Bab 22 : Bermain bersama Hantu

50 32 2
                                    

Verra terdiam saat menatap Deta, gadis itu langsung teringat dengan sedikit flashback yang pernah Desi berikan kepada dirinya.

"Aril dan Deta saudara kembar?" batin Verra sambil terus menatap Deta, lalu ia mengalihkan pandangannya. Seketika Flashback itu teringat kembali.

"Deta? Apa kamu inget, sama Aril?" tanya Verra seraya menoleh ke arah Deta kembali.
"Iya, aku ingat." Deta masih terseyum sampul.
"Bagaimana dia sekarang?" tanya Verra kembali.

Deta menundukkan kepalanya, lalu ia menjelaskan,"Aril, sepertinya sedang di kurung, Verra. Di sala satu ruangan. Di sana Aril di perlakukan kurang baik, seperti di pukul-pukul."

"Penjara?" tanya Verra.
"Iya, dia di penjara," jawab Tita untuk memasuki obrolan itu.
"Atas kasus apa? Pembunuhan Desi?" tanya Verra kembali. Gadis itu sungguh sangat penasaran dengan Aril, tetapi ia hanya bisa bertanya kepada hantu yang pernah bertemu dengannya.

"Betul, karna kasus itu," jawab Tita kembali.
Verra hanya terdiam, ia mencoba mengingat pertama pertemuannya bersama Aril, tetapi semuanya terlupakan begitu saja.

"Hmm.. ya sudah aku gak peduli sama Aril, kita main lagi, yuk!" ajak Verra sambil menarik tangan kedua temannya itu. Akhirnya mereka bermain kembali di ladang bunga itu.

Di tengah-tengah kesenangan, tiba-tiba saja tempat  yang di sebut sebagai 'rumah Tita' tampak mengalami gempa bumi yang cukup besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah-tengah kesenangan, tiba-tiba saja tempat  yang di sebut sebagai 'rumah Tita' tampak mengalami gempa bumi yang cukup besar.

Hal itu membuat mereka menghentikan aktivitas bermainnya, semuanya kesenangan berganti menjadi sebuah pertanyaan dan kepanikan.

"Eh? Di alam lain bisa gempa?" tanya Verra seraya menghampiri Tita. Tita hanya terdiam, seraya memperhatikan semua tempatnya.

"Enggak, ini pertama kali, Verra." Tita menatap Verra, sontak Verra langsung merubah raut wajahnya menjadi pucat pasif. Verra menarik tangan Deta, untuk berada di dekatnya.

"Sebaiknya kamu pulang saja, Verra." Tita mengulurkan tangannya seperti yang ia lakukan saat hendak mengajak Verra ke tempat ini.

"Tapi kenapa ... Kamu gak ikut?" tanya Verra dengan suara yang panik.
"Aku akan datang lagi, kamu dan Deta segera pulang saja," pinta Tita.

Seketika Tita mengulurkan tangannya kembali, untuk membawa Verra dan Deta kembali ke dunia asli. Perlahan-lahan, Verra menyentuh tangan Tita, lalu ia menutup matanya.

Setelah merasa seperti ada sesuatu yang membuatnya terbang, Verra kembali membuka matanya. Ia sudah berada di depan rumah Neneknya, bersama Deta.

"Tita gak ikut?" tanya Verra seraya menatapi Deta.
Deta hanya menggeleng kepalanya saja, gadis itu tampak berwajah sendu.

Tiba-tiba saja, Nenek datang menghampiri Verra, beliau sepertinya akan marah. "Verra! Abis dari mana? Di cariin," teriak Nenek sambil menghampiri Verra. Seketika Verra merubah wajahnya menjadi cengegesan.

"Tadi habis main sama Tita, sama Det-" Verra melihat ke arah sampingnya, tepat di mana Deta berdiri. Tetapi, Deta sudah menghilang dari samping gadis itu.

"Ish kemana sih tuh anak" batin Verra.

"Udah! Masuk buruan." Nenek tampak menarik tangan Verra untuk masuk ke dalam rumahnya. Di dalam, Sari tampak sedang memotong beberapa buah semangka yang baru saja ia beli, Verra langsung menghampiri sang Ibu.

"Ibu, mau di bantu?" tanya Verra. Sari langsung menatap Verra.
"Boleh, tolong bantu Ibu," jawabnya.

"Tolong antarkan buah ini ke rumah Vila dan Veli," pinta Ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong antarkan buah ini ke rumah Vila dan Veli," pinta Ibu. Verra memanuti Sari, lalu ia membawa buah itu dengan sekotak nampan.

Verra berjalan ke luar rumahnya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 18.09 WIB, suara Adzan sudah berkumandang di mana-mana, Verra menekatkan dirinya untuk tetap mengantar buah ini.

Rumah Verra dan kedua sepupunya tidak jauh, sehingga mempermudah Verra agar sampai di rumah lagi. Tetapi, beberapa makhluk halus sudah mulai bermunculan di mana-mana. Verra menelan salivanya saat melihat sesosok Pocong tengah berdiri di depan rumah Nenek.

"Duh ... gimana ini?" batin Verra sambil menatap depan rumah Nenek.

"Gapapa, yuk sama aku!" ucap Tita. Verra menatap Tita dengan tatapan harapan.

"Kok kamu di sini? Gimana sama gurun bunga yang tadi? Gimana rumah kamu?" tanya Verra saat melihat Tita sudah berada di sampingnya.

"Udah, nanti aku ceritakan di rumah. Sekarang, kita pulang dulu, ya." Tita memegang tangan Verra, lalu menuntunnya untuk berjalan ke rumah Nenek. Tiba-tiba saja, degupan jantung milik Verra terdengar jelas di jalanan yang sepi itu.

"Kenapa? Kok kamu deg-deg an?" tanya Tita sambil melihat Verra. Verra hanya menelan salivanya, karna sosok Pocong itu wajahnya sudah terlihat. Wajah yang hitam dan hancur, mata yang sedikit memutih dengan bau yang busuk.

"Aku usir dulu," ucap Tita. Seketika Tita langsung melayang sambil menyerang Pocong itu. Terjadi sedikit kegaduhan di sana, hingga suara berat terdengar.

"Awas Sia!" teriak Pocong itu sambil menatap Verra, lalu Pocong itu menghilang.

Tita berhasil mengalahakan pocong itu, seketika tubuh Verra membeku, melihat dan mendengar ucapan dari Pocong itu.

"Verra, sudah hilang. Ayok kita pulang!" ajak Tita, sambil memegang tangan Verra kembali.

Saat sudah berhasil memasuki rumahnya, seorang laki-laki tampak berdiri, menggunakan baju koko dan sarung.

"Astagfirullah ... Verra masih bisa liat hantu," ucap Laki-laki itu.

👻👻👻

Story of Indigo [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang