Bab 12 | Renala: KECUPAN

779 121 285
                                    

⚠️ Awas Diabetes

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

Kalau ada yang bertanya kapan hari terbahagiaku tahun ini, dengan percaya diri kujawab hari ini. Aku benar-benar tak menyangka, dua malam lalu Kak Shaka terlihat begitu marah. Dan hari ini, kenapa dia jadi semanis ini?

Usapan lembut jarinya pada sudut bibirku ketika kami di kedai es krim tadi membuat jantungku berdegup kencang sekali. Aku membayangkan bagaimana jika bibir Kak Shaka yang menggantikan jarinya. Huaaaaa!!! Kurasa aku bisa menggila.

Belum lagi sikap gentlemannya ketika di keramaian. Tangan besarnya menggenggam tanganku. Kenapa jadi seperti mau nyebrang jalan sih? Maka dari itu segera kulepas, kurasa lebih benar jika aku yang menggandeng lengannya. Begitu yang kulihat di drama-drama. Bukankah kami terlihat seperti pasangan?

Dan Kak Shaka benar-benar menuruti semua kemauanku yang suka jajan. Kuharap rejekinya mengalir deras sampai kami berkeluarga nanti. Ups!

Aku menghambur masuk ke rumah Kak Shaka dengan menenteng jajanan yang kami beli. Amma sedang menonton TV dan di sofa lainnya Aska duduk, sedang serius dengan ponselnya.

"Assalamualaikum Amma, Aska....," seruku manis. Kak Shaka mengekor di belakangku.

"Waalaikumsalam," jawab Amma tersenyum.

Aska mendongak. "Bawa apaan lu, Cil?" Lantas dia mendekat ketika kuletakkan semua jajanan di meja.

"Wah bisa bangkrut lo, Bang! Si Nala jajannya kayak orang mau syukuran," komentarnya.

"Bawel," sungutku seraya menyodorkan cireng isi ke mulutnya. Dia mangap juga. Tapi tak lama setelah itu umpatan keluar.

"Haaahhh sialan lo, Ren! Pedes kampret!"

Aku terbahak. Sengaja kuberi Aska cireng isi ayam suwir ekstra pedas.

"Ka, tinggal ambil minum kan bisa," komentar Amma kalem. Beliau tengah menikmati martabak telur favoritnya.

Kak Shaka menggeleng-gelengkan kepala. "Iseng banget sih, Cil!" ujarnya sambil mengacak-acak rambutku.

Astaga Kak Shaka! Pipiku panas. Satu sentuhan lagi aku minta dinikahin sekarang juga.

🍁🍁🍁

Kak Shaka kupaksa mengantarku pulang. Padahal rumahku tinggal menyeberang jalan saja.

"Manja banget, Bocah!" ledek Aska yang sama sekali tak kugubris.

Kami sampai di depan rumahku. Rasanya aku belum ingin mengakhiri kebersamaan ini.

"Makasih buat hari ini, Kak."

Kak Shaka mengangguk. Senyum tak lepas dari wajah tampannya. Kalau kukecup pipinya, dia marah nggak ya?

"Masih ada lain kali kan, Kak?" tanyaku berharap.

"Masih ada lain kali kan, Kak?" tanyaku berharap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang