"T-Tita?" Verra kembali terdiam, menatap perempuan itu. Perempuan itu tampak tidak seperti perempuan jelek yang lainnya, wajahnya pucat, tidak ada luka sedikitpun di area tubuhnya.
"STOP! PERGI DARI SINI! PERGI!" teriak Verra dengan nada yang prustasi. Tita dan Deta hanya melongo mendengar perintah itu. Hatinya sedikit sakit. Oh? Hantu punya perasaan? Jawabanya iya.
Tita menatap Verra dengan tatapan iba dan sedih, lalu perempuan itu beranjak dari kasur milik Verra, hendak menghampiri gadis itu.
"DIAM! JANGAN MENDEKAT! PERGI AKU MOHON PERGI!" teriak Verra. Kini, gadis itu tampak mengeluarkan air matanya, wajahnya memerah dengan mata yang kembali rapat dan kecil.
Tita menghentikan langkahnya, ia terdiam melihat Verra yang histeris seperti itu. Mau tak mau, Tita menghilangkan dirinya. Begitu juga dengen Deta, anak kecil itu tampak sedih, ia pun memutuskan untuk pergi saja.
Verra semakin menjadi tangisannya, hingga tangisan itu terdengar kepada telinga Sari. Sari mulai berlari menghampiri Verra, ia memasuki kamar anaknya, melihat Verra yang sudah terduduk sambil bergelimang air mata.
"Kenapa? Ada apa, Nak?" tanya Sari sambil memeluk tubuh anaknya. Verra masih tetap menangis, gadis itu merasa lelah dengan semua yang sudah ia lewati.
"Aku cape, Bu. Aku cape lihat hantu. Udah dari dulu, Verra selalu aja di gangguin, di bawa sama mereka, bahkan di sukai. Verra cape, Bu. Verra gak kuat!" teriak Verra dengan suara yang serak akibat menangis.
Sari hanya memeluk anaknya, sambil mengusap-usap punggung miliknya. Tangan dan tubuh Verra rasanya bergetar hebat, dadanya sesak seperti di tusuk oleh benda yang tak terlihat.
"Sstt ... mau ibu tutup lagi mata batinnya?" tanya Sari, ia masih mengusap-usap punggung Verra di dalam dekapannya. Gadis itu pun masih menangis sendu, namun perlahan perasaanya semakin tenang.
"Verra gak sekuat itu, Bu. Verra udah cape sekarang. Kalo di tutup lagi, tapi nanti di buka lagi, Verra akan lebih cape. Gak usah di tutup, Verra hanya perlu terbiasa aja," jawab gadis itu.
Sari menghela nafas berat. "Ya sudah, ayo bangun. Ganti baju kamu," pinta Sari.
Verra memanuti ibunya, lalu ia melepaskan pakaiannya, dan menggantinya menjadi pakaian rumah. Ia juga sempat bercermin, menatap wajahnya hampir 1 menit. Lalu ia tersenyum kembali.
"Verra ... kamu sudah bertemu dengan Tita?" tanya Sari. Verra hanya terdiam, lalu ia menatap sang ibu cukup lama.
"Udah," jawab gadis itu, lalu ia menerjunkan tubuhnya ke atas kasur miliknya, sambil melihat puzzel miliknya yang masih berantakan. Tapi, ia memutuskan untuk menyelesaikanya.
Seketika, Deta dan Tita hadir kembali. Mereka menatap Verra dari arah belakangnya.
"Maaf, udah teriak-teriak," ungkap Verra tanpa menoleh sedikitpun. Gadis itu menyadari kehadiran kedua hantu itu. Tita menghampiri Verra, lalu ia duduk di dekat gadis itu.
"Verra.." panggil Tita dengan suara yang lembut. Sekektika, bulu kuduk Verra meremang. Ia memutuskan untuk menoleh saja, menatap Tita.
"Apa?" jawab Verra. Gadis itu berhasil menatap wajah Tita. Sejujurnya, wajah Tita tampak cantik, dengan rambut yang terurai hingga se pinggang, hantu itu tidak seperti yang lainnya, hawa positif mengelilingi hantu itu.
"Aku minta maaf, ya? Aku baru nampakin diri sekarang," ungkap Tita, lalu hantu itu tersenyum sampul. Verra hanya mengangguk saja, sambil melanjutkan Puzzel itu.
"Verra ... kamu masih marah sama aku?" tanya Deta. Anak kecil itu tampak menghampiri Verra. Verra hanya mengangguk saja, tanpa melihat anak kecil lucu itu.
"Maafin aku, ya? Aku suka kagetin kamu." Verra menoleh ke arah Deta, dengan tatapan yang datar. Deta kembali merubah raut wajahnya menjadi sedih. "Kamu gak maafin aku, ya?" tanya anak itu.
Tetapi, Verra hanya tersenyum, sambil mengusap puncak kepala Deta. Seketika, Deta kembali merubah wajahnya menjadi tersenyum, wajahnya tampak bersinar saat Verra melakukan itu. Verra merasa kaget saat wajah Deta bersinar seperti itu.
"Deta? Kenapa?" tanya Verra saat melihat Deta.
"Aku senang, Verra. Kamu tetap mau baik sama aku, aku gak punya siapa-siapa lagi, gak ada yang lihat aku selain kamu dan ibu kamu," ungkap anak kecil itu. Seketika hati Verra seperti tersentuh oleh kata-kata itu. Verra kembali tersenyum sambil terus mengusap kepala anak kecil itu.Tita merasakan perasaan antara kedua orang dan hantu itu, perempuan itu tersenyum.
"Gimana kalo sekarang kita main?" ajak Tita kepada Deta dan Verra.
"Main kemana?" tanya Deta.Tita menatap Deta sambil memberi sinyal, tetapi Verra tidak mengerti sinyal itu. Deta hanya tersenyum saja.
"Verra? Mau ikut gak?" tanya Deta. Ia berharap gadis itu menyetujuinya.
"Kemana? Kalian mau main di mana?" tanya Verra dengan raut wajah yang penasaran.
"Kita main ke alam kami." Tita tersenyum manis saat mengajak Verra.Verra membayangkan, alam mereka yang seram dan mengerikan, seperti yang pernah ia lewati sebelumnya.
"Bukan seperti itu, Verra." Verra menatap Tita, perempuan itu bisa membaca pikirannya?
"Seperti ini." Tita mengulurkan tangannya, lalu ia meminta Verra untuk menyentuh tangannya.Akhirnya, gadis itu menuruti perintahnya. Seketika, lapangan luas yang di penuhi oleh berbagai bunga tulip yang indah dan mekar di sekitanya, ia juga melihat Deta dan Tita sedang berdiri di antara bunga-bunga itu. Rambut mereka tampak tertiup angin, sehingga membuat berterbangan kebelakng.
Lalu Verra melepaskan genggaman tangan itu, ia menatap Tita. "Ayo-ayo mau ke sana?" tanya Tita dengan wajah yang girang.
Verra mengangguk sambil tersenyum. Akhirnya Tita dan Deta bersorak bersama. Lalu, mereka berdua menyentuh tangan Verra. Lalu gadis itu menutup matanya.
Seketika, Verra sudah berada di tempat yang baru aja ia lihat. Verra membuka matanya, menatap gurun bunga itu secara nyata dan terasa.
Hatinya terasa senang, tiba-tiba saja Tita dan Deta berlari dari arah belakang gadis itu, sambil tertawa riang, menelusuri sela-sela bunga itu.
"Tungguin aku!" teriak Verra. Seketika Tita dan Deta menoleh dan menunggu Verra. Mereka tampak mengulas wajah yang bahagia, sayang sekali jika Verra tidak mengulas itu juga.
Mereka bertiga tampak berlari bersama, melewati dan merasakan tekstur bunga tulip yang lembut, sambil tertawa riang. Seketika, Verra melihat sebuah pohon dan kolam yang menarik, gadis itu meminta untuk menuju ke tempat itu.
Mereka bertiga sudah duduk di bawah pohon itu, dengan angin yang terus bertiupan, membuat sensasi dingin dan segar.
"Ini tempat apa?" tanya Verra kepada Tita.
"Ini, rumahku," jawab Tita sambil tersenyum. Verra kembali melihat semua bunga tulip itu, lalu ia tersenyum.
"Se bagus ini?" tanya Verra kembali. Tita hanya mengangguk sambil tersenyum saja."Rumahmu ternyata enak sekali, ya? Tidak seperti rumahku," ungkap Deta. Sontak, Verra dan Tita menatap anak kecil itu, lalu Deta kembali menatap ke arah mereka, dengan senyuman sampul.
👻👻👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
HorrorBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...