s e p u l u h ♡ p r o g r a m m e r

327 51 11
                                    

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!

o∆o

"Bisa-bisanya aku cemburu. Emang dia siapa?" gerutu seorang gadis yang baru saja memasuki kamarnya.

Suasana hati Asyela sedang tidak baik-baik saja, setelah menyaksikan tatapan memuja dari para siswi di sekolahnya pada Laksana-pagi tadi.

Gadis itu melempar tas sekolahnya sembarang. "Pake segala tebar pesona lagi. Sok ganteng banget, sih!"

Kulit wajahnya nampak kemerah-merahan, alis yang menyatu, serta hidung mancung yang tertunda terlihat kempas-kempis seperti menahan amarah yang siap meledak.

"Kenapa, sih, aku harus saingan sama cewek satu sekolah? Kayak lomba tingkat sekolah aja," gerutunya sambil melepas sepatunya dengan kasar.

Asyela mendengus sebal. "Tenang, Syel, tenang!"

Gadis itu memejamkan matanya. Mengelus dadanya berulang kali.

Tarik napas!

Tahan!

Tahan lagi!

Buang!

Asyela membuka matanya. "Huh! Aku jauh lebih tau dari mereka semua. Kalah start kalian!" ujarnya tersenyum miring.

"Lebih baik aku mandi, mendinginkan hatiku yang membara ini."

Gadis itu menghabiskan waktu hampir dua jam untuk ritual mandinya. Mandinya sepuluh menit, sisanya konser.

"Cantik banget, sih. Laki-laki mana yang bakal beruntung lihat kecantikanku setiap abis mandi gini?"

Dengan dress rumahan selutut motif bunga-bunga, dia menyisir surai hitam kepirang-pirangan yang sudah dikeringkan itu.

"Aku harus belajar pemrograman lagi. Supaya Aksa bangga kalau jadi jodoh aku."

"Kalau nggak jodoh, aku maksa!"

Asyela menatap pantulan dirinya tersenyum-senyum sendiri.

"Penampakan cegil yang ugal-ugalan," ujarnya terkekeh.

"Mari kita mulai!" serunya dengan semangat.

Asyela mulai membuka beberapa buku pemrograman yang dibelinya dari online store. "Aku nggak bakal sanggup kalau belajar beginian sendiri, sih."

"Aku butuh seseorang!"

Gadis itu melangkah cepat keluar kamar. Meninggalkan rumahnya tanpa dikunci. Ternyata dia memasuki rumah dengan pagar hitam tepat di sebelahnya.

Tanpa repot membukanya, pagar hitam itu tidak terkunci. Dia dengan mudah memasuki halaman luas rumah itu.

"FARAAAZ!!!" teriaknya menggedor-gedor pintu bercat putih yang menjulang tinggi.

"WOI! INI GUA ASYELA, BUKA PINTUNYA!"

"Jangan-jangan tuh orang belum balik lagi?" gumamnya mengedarkan pandangan sekitar.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang terlihat awet muda, Ariane-Ibunda Faraz.

"Eh, Cantik. Cari Faraz, ya? Masuk dulu, Sayang. Faraznya belum pulang."

Asyela tersenyum kikuk. "Tante ... maaf, tadi Asyela teriak-teriak. Kirain nggak ada orang, hehe."

Gadis itu mengusap tengkuknya-malu. Merasa tidak punya adab dengan tingkahnya barusan. Emang!

Wanita paruh baya itu tersenyum manis. "Nggak apa-apa, Cantik. Sini, tunggu Faraznya di dalam aja."

"Nggak usah, Tante. Asyela pu-"

Deru motor memasuki halaman rumah itu membuat Asyela menunda ucapannya. Si pengendara turun dari kuda hitamnya.

"Mah," sapa Faraz menjabat tangan Ariane.

Laki-laki itu beralih menatap Asyela yang memperhatikannya. "Ngapain lo disini?"

Plak!

"Kamu ini! Asyela nyariin kamu," protes Ariane menatap kesal sang anak.

"Ayo, Sayang! Ngobrolnya di dalam aja," ajak Ariane menggandeng tangan Asyela.

Asyela tersenyum tipis. "Cuman sebentar kok, Tante. Disini aja, nggak apa-apa."

"Ya udah kalau gitu. Tante ke dalam ya, Cantik," pamit Ariane tersenyum manis.

Asyela menatap pemuda bertubuh jangkung di depannya-Faraz dengan serius, setelah Ariane berlalu.

Faraz menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Bantuin gua! Gua maksa! Pokoknya, lo harus bantuin gua kali ini, titik!"

"Apalagi, Syel? Ngambil bukunya Laksa buat nyari bukti? Udah gua bilang, gua nggak mau!"

Asyela menggeleng. "Enggak! Bukan itu."

"Terus apa?"

"Bantuin gua belajar pemrograman!"

Faraz mengerutkan keningnya. "Buat apa?"

"Jadi tutor gua! Gua mau belajar pemrograman! Gua mau jago ngoding! Gua mau memantaskan diri buat Aksa! Please...."

Asyela menatap melas kepada Faraz dengan menyatukan kedua tangannya-memohon.

Faraz menatap datar tetangganya itu. "Bucin!"

Laki-laki itu meninggalkan Asyela di depan pintu. Dia memasuki rumahnya tanpa memperdulikan Asyela yang mencibir kesal.

o∆o

Spam next untuk part selanjutnya. 👉🏻👉🏻👉🏻

Siapa yang kayak Asyela, nih???

Bucin banget sampai mau belajar ngoding demi crush. 🤭🤭🤭

o∆o

Central Java,
Saturday, 4 Mei 2024

Central Java,Saturday, 4 Mei 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STALKER VS PROGRAMMER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang