Verra terlibat khasus pembullyan, Selly, Gifa dan Cerri di larikan ke dalam rumah sakit kembali. Verra menjelaskan kepada beberapa guru yang mengintrogasinya, bahwa mereka melakukan itu karna ingin balas dendam atas kasus Marsel.
"Kasus ini, sangat rumit, ya?" ucap Bu Desty.
Seketika, beberapa guru tampak memikirkan cerita yang Verra lontarkan. Di sisi lain, teman-teman Marsel terbawa emosi oleh Verra, di sisi lain Verra merasa tidak melakukan apa-apa.
Untuk membuktikan kebenaranya, penjaga sekolah tampak melihat berbagai CCTV di sekolah mereka, pada hari pertama saat Marsel menarik Verra ke dalam lorong jalan untuk ke dalam asrama putra itu.
"Tunggu, untuk apa Marsel menarik kamu ke dalam sana?" tanya Pak Zasi. Penjaga sekolah Verra.
"Marsel ingin bertemu dengan Reyhan, di asrama putra," ungkap Verra. Mau tak mau, ia membocorkan rahasia Marsel.
"Untuk apa?" tanya Pak Zasi kembali.
"Marsel dan Reyhan adalah sepasang kekasih, Pak." Zasi hanya mengangguk saja, lalu ia melihat CCTV saat beberapa orang berlari kepada asal suara teriakan Marsel.Seketika, Verra juga ikut melihat kejadian yang sesungguhnya, ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, saat melihat tubuhnya di gendong oleh beberapa orang, dan ... sesosok perempuan jelek mengikutinya di belakang.
"Ini kejadian saat Marsel," ucap Zasi secara tiba-tiba, membuat Verra tersentak kaget.
"Lalu, kita lihat CCTV hari ini, di belakang kantin." Zasi menekan CCTV hari ini, memperlihatkan Verra yang sedang di tarik oleh Gifa dan Cerri, serta terlihat Selly yang tengah bersenandung ria.Verra melihat di belakang dirinya Gifa, dan Cerri Perempuan jelek itu kembali mengikutinya. Perempuan itu memiliki tangan yang kecil dan sepertinya bernanah, rambutnya panjang dan berantakan, berjalan dengan mengosotkan kakinya.
Seketika, Selly dan temannya melakukan aksinya, Zesi memanggil sebagian guru untuk melihat aksi pembullyan yang di lakukan Selly kepada Verra. Tetapi, tiba-tiba saja, Verra melawan.
"Nah gitu dong! Lawan!" teriak sala satu guru di sana, seketika beberapa guru tampak menatap Pak Endi. Pak Endi hanya tertawa cengengesan. Lalu mereka melihat kembali aksinya.
Verra berlari menyelamatkan diri, tetapi Gifa dan Cerri juga mengejarnya. Tiba-tiba di dalam CCTV itu terlihat bayangan putih yang menyerang Gifa dan Cerri. Semua guru sepertinya melihat bayangan putih itu, tetapi Verra melihat sosok Perempuan jelek.
"Astagfirullah.." Pak Endi kembali bersuara. Seketika beberapa guru itu menatap Pak Endi kembali.
"Itu hantu, Pak," ucap Pak Endi. Seluruh guru di sana beribut melihat CCTV, Verra hanya terdiam saja, tatapannya merasakan ketakutan yang luar biasa. Ia merasa, pernah melihat Perempuan jelek itu."Baiklah, Verra. Silahkan kembali ke dalam kelasmu." Verra beranjak dari ruangan itu, lalu ia berjalan menuju kelasnya.
👻👻👻
"Apa jangan-jangan, sosok ini penjaga Verra?" ungkap sala satu guru yang masih melihat cuplikan ganjal dari CCTV dan kejadian itu.
"Bisa saja, atau ... yang melawan Marsel itu, penjaga Verra? Bukan Verra?" ujar sala satu guru di sana kembali.
"Nah! Kamu satu pikiran sama aku," jawab Bu Desty.
Guru-guru di sana, tampak terdiam dengan pikirannya masing-masing. Bu Desty kembali melihat sosok putih itu, lalu ia memikirkan untuk memecahkan kasus ini.
Verra berjalan menuju kelasnya, dengan sambutan yang penuh pertanyaan dari Kela, Dita dan Desi. Mereka bertiga melontarkan pertanyaan yang begitu banyak, serta Aundi ikut menghampiri Verra. Verra tampaknya menceritakan semuanya.
Selly, Gifa dan Cerri tidak hadir di dalam ulangan selanjutnya, mereka bertiga di bawa ke puskesmas untuk di obati luka darahnya.
Verra berusaha memfokuskan pikirannya untuk tidak memikirkan perempuan itu, pejaran Matematika sedang ia kerjakan, Verra berusaha keras untuk menjawab semuanya.
Setelah hampir 2 jam mengerjakannya, akhirnya pejaran itu selesai. Verra bersiap-siap untuk pulang langsung ke rumahnya, guru-guru pun meminta murid-muridnya untuk langsung pulang ke rumah.
"Verra, kita duluan, ya! Kamu hati-hati," pamit Kela dan kedua temannya. Mereka pergi sambil melambaikan tangannya.
"Bareng, yuk? Ke depan gerbangnya," pinta Aundi kepada Verra. Verra menatap Aundi, lalu ia mengangguk sambil tersenyum.
Sepanjang perjalanan, Verra dan Aundi tampak bercanda ria, mereka merasa hubungannya dekat hari ini, Aundi gadis yang baik dan perhatian, ia tak mudah berpihak kepada siapa pun.
Selama perjalanan, Verra tengah tertawa dengan cerita yang Aundi lontarkan, tak sengaja, Verra melihat dari depan sana, perempuan memakai baju putih yang bersih, dengan rambut yang panjang hanya sepinggang, tengah melambai riang kepada dirinya.
Verra terdiam melihat perempuan itu, perempuan itu terus melambai tangannya sambil terdiam. Verra melirik ke arah belakang dirinya, ia berharap perempuan itu melambai kepada orang yang berada di belakangnya. Nihil, tidak ada siapa-siapa di belakang.
Artinya, perempuan itu melambai ke arahnya.
"Hai-hai," sapa perempuan itu. Suaranya lembut dan nyaring. Verra merasakan kebingungan yang luar biasa, perempuan itu hantu atau manusia, pikirnya.
"Verra! Aku duluan, ya. Udah di jemput ibuku," pamit Aundi. Aundi melambai tangannya, lalu berlari menghampiri Ibunya.
Verra terus berjalan menghampiri angkutan umum di sana, lalu ia menaiki angkutan umum itu. Tanpa di sadari, Tita merubah raut wajahnya menjadi cemberut.
"Masa kamu tidak lihat aku, Verra?" ungkap Tita, lalu kuntilanak itu menghilang, menghampiri rumah Verra.
Saat sudah sampai di rumah Verra, Tita bertemu Kai. Kai mengangguk sambil mempersilahkan Tita masuk ke dalam rumah Verra.
"Silahkan, Tita. Tolong jadi teman untuk Verra," ungkap Kai. "Aku akan pergi dalam waktu 1 minggu," lanjutnya. Tita hanya mengangguk saja, lalu ia tersenyum.
Tita juga bertemu dengan Deta, anak kecil itu tersenyum kepada Tita. Tita membalas senyuman itu, lalu mereka mendekati diri kembali.
Sedangkan Verra masih berada di perjalanan, beberapa belokan lagi, rumah Nenek sudah sampai.
Verra menuruni angkutan umum itu, lalu ia berjalan menuju rumahnya, membuka gerbangnya, lalu berjalan masuk.
"Assalamualaikum," sapa Verra sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam," jawab Sari. "Udah pulang anak Ibu, istirahat gih, ibu tau kamu pasti capek." Verra hanya mengangguk saja, lalu ia memasuki kamarnya. Di sana, udah ada Deta dan Tita bermain puzzel milik Verra yang belum sempat jadi, mereka tampak asyik merangkainya.
Verra hanya terdiam menatap keduanya, dengan perasaan yang kosong dan hampa.
"Hai, aku Tita," sapa Tita sambil melambaikan tangannya kembali.
"Tita?"
👻👻👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Indigo [ TERBIT ]
HorrorBeberapa Bab sudah di hapus, demi kenyamanan Penulis. "Kok aku rasain hal yang beda dari biasanya ya?" -Verannisa Zitta. "Apa mata batinku terbuka lagi?" Verrannisa Zitta, akrab di sapa Verra. Gadis itu mempunyai kelebihan, dapat melihat yang seri...