Selamat datang di akhir cerita
Kali ini POV nya author, okay?
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
Pukul sebelas, masih terlalu dini menerima pelanggan. Gadis itu duduk bertopang dagu di depan meja kasir. Pandangannya menerawang jauh, mengenang bagaimana dia bisa sampai disini sekarang.
Kota kecil tempatnya tinggal empat tahun terakhir begitu tenteram. Dia nyaman disini. Menenangkan. Membantunya melepaskan duka dan menerima takdir yang digariskan. Meski demi ketenangan batin itu dia harus bersikap egois, meninggalkan orang-orang tersayang, termasuk cinta pertamanya.
Lonceng berbunyi, tanda pintu dibuka dari luar membuyarkan lamunan gadis itu.
"Selamat datang!" Adalah kalimat pertama yang selalu dia ucapkan saat pelanggan datang.
Remaja laki-laki berseragam SMA yang adalah pelanggan tetapnya itu berjalan menghampiri meja kasir seraya tersenyum. Lesung pipinya tercetak jelas. Kanan dan kiri. Manis.
"Kayak biasanya aja, Kak," pesannya.
Renala, gadis itu mengangguk mencatat jus semangka pada nota.
"Mau cemilan nggak? Mbak Yani lagi nyoba bikin churros tuh di belakang. Gratis. Tapi jangan bilang-bilang ya?" ujar Renala merendahkan suara pada kalimat terakhir.
Pelajar ber-name tag Alan Raharja itu membulatkan matanya. "Mau, Kak!" jawabnya cepat. Wajahnya berbinar ceria. Renala tersenyum gemas dibuatnya.
"Okay. Duduknya tempat biasa, kan? Nanti Kakak antar," tutup Renala, sedikit geli menyebut dirinya Kakak. Alan mengangguk lantas menaiki tangga menuju lantai dua.
Cafe Library milik Renala ini memiliki dua lantai. Lantai dasar untuk dapur, kasir, dan kamar untuknya beristirahat. Sementara lantai di atasnya untuk pelanggan, termasuk di dalamnya ada perpustakaan yang memiliki koleksi buku lumayan lengkap.
Ide membuka kafe ini datangnya dari Tante Yunita yang menganggap meskipun konsep ini bukan hal baru tapi akan menguntungkan, karena letaknya yang berada di kawasan sekolah. Maka dari itu kebanyakan pelanggannya adalah pelajar, yang ke kafe untuk sekedar nongkrong dan baca-baca, atau mengerjakan tugas sekolah.
Renala beranjak ke dapur yang berada persis di belakang kasir. Mbak Yani sedang sibuk menggoreng adonan churros. Renala mendekat, mengambil satu batang churros di atas nampan beralaskan tisu.
"Enak, Mbak," pujinya usai menelan satu gigitan. "Minta seporsi buat Alan, ya?" lanjutnya.
Mbak Yani mendelik. "Kamu gratisin lagi ya?"
Renala nyengir. "Mukanya gemes, Mbak. Naluri keibuanku tersentuh."
Sontak Mbak Yani memukul lengan gadis itu. Naluri keibuan katanya? Ada-ada saja bos kecilnya ini.
"Aku bikinin minumnya dulu, Mbak."
"Jus semangka?" tebak Mbak Yani.
Renala mengangguk. Lantas dia mengambil potongan buah semangka di chiller. Baru akan memasukkan potongan buah itu ke dalam juicer, lonceng berbunyi. Ada pelanggan lagi. Renala bergegas keluar dapur.
"Selamat da-" Ucapan salam gadis itu terpotong karena pekikan kecil keluar tanpa sengaja dari bibirnya. Matanya membelalak. Telapak tangan menutup mulutnya yang terbuka. Sangat jelas gadis itu terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Seorang pria dengan tatapan hangatnya berdiri tegap di sana. Senyum pria itu masih sama manisnya, meski tak gadis itu lihat selama empat tahun.
"Ren..." Bahkan suara pria itu masih sama merdunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Fanfiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...