Bab 42 | Tante Ira

221 46 135
                                    

Maaf lama 🙏🙏

Chapter ini agak panjang ya

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

Semua orang seakan terpaku di tempat. Melihat Aska yang terkenal kalem menghajar Andra dengan brutal. Gion yang pertama menguasai diri, dengan sekuat tenaga menjauhkan Aska dari Andra yang sudah babak belur.

Namun Gion tak cukup kuat menghentikan Aska yang tengah beringas. Hingga akhirnya Bara, Choki, dan Doni yang selalu bersama Aska dimanapun ikut membantu.

"Sadar, Bego! Bisa mati anak orang!" seru Choki. Mereka berempat akhirnya bisa menarik Aska dari tubuh Andra.

Andra terlihat sangat kesakitan. Mulut dan hidungnya berdarah. Meski begitu dia masih bisa duduk dibantu Regina, yang menatap Aska takut-takut.

Wajah Aska merah padam. Matanya masih menatap buas pada Andra. Kedua tangan yang terkulai di sisi tubuhnya masih mengepal kuat. Kemudian dia menatapku yang berurai air mata, bersembunyi di belakang tubuh Caca. Pandangannya melunak.

Aska melepas seragam yang dia pakai, menyisakan kaos putih polos. Dia berikan kemejanya padaku. Aku tak mampu berkata-kata.

Tepat saat itu Pak Ilham guru BK kami datang membelah kerumunan. Melihat kekacauan ini, beliau menghela napas panjang.

"Ikut saya ke kantor," titahnya pada kami yang terlibat.

🍁🍁🍁

Alexa memapah Andra ke ruang kesehatan. Sementara Regina ke ruang BK bersama aku, Aska, Gion, dan Caca.

Pak Ilham memandang kami yang duduk melingkar. Mata tuanya memperhatikan kami satu persatu.

"Ada yang bisa menjelaskan?"

"Renala duluan menampar saya, Pak!" adu Regina. Aku melirik ke arahnya yang menatapku tajam. Baiklah, aku memang yang lebih dulu main fisik. Salah siapa punya mulut tak dijaga?

"Apa benar itu, Renala?" tanya Pak Ilham menyelidik. Aku meremas kuat seragam Aska yang sudah kupakai.

"Regina dan teman-temannya yang nyamperin Renala dan memprovokasi dia, Pak!" sela Gion karena aku tak kunjung menjawab.

"Dan Andra mempermalukan Renala dengan merusak seragam dia," lanjut Caca.

"Tapi Aska mukulin Andra sampai babak belur, Pak!" seru Regina tak terima.

Pak Ilham menghela napas panjang. "Renala dan Aska, kalian belum memberi penjelasan."

Aku terdiam. Tak sanggup mengatakan hal-hal jahat yang Regina utarakan hingga membuatku menamparnya.

"Saya nggak terima Andra menyakiti Renala," jawab Aska tegas. Membuat kami semua menoleh ke arahnya. "Merobek seragam Nala di tengah kantin yang ramai dan penuh cowok, apalagi namanya selain pelecehan?" lanjutnya tajam.

"Saya nggak menyesal telah menghajar Andra dan siap dihukum untuk itu. Asal dia juga mendapat hukuman karena sudah melecehkan Nala."

Kemudian Bu Arumi datang, beliau bersama Pak Ilham lanjut menginterogasi kami. Hingga diputuskan kami semua bersalah. Kami disuruh membuat surat pernyataan dengan tanda tangan orang tua. Dan untuk Andra dan Aska, selain membuat surat pernyataan, mereka juga mendapat Surat Peringatan Pertama.

Aku merasa sangat bersalah pada Aska. Keluar dari ruang BK, kutarik lengan Aska, meminta waktunya sebentar setelah sebelumnya kuminta Caca dan Gion kembali duluan ke kelas.

"Maaf, Ka. Lo kena SP gara-gara gue. Nanti gue jelasin ke Amma ya," ujarku pelan.

"Lo ngomong sama ubin? Lihat gue kalo ngomong!"

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang