Bab 29 | Arshaka: Cemburu

302 61 138
                                    

Setelah baca bab ini, yakin deh pada pengen gantiin Nala 🤭🤭🤭

Simak yuk!

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

Akhir bulan selalu menyibukkan. Sedari pagi aku duduk di depan komputer, mengecek lagi kartu stok masing-masing barang yang sudah dikerjakan Diki hingga hari ini. Setiap bulannya memang Diki dan Manda yang aku tugaskan membuat laporan stok barang. Mulai dari barang datang, retur, dan barang yang terjual. Sementara laporan keuangan seperti arus kas, neraca, dan laba rugi aku sendiri yang bertanggung jawab.

Amma selalu menyarankan aku untuk merekrut staff administrasi untuk membantu pekerjaanku. Kurasa sudah waktunya aku mempertimbangkan saran beliau. Pasalnya makin kesini toko juga makin ramai, apalagi setelah pameran tempo lalu.

Aku memijit tengkukku yang pegal karena terlalu lama menatap layar. Mataku juga terasa lelah. Kulirik jam, setengah satu siang. Pantas aku merasa lapar.

Terdengar pintu diketuk dari luar. "Masuk," sahutku. Kukira si tengil Diki, ternyata gadis kecilku memberi kejutan.

 Kukira si tengil Diki, ternyata gadis kecilku memberi kejutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SURPRISE!!!" seru Nala ceria. Aku sempat bertukar pesan dengannya tadi pagi, sedikit mengeluhkan kerjaanku yang banyak hari ini. Aku tersenyum lebar. Nala selalu tahu saat dia kubutuhkan, menjagaku untuk tetap waras menghadapi rutinitasku yang melelahkan.

Kurentangkan kedua tangan, aku ingin memeluknya. Menghirup wangi tubuhnya yang sangat kusuka. Nala berjalan cepat, menaruh bawaannya ke atas meja lalu segera menghambur dalam dekapanku. Wanginya manis dan segar seperti campuran karamel dan permen apel. Kududukkan dia dipangkuan, lalu kukecup berkali-kali pipinya yang lembut seperti kulit bayi.

"Kesini mau apa bocah kecil hm?" tanyaku masih tetap mengecupi pipi Nala yang gembul. Menggemaskan sekali.

"Makan siang yuk! Kata Kak Diki dari tadi Kak Shaka nggak keluar ruangan. Sibuk banget, ya?" tanyanya balik. Aku mengangguk.

Nala menatapku prihatin. Aku terkejut ketika dia melepas kacamata yang kupakai. Jarinya menyusuri bawah mataku dengan lembut. Sentuhannya ringan, namun aku merasa jantungku berdebar dua kali lebih cepat. Ini gila! Gadis ini tak tahu apa yang sudah dia lakukan.

"Gue jadi pengen makan lo, Cil," ucapku serak. Nala terkejut, seketika beranjak dari pangkuanku.

"Ayo makan disana, Kak!" ajaknya terdengar gugup.

Aku terkekeh, mencoba mengabaikan gelenyar aneh dalam tubuhku. Bisa gawat kalau aku sampai tak bisa mengontrol diri.

Kususul Nala di sofa, membawa kantung plastik berisi makanan yang gadisku belikan.

"Beli dimana Cil?" Aku mengeluarkan nasi, sayur, dan lauk. Sedap sekali aromanya.

"Warteg pinggir jalan tadi. Warungnya ramai, jadi aku pikir pasti enak," jawab Nala.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang