Bab 21 | Arshaka: Bimbang

318 78 183
                                    

Cung yang masih setia sama cerita ini ☝️

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

"Bang, kok nggak bilang kalau Difa udah balik kesini?" sambut Amma saat aku menginjakkan kaki di rumah sepulang kerja.

Aku terkejut. Darimana Amma tahu? Pertanyaanku langsung terjawab ketika kulihat Difa tengah sibuk di dapur menyiapkan makan malam.

"Baru pulang Ga?" basa-basinya.

"Lo ngapain disini?" tanyaku. Dia tak ada menghubungiku setelah pertemuan tak sengaja kemarin dan tiba-tiba saja disini sekarang.

"Gue kangen Amma. Makanya gue main. Boleh kan?"

Aku mengangguk karena tak punya hak untuk melarang. Kemudian aku naik tangga menuju kamar. Sayup-sayup kudengar suara Nala ketika melewati kamar Aska. Pasti mereka sedang belajar untuk ujian semester pekan depan.

Ketika aku turun ke ruang makan, kulihat semua orang sudah berkumpul.

"Sini, Ga. Gue masak ayam rendang favorit lo, nih!" seru Difa. Tak kusangka dia masih mengingat makanan kesukaanku.

Aku duduk di sampingnya. Bahkan Difa mengambilkan nasi untukku, seperti dulu saat dia sering kesini. Dulu aku menyukai kebiasaannya itu. Sekarang aku merasa tak nyaman. Tapi Amma membiarkannya.

Aku melihat Nala yang duduk di depanku. Dia hanya menunduk dan mengaduk-aduk makanannya seperti tak berselera, berbanding terbalik dengan Aska di samping dia yang makan dengan lahap.

"Cil, lo kenapa?" Nala mendongak. Matanya merah.

"Capek Kak," jawabnya singkat.

"Kamu pasti ngajarin Nala terlalu keras Ka," tegur Amma pada Aska. "Lihat Nala sampai kecapekan begitu."

"Nggak kok Ma," bela Nala. Tumben sekali.

Aska juga tak berkomentar. Dia hanya mengerling santai ke arah Nala, lalu menepuk kepala gadis itu satu kali. "Makan," ujarnya.

Makan malam kali ini terlihat hanya Difa dan Amma yang menikmatinya. Aku lupa betapa sukanya Amma kepada mantanku ini. Seru sekali mereka mengobrol. Aku hanya sesekali ikut bicara. Aska fokus dengan piringnya. Sementara Nala, dia terlihat susah payah menelan makanannya.

Jika saja tak ada Difa yang menyita perhatian Amma, sudah pasti Nala akan kena tegur karena tidak makan dengan benar.

Aku sepertinya paham, Nala tak nyaman dengan situasi ini. Kembalinya Difa saat aku dan dia makin dekat tentu membuatnya tidak senang.

Selesai makan Amma dan Difa yang membereskan semuanya. Difa melarang Nala membantu karena gadis itu terlihat lelah.

Nala kemudian bangkit setelah mengatakan akan mengambil ranselnya di kamar Aska. Aku mengikutinya.

"Aku nggak papa, Kak! Cuma capek belajar aja," katanya di lorong.

Aku mengeluarkan cokelat dari kantongku yang sengaja kubeli saat pulang tadi. Kuberikan padanya.

Nala menerimanya. Dia tersenyum, tapi tak seceria biasanya. "Makasih, Kak."

Kuusap kepala gadis itu. "Fokus belajar ya. Gue bakal kasih cokelat tiap hari sampai ujiannya beres," janjiku. Nala mengangguk dengan polosnya.

🍁🍁🍁

"Bang antar Difa pulang ya," pinta Amma. Aku dan Nala baru saja turun. Tampak Difa sedang bersiap pulang.

"Nggak usah, Ma. Arga pasti capek. Aku bisa naik taksi kok," tolak Difa halus.

Kulirik Nala disampingku. Dia tampak tak senang. Tapi aku tak bisa menolak Amma. Kedatangan Difa membuat Amma senang. Mau tak mau aku juga ikut senang melihat Amma bahagia.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang