Bab 4 | Arshaka: Tentang Shaka

537 155 246
                                    

Vote? Komen? Krisar?

Boleh banget dong

Happy Reading❤️

🍁🍁🍁


Hari ini aku sengaja pulang lebih awal. Sebenarnya mau pulang jam berapapun tak masalah karena aku bosnya. Tapi aku tak terbiasa melakukannya. Toko ini sudah seperti rumah keduaku.

Aku mengelola bisnis ini hampir tiga tahun semenjak lulus kuliah. Dulu kuingat toko ini hanya menjual peralatan rumah tangga dan elektronik sekadarnya. Lalu pelan-pelan aku mulai mengembangkan toko ini dengan menyediakan mesin kuliner untuk industri kecil, cafe, restoran, hotel dan peralatan rumah tangga modern untuk kantor dan rumah tentu saja.

Syukurlah usahaku membuahkan hasil. Toko mulai ramai. Banyak pesanan berdatangan baik secara langsung maupun online karena aku juga menjual lewat situs web. Pelanggannya mulai dari pemula yang baru memulai bisnis kuliner kekinian hingga pebisnis ternama yang sedang membuka cabang dan membutuhkan mesin dan peralatan.

Aku tak menyesal melepaskan impianku untuk bekerja di perusahaan multinasional demi meneruskan usaha almarhum Ayah. Karena hasil dari toko ini lebih dari cukup untuk menghidupiku, Amma, dan Askara dengan sangat layak. Amma pun tak perlu bekerja keras lagi dengan menerima pesanan catering setiap minggu. Sekarang Amma hanya menerima pesanan dalam jumlah kecil. Meski aku sudah memintanya berhenti bekerja, tapi Amma menolak karena beliau suka memasak.

🍁🍁🍁

Aku menjemput Amma di rumah. Beliau sudah menunggu di depan sehingga kami langsung berangkat. Tak biasanya Amma memintaku menemaninya ke Mall. Biasanya Nala yang melakukannya.

"Yang ini bagus kan, Bang?" kata Amma menunjukkan gelang emas dengan inisial R kepadaku. R untuk Renala. Ah iya! Besok Nala ulang tahun.

Aku mengangguk. Renala menyukai semua yang Amma berikan untuknya.

"Kamu nggak beliin Nala kado, Bang?" tanya Amma, "sekalian aja mumpung disini. Nala pasti seneng Abangnya kasih hadiah."

"Tiap tahun Abang juga kasih, Ma!" ingatku pada Amma. Amma tertawa kecil.

Meski begitu aku tetap berkeliling Mall, mencari hadiah yang cocok untuk bocil aneh itu. Mengingat tingkah polosnya membuatku tertawa. Bocil yang bercita-cita menjadi istri Shaka. Kenapa harus aku yang jadi cinta monyet gadis itu, sih? Kan aku jadi gemas.

Pilihanku jatuh pada sneakers warna beige yang manis tapi tetap terlihat nyaman untuk bocil banyak polah itu. Kuambil size 37, aku hafal kalau hanya size sepatunya, lalu kuminta sekalian dibungkus.

Lalu kami ke market, belanja bahan masakan untuk besok. Seperti biasa Amma akan membuat tumpeng untuk anak gadisnya. Kadang aku merasa Amma lebih sayang Nala ketimbang aku dan Aska.

🍁🍁🍁

"Lo mau kado apa?" aku bertanya pada Nala keesokan paginya ketika sarapan. Padahal aku sudah menyiapkan kadonya, nanti malam saja kuberikan.

Nala terlihat berpikir sebentar. Menoleh ke arah Amma lalu menatapku jahil. Perasaanku tak enak.

"Kiss boleh? Aku udah 17 tahun loh!" Aku tersedak. Benar 'kan dia gila? Melihat matanya yang berbinar ketika meminta, kurasa bocah itu serius.

Hei, Bocil! Aku ini normal. Kalau aku khilaf bisa digoreng Amma nantinya.

Untungnya ada Aska yang waras, melempar gadis itu dengan kerupuk bawang lalu tepat mengenai keningnya sehingga butir-butir nasi kuning ikut beterbangan. Aku tak tahan untuk mengambil butiran nasi itu di pipi gembul Nala. Bisa kurasakan dia membeku, pipinya bersemu. Astaga! Harusnya aku menahan diri saja.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang