Tampaknya Sari dan Verra sudah berada di dalam rumahnya, mereka saling diam, tanpa keluar sepatah katapun. Verra memutuskan untuk membuka seragamnya, lalu menggantinya memakai baju biasa. Wajahnya tampak murung, lalu di timpa suasana hatinya yang kacau.
"Kenapa sih harus 'datang bulan' sekarang?" tanya Verra kepada dirinya sendiri.
"Huft ... sakit deh perut aku," ucapnya lagi."Verra, hallo," sapa Deta yang tiba-tiba saja menghampirinya entah dari mana. Verra hanya menoleh saja, lalu ia pergi tanpa menjawab sapaan yang Deta lontarkan. Ia merasakan suasana hatinya yang bercampur aduk.
"Verra? Kamu kenapa?" tanya Deta sambil mengikuti Verra.
"Verra? Kamu sepertinya di kelilingi Energi Negatif ," ungkap Deta kembali.Verra sudah menutup pintu bilik kamar mandinya, meninggalkan Deta di luar. Gadis itu menarik nafas berat, lalu ia melakukan aktifitasnya.
Setelah mengganti rotinya, Verra membuang bekas roti yang sudah kotor bekas di lumuti darah itu, ia mengambil sekatung kresek putih, lalu memasukan roti yang sudah ia cuci bersih ke dalam kantung itu, lalu membuangnya.
Verra kembali memasuki kemarnya, ia membaringkan tubuhnya ke atas kasur yang sudah rapih. Sensasi dingin ia rasakan, kasur yang rapih dan dingin itu membuat Verra merasa nyaman.
Pikiran gadis itu langsung tertuju kepada ponsel yang masih berada di dalam tas sekolahnya. Tanpa pikir panjang, Verra meraih tas sekolahnya, lalu meraih ponsel itu.
Ia membuka sosial medianya, lalu melihat postingan-postingan terbaru di sana. Postingan itu sedikit membuatnya terhibur.
Saat tengah asyik menscroll sosmed di ponselnya, sebuah pesan tersampaikan di ponsel itu.Aundi :
Verra? Kamu gapapa, 'kan?Verra hanya menatap pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya, ia kembali memikirkan masalah yang terjadi di sekolahnya tadi pagi, lalu ia memutuskan untuk menjawab pesan temannya.
: Verra
Aku gapapa, kok. Gimana tadi ujian Geografinya? Lancar? Kamu gak lupa kan sama Atmosfer?Aundi :
Tadi susah banget, Ra. Aku lupa sama Atmosfer hehe. Oh iya, kalo kamu butuh cerita ... ada aku, ya.Verra hanya tersenyum dengan sikap teman sebangkunya itu, walaupun ia terlihat sangat cuek dan pendiam, hampir seperti robot yang monoton, Aundi adalah seorang gadis yang perhatian.
Verra kembali menjawab pesan yang di kirim oleh Aundi, sampai akhirnya mereka menukar pesan, hampir selama 30 menit.
Mereka membicarakan tentang masalah yang baru saja menimpa Verra. Namun, Aundi berpesan, ia tidak percaya dengan isu itu, maka dari itu Aundi siap untuk berada di pihak Verra.Verra hanya bisa berterima kasih kepada teman sebangkunya itu, tanpa ia sadari, Aundi ternyata gadis yang baik.
Tiba-tiba saja, Deta sudah berada di samping Verra, anak itu ikut melihat ponsel yang sedang Verra gunakan.
"Dia baik, ya?" tanya Deta secara tiba-tiba.
"YA ALLAH, Deta! Bikin kaget aja deh," teriak Verra sambil menatap Deta yang sedang cengegesan."Hehe maaf, ya." Deta masih menatap Verra, gadis itu kembali bertanya, "Verra, kamu kenapa? Aku lihat ... kamu di ikuti oleh perempuan jelek?" Verra yang sedang sibuk mengetik pesan yang akan di kirim kepada Aundi itu, seketika langsung terdiam. Tubuhnya merasakan merinding yang sangat menjalar dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
"Siapa?" tanya Verra seraya menatap Deta kembali. Deta hanya terdiam, ia mindahkan tatapannya ke arah belakang dirinya.
Verra sepertinya tau, arti mata itu. Verra memberanikan diri untuk melihat di belakang dirinya. Ia mencoba menoleh perlahan, hingga sampai di titik tujuannya. Nihil, tidak ada siapa-siapa di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
HorrorBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...