Bab 14 : Tumbuh

83 51 0
                                    

Dua hari setelah kejadian itu, Sari dan Lio berada di tempat persidangan. Mereka mengurus perceraian secepat mungkin. Karna Sari sudah tidak sanggup untuk bersama Lio.

Sementara itu, Verra berjalan menuju sekolahnya.  berniat untuk berpamitan bersama teman-temannya. Ai, Nela dan Zizah. Mereka tampak mengulas wajah yang sedih saat melihat Verra tersenyum di hadapan mereka.

"Verra, kamu simpan nomor telfon aku, ya? Biar bisa komunikasi lagi," ucap Nela sambil memberi sebuah kertas robekan kecil yang berisi nomor.

"Kamu hubungi nomor ini juga." Zizah memberi sebuah kertas yang sama tujuannya dengan Nela. Verra hanya tersenyum dan mengangguk saja.

"Ver ... gue tau, lo masih panjang perjalanannya.
Lo harus kuat, apa pun yang terjadi jangan nyerah. Gue percaya, lo pasti bisa. Apa pun. Maksud gue, ga cuma demit aja, manusia juga," kata Ai. Verra hanya terdiam saja, ia memahami perkataan Ai.

"Iya ... okey," jawab Verra sambil mengulas senyuman manis.

"Kalo gitu, aku pamit dulu ya. Kayanya Ibu sama Ayah bentar lagi pulang."

Tak tahan Nela langsung memeluk Verra, di ikuti oleh Zizah dan Ai. Mereka sedikit menangis, karna mereka sudah mengenal Verra cukup jauh.

Tiba-tiba Desi si hantu acak-acakan muncul di belakang mereka bertiga. Verra melihat kemunculan Desi. Gadis itu hanya diam menatap Verra. Terus menatap tanpa tau apa yang ia inginkan.

"Ada apa, Desi?" batin Verra.
"Kamu akan pergi?" tanya gadis itu. Mereka berkomunikasi lewat batin.

"Iya, orang tua aku berpisah, aku mau ikut sama Ibuku."

Verra langsung menatap Desi. Gadis itu merubah wajahnya menjadi 'Desi' yang pernah ia lihat dalam masa lalunya. Desi yang cantik, memiliki mata yang indah, bibirnya mengulas senyuman manis, dan yang paling menarik adalah rambutnya yang rapih.

Akhirnya mereka melepas pelukannya, telihat Nela sudah bergelimang air matanya.

"Hehe, Sorry. Aku ga suka perpisahan," ungkap Nela sambil menghapus air yang terus berjatuhan dari kedua mata gadis itu.

"Gimana kalo kita antar Verra ke rumahnya? Biar kita masih bisa ada waktu sama dia," ucap Zizah.
Mereka tampak menyetujui permintaan Zizah. Verra hanya tersenyum, lalu ia mengangguk.

Sesampainya di rumah Verra, ternyata Sari dan Lio memang sudah berada di rumah itu, mereka mengemasi barang-barangnya. Verra dan Sari berniat untuk pulang ke rumah Nenek saja. Sedangkan Lio tetap berada di rumah itu.

"Kalo gitu, aku masuk dulu ya, kalian jangan lupa belajar yang giat, jangan suka sedih-sedih lagi," ungkap Verra. Mereka bertiga hanya mengangguk sambil tersenyum kicut. Nela masih menahan air matanya yang hampir tumpah, Ai dan Zizah tak kalah terlihat sedih.

"Kalian ga usah khawatir. Aku akan hubungi nomor ini." Verra membuka kertas berisi nomor yang sudah mereka berikan.

"Janji?" tanya Nela sambil menatap Verra penuh harapan.
"Janji."

👻👻👻

5 tahun kemudian

Verra sibuk memainkan ponselnya, ia sedang mengerjakan beberapa soal yang sudah gurunya kirimkan. Verra sudah menginjak kelas 3 SMP. Gadis itu mempersiapkan ujian kelulusannya.

"Verra! Jangan lupa makan!" teriak Sari. Karna tidak ada jawaban dari Verra, Sari memutuskan untuk menghampiri kamar sang anak.

"Hmm." Verra masih sibuk memperhatikan ponselnya. Tanpa melihat sang Ibu berdiri sedari tadi di depan pintu kamarnya.

"Verra, jangan lupa makan," ucap Sari yang kedua kalinya. Verra hanya mengangguk saja tanpa melihat sang ibu. Sari merasa jengkel dengan anaknya. Semenjak ia memberi Verra ponsel, anak itu selalu memfokuskan pandanganya ke arah ponsel itu.

Story of Indigo [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang