang sedang mengunyah bunga melati berada di belakang Jasmine. Sontak, Verra langsung berteriak ketakutan.
"Verra? Verra kenapa?" tanya Veli sambil melihat sepupunya yang menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Verra terlihat sangat amat ketakutan. Jasmine melihat teman barunya, ia terdiam.
Verra, kamu lihat Wati? Kuntilanak itu memang aneh. Batin Jasmine.
Jasmine langsung mengusap punggung Verra, ia mengetahui apa yang di lihat Verra. Di sana, Amanda menatap mereka semua tengah menenangkan Verra, lalu gadis itu tersenyum tipis.
👻👻👻

KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
TerrorBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...