Yuhhuu update lagi nih!!!
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
Waktu terasa cepat berjalan jika kita menikmatinya. Gimana nggak dinikmati sih? Jika setiap harinya hatiku terasa penuh karena disayangi Kak Shaka. Aku tak pernah menghitung hari lagi sejak kami resmi jadi pasangan, karena aku menikmati setiap detiknya.
Kak Shaka masih memanggilku bocil, yang baru kusadari ternyata lebih manis ketimbang panggilan sayang lainnya. Pernah aku protes tentang panggilan itu. Kak Shaka mencoba memanggilku Sayang (Jujur aku merinding), kemudian Honey (Astaga kukira ani-ani!), Cutie Pie (Ya Tuhan ini apalagi?), dan akhirnya aku menyerah. "Bocil aja udah, Kak!" Kak Shaka tertawa keras sekali.
Aku juga pernah protes karena Kak Shaka masih lo-gue terhadapku. Dan ketika Kak Shaka mencoba aku-kamu, kami berdua bertukar pandang geli. Kami juga menyerah mengenai hal itu.
Kadang-kadang aku juga keceplosan lo-gue terhadapnya. Dan reaksi Kak Shaka selalu menyebalkan.
"Gue delapan tahun di atas lo ya, Cil. Sopankah begitu?"
Tak lupa jewerannya di telingaku. Menyebalkan bukan?
Kami juga masih menyembunyikan hubungan ini dari Amma. Entah sampai kapan. Mungkin ketika aku sudah lulus nanti, atau ketika usiaku menginjak dua puluhan. Kini aku hanya harus menunggu waktu itu, dan menahan diri ketika Amma tak henti menjodohkan Kak Shaka dengan mantannya.
Baiklah aku harus sabar. Ini sudah tahun terakhirku di SMA Akasia. Kurasa tahun ini akan lebih menyenangkan, karena Daisy sialan itu sudah lulus dari sini.
Ngomong-ngomong tentang Daisy, aku tak datang pada makan malam keluarga untuk merayakan kelulusan dia tempo hari. Aku masih ingat kejadian makan malam terakhir saat Jovandra brengsek melecehkanku di mobil. Lebih baik aku menghindar dari pertemuan kan?
Pak Tua awalnya kecewa karena aku tak datang. Tapi setelah aku berjanji akan menemani beliau makan siang sebagai gantinya, beliau mengerti. Aku belum menceritakan tentang kelakuan Jovandra pada Pak Tua. Sederhana saja, aku tak ingin memperpanjang masalah. Lagipula belum tentu juga Pak Tua itu percaya.
Aku pernah membaca tweet tentang orang-orang yang canggung ketika hanya berdua dengan ayah sendiri. Dan aku mengalaminya sekarang.
Siang ini kami berada di restoran jawa-sunda milik Tante Yunita. Pak Tua tentu meminta ruang privat untuk kami. Sudah pernah kukatakan keberadaanku seperti disembunyikan bukan? Aku tak masalah dengan ini.
"Makasih ya, Nala sudah mau makan siang sama Ayah," ujar Pak Tua lembut. Pembuka percakapan macam apa ini? Jelas sekali bukan hanya aku yang merasa canggung.
Di hadapanku sudah tersedia berbagai macam makanan. Nila bakar, cah kangkung, cumi asam manis, semuanya menggugah selera. Aku tak sabar untuk menyantapnya.
"Nala baru tahu Tante Yunita punya resto seenak ini," komentarku. Sadar aku yang mengajak bicara, kutatap Pak Tua yang tampak terkejut. Tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah.
"Maaf Ayah baru mengajak Nala kesini," ucapnya sedih. Aku merasa canggung kembali.
"Nggak perlu minta maaf. Nala nggak bermaksud apa-apa kok," ucapku cepat. Aku lanjut makan lagi. Lebih cepat aku menghabiskan ini tentu lebih baik. Aku bisa segera pergi dari sini.
"Nala mau kuliah dimana tahun depan?" tanya Pak Tua.
Aku berpikir sebentar, lalu kugelengkan kepalaku pelan. Jujur aku belum benar-benar memikirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Fanfiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...