Nggak nyangka udah bab 30 gaess
Terimakasih buat kalian yang setia sama cerita ini!
Love banyak-banyak
Tanpa kalian, mana ada semangat buat update!
Langsung aja yuk!
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
"Maka dari itu gue minta lo menjauh, Dif. Kita nggak setara. Baik dulu maupun sekarang."
Difa tertawa miris. "Lo bilang kita nggak setara, sementara cewek lo sekarang anak dari CEO Akasia. Jangan munafik, Ga."
Aku terhenyak. Darimana Difa tahu siapa Ayah Nala? Meski begitu, perkataan Difa berhasil menyentil egoku. Pak Danuar, Ayah Nala juga termasuk pengusaha yang berpengaruh. Meski begitu Akasia Group belum sebesar perusahaan milik Ayah Difa.
Jika Akasia Group hanya mengembangkan bisnis di ranah pendidikan, Global Media milik Ayah Difa menguasai bisnis penyiaran dan telekomunikasi di tanah air. Tak hanya itu, Ayah Difa juga mengembangkan karir politiknya. Beliau kini menjabat sebagai anggota dewan di bawah naungan partai yang didirikannya sendiri.
Dan tentang Ayah Nala, aku juga mendengar beliau tengah meniti karir politiknya. Namun aku tak pernah mencoba mencari tahu lebih banyak. Apakah lagi-lagi aku menyukai gadis yang di luar jangkauanku?
"Gue tahu Nala sebanyak lo kenal dia, Ga. Jadi jangan terkejut. Bahkan keluarga ayahnya pun gue tahu."
"Apa maksud lo mengatakan itu? Lo mau apa sama Nala?" hardikku.
"Apa gue ada bilang mau ngelakuin sesuatu ke Nala, Ga?" tanya Difa dengan senyum kecut.
Kemudian dia berdiri. "Gue pamit. Amma masih di dapur kan?"
Kubiarkan Difa ke dalam menemui Amma, sementara pikiranku berkecamuk memikirkan maksud perkataannya. Mulai dari bagaimana dia bisa tahu latar belakang Nala yang hanya segelintir orang yang tahu, hingga apa yang akan dia lakukan setelah ini?
Tak lama Difa kembali dengan Amma disampingnya. "Gue pamit ya, Ga," ucapnya lagi.
Amma memberi isyarat dengan matanya agar aku ikut mengantar Difa hingga keluar rumah. Aku berdiri, lalu berjalan mengikuti dua wanita itu. Melihat interaksi lembut mereka, aku jadi berpikir. Difa yang kukenal tak mungkin melakukan sesuatu yang melukai orang lain.
🍁🍁🍁
"Kamu bilang apa ke Difa, Bang? Kenapa dia kelihatan sedih?"
Baru saja aku mau naik ke kamarku, Amma menodongku dengan pertanyaannya. Aku menengadah. Kuhembuskan nafas panjang, lalu kuhampiri Amma yang tengah bersidekap.
"Sambil duduk, Ma," ujarku, menggiring Amma duduk di sofa ruang tengah. Meski lelah, aku tak ingin bersikap kasar ke Amma. Apa yang Difa katakan pada beliau sebelum pulang tadi?
"Difa ngomong apa aja, Ma?" tanyaku pelan.
"Amma yang lebih dulu bertanya ke Abang," desah Amma. "Difa bilang ingin mundur," lanjutnya sedih.
"Itu bagus," sahutku.
"Bagus?" Amma mendelik menatapku. "Apa yang kamu bilang sampai Difa mengatakan itu? Berkali-kali Amma bilang bersikap baiklah ke Difa, Bang. Dia masih sayang sama Abang. Bahkan dia memilih kembali kesini demi memperbaiki hubungannya dengan Abang. Dia rela mundur dari jabatan di perusahaan keluarganya terus mengelola kafe kecil seperti sekarang agar terlihat setara dengan keluarga kita," jelas beliau panjang lebar. Sejauh inikah Difa mendekati Amma?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Fanfiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...