Bab 43 | Arshaka: Amarah

274 53 167
                                    

Double up mau nggak?

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

Aku terus memandang punggung Nala ketika dia berjalan memasuki gedung sekolah. Hari ini pertama kali dia kembali masuk setelah dua minggu. Jujur aku sedikit khawatir tentang bagaimana teman-temannya akan bersikap pada Nala. Melihat keraguan gadis itu ketika turun tadi, pasti hal buruk terjadi ketika dia terakhir masuk. Yaitu saat artikel tentang almarhum ayahnya mencuat.

Kesibukan di toko mengalihkan pikiranku dari gadis itu. Aku lebih banyak terjun langsung melayani customer hingga waktu tak terasa lama.

Nala juga tak menghubungiku jadi kupikir hari ini berjalan baik-baik saja. Namun aku salah, ternyata sesuatu terjadi menimpa gadis itu. Dan aku baru mengetahuinya saat ini, ketika menjemput Nala di sekolahnya.

Aku masih berdiam dalam mobil menunggu, ketika Caca dan Gion mengetuk kaca mobil yang berwarna gelap. Mereka menunduk setelah kuturunkan kaca mobil tepat di sampingku.

"Nala udah ijin pulang duluan Kak, abis istirahat kedua," beritahu Caca.

Aku terkejut. "Loh kenapa? Dia sakit? Apa ada masalah?" Caca dan Gion bertukar pandang. Lantas aku turun, pasti ada sesuatu yang tak beres.

"Ada masalah kan?" tanyaku lagi.

Mengangguk, Gion akhirnya bercerita tentang kejadian tadi pagi di kantin. Tentang Regina yang menghina Nala, juga tentang anak laki-laki bernama Andra yang melecehkan gadis itu dengan merobek seragamnya.

Aku menggeram marah. Gila sekali Andra itu! Apa dia tak punya seorang ibu atau wanita yang dia sayangi? Bisa-bisanya mempermalukan seorang gadis di depan umum. Kasihan sekali Nala, pasti dia tidak baik-baik saja. Mengapa gadis itu harus mengalami hal ini pada hari pertamanya kembali bersekolah?

"Tapi udah beres kok, Kak! Aska udah ngasih pelajaran ke cowok brengsek itu. Mampus dia babak belur!" lapor Caca.

Aska? Jadi dia tahu? Seharusnya dia langsung memberitahuku.

"Bang?" Pas sekali Aska datang, bahkan tak kudengar deru motornya ketika dia mendekat saking kalutnya pikiranku.

"Kenapa lo nggak ngabarin gue soal Nala?" tuntutku. Gion dan Caca terkejut dengan nada suaraku. Namun Aska masih tenang, dia hanya mengedikkan bahu.

"Nala nggak hubungin lo?" tanya dia balik.

Aku mengenal Nala dengan baik. "Menurut lo? Dia nggak akan bilang karena tahu gue pasti khawatir."

"Alasan yang sama kenapa gue nggak ngabarin lo, Bang. Selama di sekolah, biar gue yang jagain dia," jawabnya.

Aku menghela napas kasar. "Nala ijin pulang apa lo tahu, Ka?"

"Hah?! Nala pulang?" Aska terlihat sama terkejutnya. Dia melempar pandang bertanya pada Caca dan Gion.

"Gue kira lo udah tahu, Ka," jawab Caca lemah.

"Ini yang lo bilang jagain dia, hah?" hardikku panas. Sontak Aska melotot. Apa aku terlalu kasar? Entahlah, aku sangat khawatir sekarang.

Untungnya Aska tak balas membentak. "Ayo kita cari aja, Bang."

Aku lantas menghubungi Nala, namun hingga dering terakhir tak ada jawaban. Sepertinya Aska juga melakukan hal yang sama.

"Lo cek Nala di rumahnya dulu, Ka. Biar gue yang nyari dia di luar," putusku kemudian.

🍁🍁🍁

Kulajukan mobil di jalan yang padat. Sambil terus menghubungi Nala, aku mencoba berkeliling mencari keberadaan gadis itu. Ini pertama kalinya dia pergi tanpa pamit, dan itu saat kondisi psikisnya sedang tidak stabil. Meski dia berusaha nampak baik-baik saja, tak ada yang benar-benar tahu bagaimana perasaannya.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang